Halo Pemilu, seperti dulu ketika hadirmu sungguh ditunggu
Halo Pemilu, ketika negerimu tengah berseteru
Di pasar kau jadi pusat perhatian
di taman-taman laksana gadis incaran
di lorong-lorong jembatan jadi siulan
di tempat-tempat pemujaan jadi pengharapan
Di warung kopi, namamu selalu menggema
bahkan di kursi-kursi empuk pun hadirmu penyemangatku
Ibarat angin berhembus semilir
Kesejukannya begitu menyihir
Sebaliknya, ketika badai api menghampiri
Kata-kata penuh caci pun jadi tradisi
mengiris jiwa-jiwa kecil nan penuh mimpi
Hai Pemilu, apakah kamu masih layak ditunggu?
Atau hanya tempat mengadu masalah yang tak tentu
seperti mengundang badai bencana rakyatmu?
Ku berharap, kau ada karena kami butuh
bukan sekedar tempat pestanya para perusuh
nada-nada keji mengharu biru
cipta pusara pembunuh waktu
Hai Pemilu, hadirmu tetap kutunggu
Penantian panjang lima tahunan penuh syahdu
Bagi kami penunggu para pendekar bermutu
Wahai Pemilu, semoga kamu baik-baik saja ya...
Metro, Â 30 Mei 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H