Tiktok adalah platform sosial media yang memiliki banyak tujuan dalam penggunaannya, di antaranya adalah ruang ekspresi, berbagi cerita, berita, edukasi, lucu-lucuan dan sebagainya. Â Namun yang tak kalah menariknya dari aplikasi asal negeri tirai bambu ini adalah aplikasi untuk mencari uang. Maka tak sedikit dari penggunanya yang sebatas haha hihi atau ekspose kehidupan sehari-hari. Namun tak sedikit pula yang sengaja menjadi affiliator demi mendapatkan Cuan.
Begitu pula bagi penulis sendiri sebagai salah satu pengguna Tiktok dengan pengikut ribuan orang-meskipun bisa jadi akun bot, serta mulai belajar menjadi affiliator, menganggap Tiktok seperti wadah setiap orang utuk berkampanye, berpromosi dan berekpresi sekaligus mencari donasi. Dengan ribuan follower dan harapan mendapatkan uang tambahan sebagai affiliator tersebut akhirnya kandas karena kompetisi dalam mencari cuan ini tak seperti membalikkan telapak tangan, dan akhirnya akun itu pun agak terabaikan atau bisa dikatakan "pass away".
Terlepas betapa dianggap menguntungkannya memiliki akun Tiktok, ternyata tak sedikit yang justru menggunakan media sosial tersebut untuk ajang meminta-minta (mengemis) secara online.
Tiktok dengan penggunanya yang mencapai 136,4 juta pada april 2022 ternyata sampai sekarang terus mendapatkan pengguna baru dan diyakini akan terus bertambah yang termasuk salah satu sosial media dengan perkembangan yang sangat massif. Bahkan seperti dirilis oleh Kompas.com (3/1/2022) Tiktok diprediksi menjadi Medsos terbesar ketiga pada 2022. dan boleh jadi di 2023 ini posisinya belum berubah.
Seandainya pengguna Tiktok mengalami penurunan, berarti nasibnya sama dengan pengguna Facebook yang juga jatuh lantaran beberapa persoalan yang melibatkan aturan media sosial ini dengan penggunanya. Meskipun nampaknya penurunan tersebut sulit terjadi lantaran terus bertambah penggunanya seiring dengan semakin maraknya pemanfaatan Tiktok dari berbagai kalangan.
Perkembangan yang begitu pesat tersebut dipengaruhi beberapa hal seperti flexing dari kaum muda yang memperlihatkan besaran penghasilan setelah memanfaatkan Tiktok, serta faktor FYP yang membuat banyak newbie yang terpesona dan seolah-olah dengan jalan itu bisa membawa mereka mencapai kehidupan selayaknya artis ibukota.
Hal ini tentu tidak keliru namun tidak semuanya benar. Tidak kelirunya lantaran banyak sosok-sosok baru yang belum sama sekali muncul di media televisi tiba-tiba karena FYP di Tiktok dipanggil oleh salah satu televisi swasta nasional dan menjadi artis dadakan. Sebutlah Cepmek, Bunda Corla, dan lain sebagainya yang awalnya kurang dikenal publik , ternyata dalam waktu singkat setiap orang mengenalnya. Semua terjadi karena FYP di Tiktok.
Adapula yang mencari keberutungan dengan menunjukkan aksi kesedihan, kesusahan, musibah, kecelakaan, atau bencana yang akhirnya mengundang empati maupun simpati publik dan menyerahkan sejumlah donasi yang nilainya cukup fantastis.
Sayangnya di antara hal baik di Tiktok, muncul pula aksi yang tidak terpuji yang dengan sengaja memamerkan bagian tubuh, serta aksi pergaulan bebas lelaki -perempuan tanpa menikah hingga viral. Dan yang lebih miris lagi viralnya kasus menantu dan mertua yang menjalin hubungan terlarang hingga menyedot perhatian publik.
Tidak salah memang setiap orang berlomba-lomba terlihat eksis di sosial media, dan tak salah pula mencari penghasilan di semua lini internet. Meskipun semua itu perlu dibatasi mana yang patut dan tidak, baik secara hukum negara, agama atau dasar kepatutan dan moralitas di suatu negara.
Fenomena Meminta-minta di Media Sosial Tiktok