Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.3. Visi Guru Penggerak
Oleh : Â M. Ali Amiruddin, S.Ag.
CGP Angkatan 8 Provinsi Lampung
Membuat Komunitas Literasi Berbagi dalam Mencapai Visi Guru Penggerak
Hari Rabu yang lalu, 21 Juni 2023 kami yang tergabung dalam kelas 07 CGP Angkatan 8 Provinsi Lampung bertatap muka dalam sebuah lokalarya 1 di Gedung SMK Muhammadiyah 1 Kota Metro.Â
Semua peserta CGP, Pengajar Praktik, Perwakilan BGP Provinsi Lampung pun turut hadir dalam kegiatan tersebut. Awalnya saya dan teman-teman mungkin memiliki perasaan dan pemikiran yang sama tentang apa isi kegiatan yang akan dilakukan pada saat itu. Apa sih yang akan kami dapatkan, teori dan pengetahuan apa yang perlu kami cermati dan menjadi bahan renungan nanti.
Bagi saya setelah memasuki gedung pertemuan tersebut, ada semangat dan keyakinan bahwa setiap kegiatan yang akan dilakukan senantiasa memberikan manfaat bagi diri saya secara pribadi, teman-teman CGP dan nantinya akan berdampak bagi murid-murid di sekolah masing-masing.
Apa yang pertama kami ikuti? Yaitu kami sama-sama merefleksi  kembali apa nilai-nilai dan peran guru penggerak. Kami dibuat berkelompok dan setiap kelompok berdiskusi serta berkolaborasi menerjemahkan apa itu nilai dan peran guru penggerak dalam aktivitas sebagai pendidik.
Masing-masing perwakilan mempresentasikan pemahaman kami di depan teman-teman. Kami senang dan bangga karena kami bisa mempresentasikan pemahaman kami tersebut.Â
Satu hal yang kami syukuri adalah kami merasa dibukakan hati dan pikiran, betapa selama ini kami kurang mengerti apa nilai dan peran dari guru penggerak. Dan setelah melewati pendidikan ini, Â pikiran kami mulai terbuka, betapa nilai dan perannya sangat banyak dan betul-betul bentuk penerapan dari pengejawantahan pendidik di dalam tugasnya yaitu bagaimana menuntun kodrat anak dan mencapai visi guru penggerak.
Setelah presentasi selesai, kami diajak sebuah permainan dengan dibentuk menjadi lingkaran, dan pengajar praktik menyebutkan sebuah perintah yang nantinya masing-masing peserta menyebutkan orang-orang yang ada di sisinya. Pada saat itu kami mempelajari tentang kepekaan dan kecepatan dalam mengambil keputusan. Kami diajarkan bagaimana cepat menentukan satu hal yang telah diinstruksikan. Dan siapa yang paling cepat dia adalah pemenangnya.
Kami pun diajak merefleksikan permainan itu, dan kami sepakat bahwa siapa yang cepat dan tepat mengambil keputusan adalah sosok pemimpin yang diharapkan. Seorang pemimpin yang bisa diharapkan kepemimpinannya dalam organisasi.
Permainan kedua masih dengan berkelompok, masing-masing kelompok ditunjuk satu orang untuk mencari bola beraneka warna. Sosok pencari bola ditutup matanya dengan masker agar tidak terlihat. Sedangkan teman-teman yang lain memberikan petunjuk dimana bola itu berada. Dan benar, kami dengan sigap melakukan permainan itu dengan target mendapatkan bola dengan kecepatan terbaik.Â
Kami merasa senang dan asik dalam memainkannya, sampai-sampai terjadi diskusi dari masing-masing kelompok. Dengan harapan masing-masing kelompok memahami apa tujuan dari permainan itu, yaitu kepemimpinan dan kolaborasi.
Kelompok yang mampu berkolaborasi dan memenej kelompoknya akhirnya dapat memenangkan permainan dengan lebih cepat. Hal ini sejalan dengan prinsip organisasi dan peran sebagai pemimpin pembelajaran, dimana guru harus mampu menuntun murid agar mencapai keberhasilan sesuai dengan apa yang menjadi cita-citanya. Dan bagaimana mampu menggerakkan komunitas praktisi agar komunitas itu bergerak sesuai dengan roll organisasi yang memiliki tujuan yang jelas. Bahkan bukan hanya tujuan komunitas, karena harapan besarnya kami mampu mewujudkan visi pendidikan yang dicapai dengan kolaborasi dan manajemen yang tepat.
Permainan ketiga adalah melakukan tebak-tebakan hasil perkalian antara dua orang CGP dimana sepasang CGP harus menunjukkan jarinya yang nanti harus menentukan hasil perkaliannya dengan  cepat dan tepat. Masing-masing peserta secara berpasangan harus cepat menjawab dan mampu mengalahkan lawannya. Sebenarnya permainan ini amatlah mudah, tapi tetap membutuhkan konsentrasi dan fokus tingkat tinggi. Sama seperti bagaimana kita tetap harus fokus dalam organisasi, karena tanpa fokus maka capaian yang diharapkan akan sulit dicapai.Â
Dalam permainan itu ada pelajaran berharga, bahwa seorang pemimpin itu harus cepat dalam  mengambil keputusan, karena keputusan itu pun akan menentukan perjalanan sebuah organisasi atau komunitas yang tengah digerakkan.
Kegiatan selanjutnya adalah mengenal Komunitas Praktisi, dimana kami berdiskusi terkait bagaimana mendirikan, merawat dan melakukan langkah kerja dan menjaga agar komunitas itu dapat berjalan secara berkelanjutan.
Dari diskusi tersebut masing-masing peserta dapat menemukan gambaran betapa membuat komunitas itu tidak semudah membalikkan telapak tangan dan tidak juga terlalu sulit asal dihadapi dengan keyakinan diri dan ketekunan.
Selanjutnya ada tugas yang harus kami lakukan. Adapun dua pilihan tugas adalah 1. Â menghidupkan lagi komunitas yang telah ada, 2. membuat komunitas baru.Â
Akhirnya saya membuat komunitas baru yaitu Komunitas Literasi Berbagi. Dan alhamdulillah setelah kami sampai di sekolah, kami melakukan diskusi dengan guru-guru, kepala sekolah dan Ketua komunitas Dewan Kesenian Metro, Pengawas Sekolah, terkait pembentukan komunitas tersebut.
Alhamdulillah akhirnya komunitas itu dapat terbentuk meskipun baru sebatas pembentukan dan membuat program kegiatan, sedangkan untuk pemantapan kegiatan masing dalam jadwal yang belum terlaksana. Rencananya segera mungkin akan kami lakukan diskusi secara tatap maya dan melakukan survey tentang kebutuhan komunitas literasi berbagi tersebut.
Rasa-rasanya dalam waktu sehari itu ingin sekali ditambah waktunya, karena kami sadar dengan kegiatan tersebut adalah wahana untuk refreshing dan relaksasi setelah sebulan mengikuti pendidikan secara daring (maya) bersama teman-teman, Pengajar Praktik, Fasilitator dan Instruktur. Maka dari itu dalam pertemuan itu sedikit melemaskan ketegangan dan menggugah pikiran bahwa materi-materi tersebut jika  diaplikasikan menjadi sebuah pengetahuan dan pengalaman yang berharga yang nantinya bisa diterapkan dalam pembelajaran di kelas atau bersama kepala sekolah, guru-guru atau semua warga sekolah, masyarakat (termasuk wali murid), pemangku kepentingan dan masyarakat yang lebih luas.
Semoga segenap ilmu dan pengalaman yang kami dapatkan benar-benar dapat kami lakukan di sekolah secara pribadi bersama murid-murid saya, serta dapat menciptakan kolaborasi dengan guru dan semua warga sekolah,wali murid atau masyarakat dan pemangku kepentingan, agar kiranya kegiatan itu nanti tercipta komunitas saling mendukung seperti halnya dalam pencapaian visi guru penggerak maupun visi sekolah.
Salam dan Bahagia
Metro, 5/7/2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H