Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Murid Merdeka

29 Juni 2023   21:22 Diperbarui: 29 Juni 2023   21:27 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sana, di dalam kenangku dulu

Kulihat aku dan temanku

begitu takut melihat guru

Ya, guruku yang suka menggerutu

Katanya, "kenapa muridku ini?"

Tak bisa apa-apa, hanya  ribut 

Kenapa duduk tenang pun tak bisa

Bisanya membuat  rusuh saja!

Bahkan, sesekali buku pelajaran itu mendarat di pundakku

Karena aku tak mampu-mampu

Menghafalkan tentang rumus-rumus

Dan tak ingat akan kalimat-kalimat nan panjang

seperti kereta api Padalarang

Oh, apakah seharusnya begitu guruku?

Sedikit-sedikit Engkau marah

Sedikit-sedikit Engkau melampiaskan kesalmu padaku

Menurutmu aku nggak bisa apa-apa

Kadang aku pun tak sadar

tiba-tiba tangan lembut itu menarik telingaku dengan kuat

atau menarik rambutku dengan kencang

laksana pak Kusir menarik tali pada leher sang kuda

Kuda menangis kelelahan, dipaksa terus berlari

Ingin terduduk di tepi jalanan, tapi takut cambukannya

Kini, seperti dalam mimpiku semalam

Kuingin bebas berbicara

berbas berpikir pada banyak benda dan peristiwa

Kuingin membuka semua tabir di alam semesta

tak seperti dulu, belajar itu menakutkanku

Wahai guru-guruku

Terima kasih karena telah mendidikku

Hingga sampai hari ini, namamu selalu ada

Di hati ini, di hati murid-muridmu kala itu

Tapi kuharapkan belajar itu tak seperti larinya kuda-kuda

ketakutan karena pukulan pecut sang kusir

hingga tak tahu lagi, dengan apa rasa lelah dan takut itu untuk dikatakan

Biarlah anak-anak desa ini menumbuhkan padi-padi, jagung-jagung dan lainnya

Biarlah anak-anak laut itu memeluk ikan-ikan mimpi-mimpi besarnya

Biarlah anak-anak kota itu menjadi pemilik tahta, mahkota atau pemilik toko ternama

Biarlah anak-anak itu menjadi guru bagi dirinya sendiri dan saudara-saudaranya

Biarlah anak-anak itu bercita-cita

Berkarya dengan apa yang mereka bisa

Berbekal dengan apa yang mereka punya

Bercipta dari kecilnya bakat dari Tuhannya

Demi hidupnya tiba, bahagia menjelang kemudian

Merdeka....

Metro, 29/06/2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun