Tidak ada angin dan tidak ada hujan tiba-tiba saya mendapatkan tawaran honorer di Sekolah Luar Biasa di Lampung Timur meskipun harus mengajukan lamaran pekerjaan.Â
Saat itu anak sudah lahir ke dunia dan menikmati indahnya perumahan di sebuah sekolah dasar. Perumahan yang sangat pantas disebut tidak layak untuk ditempati karena terlalu lama kosong.Â
Ada banyak sampah, dinding penuh debu dan langit-langit dipenuhi oleh kotoran kelelawarÂ
Bau menyengat tercium begitu kuat hingga setiap hari laksana parfum merk Molen jika ada merek tersebut. Yang aromanya sungguh menyengat di hidung dan rasa-rasanya ingin muntah jika tak ingat lagi bahwa itu adalah rumah tumpangan gratis yang bisa kami tempati.
Perumahan yang tanpa cahaya karena lampunya padam dan hal mistis yang menyelimuti di saat temaram malam.
Karena begitu kotornya dan aroma yang menyengat tadi, bermacam-macam penyakit pun hinggap. Setiap pekan anak pun harus dirawat ke dokter spesialis paru. Ada kotoran yang menumpuk di sana dan beruntungnya beberapa bulan kemudian bisa disembuhkan meskipun hanya bantuan seorang dukun di desa.
Dengan perpindahan ke Sekolah Luar Biasa tersebut, senyum istri mulai nampak, gaji 500 ribu sedikit memberi kesempatan untuk kami menikmati telur setiap hari. Meskipun pembayarannya harus dirapel pertiga bulan dan konsekuensinya kami harus berinvestasi hutang di sebuah warung seorang penjaga sekolah di sana.
Selepas dari menjadi TU di SLB tersebut, kami pun diberi kesempatan untuk mengelola TPA di desa lain yang jauhnya kurang lebih 10 KM.Â
Sepeda ontel membantu kami sampai di TPA tersebut. Alhamdulillah antusias penduduk sangat baik dan saat ini siswa-siswi lulusannya sudah ada yang sudah berumah tangga, bekerja dan menjadi manusia-manusia sukses.Â
Bagi saya mungkin pengalaman ini dialami oleh guru-guru lain yang masing berstatus honorer, baik di sekolah swasta maupun negeri. Mereka terus menanti perubahan nasib yang harus dinantikan dengan sabar. Dan boleh jadi di tahun 2023 ini mereka yang terus berdoa dan berharap kepastian pekerjaan dari pemerintah ini, berakhir dengan hasil yang menggembirakan karena mereka mendapatkan status sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Sungguh tak adil bagi saya apabila telah mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dan dosen, tiba-tiba harus disimpan sendiri dalam memori ingatan. Bisa-bisa lama kelamaan hilang atau muspro dan tidak bermanfaat. Bahkan jika ilmu pengetahuan itu tidak pernah disampaikan, maka nanti di hari akhir pastilah dimintai pertanggungjawabannya. Saya kira tak mampu untuk menanggung dosanya.