Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ikan Asin, Benarkah Makanan Desa yang Turun Kelas?

16 Mei 2022   12:42 Diperbarui: 16 Mei 2022   15:18 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekerja menjemur ikan asin di Muara Angke (KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG)

Berbicara mengenai makanan di sekitar kita, tentu tidak lepas dengan ikan asin. Yap. Makanan atau bahan makanan yang berasal dari bangsa ikan dari perairan air asin (laut) maupun yang berasal dari perairan air tawar yang sengaja diasinkan. 

Ikan asin selain legenda begitu mudahnya kita menemukan ikan asin di pasar-pasar tradisional, karena ikan asin ini merupakan menu wajib bagi sebagian orang. Kami sendiri menganggap ikan asin sebagai makanan yang lezat.

Menurut sejarahnya, ikan asin merupakan makanan legenda dan merupakan produk olahan dengan menggunakan garam sebagai unsur pengawet makanan. Bearasal dari abad ke-VIII Masehi, olahan dari ikan ini dibuat oleh masyarakat Jawa pada masa kerajaan Mataram. Dan ikan yang banyak kita temui ini ternyata merupakan jenis makanan yang mewah. Yakni disajikan pada saat upacara penetapan sima. Sumber

Jadi, berdasarkan sejarahnya, ikan asin bukanlah jenis olahan rendahan yang dianggap sebagian orang sebagai makanan yang tak layak ditempatkan di meja-meja makan kaum kaya. 

Meskipun akhir-akhir ini memang masyarakat kita cenderung menganggap ikan asin sebagai makanan kelas dua. Bahkan kecenderungan yang terjadi, jika kita ditanya oleh seseorang apa makanan yang tengah diolah atau dikonsumsi, kita seolah-olah malu bahwa memang ikan asinlah yang tengah menjadi hidangan. 

Bisa jadi karena di mata orang-orang tertentu, mereka memilih ikan segar yang dianggap menyediakan cukup gizi, sedangkan ikan asin telah melalui proses yang panjang sampai bisa diolah dan disajikan di meja makan kita. 

Ikan asin merupakan bahan pangan olahan dari ikan yang diasinkan dan merupakan menu wajib bagi sebagian masyarakat Indonesia (dokumentasi pribadi)
Ikan asin merupakan bahan pangan olahan dari ikan yang diasinkan dan merupakan menu wajib bagi sebagian masyarakat Indonesia (dokumentasi pribadi)

Padahal meskipun telah diasinkan, kandungan gizi dari ikan asin masih cukup banyak dan sangat mendukung kebutuhan gizi kita sehari-hari.

Sebagaimana dirilis oleh Provinsi Sumatera Barat dalam situsnya Sumbarprov.go.id menyebutkan :

Ikan asin kering mengandung energi sebesar 193 kilokalori, protein 42 gram, karbohidrat 0 gram, lemak 1,5 gram, kalsium 200 miligram, fosfor 300 miligram, dan zat besi 3 miligram. Selain itu di dalam ikan asin kering juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,01 miligram dan vitamin C 0 miligram. Sumber

 Lalu, bagaimana masyarakat menilai ikan asin ini?

Beberapa orang menganggap bahwa ikan asin adalah makanan wajib. Mereka selalu menyediakan ikan asin ini di meja makan. Dalam menu makanan tiga kali sehari tersebut selalu mewajibkan ikan olahan ini tersaji di meja makan.

Alasan klasiknya adalah bahwa ikan asin memiliki daya pikat dan ngangeni serta rasanya gurih. Apalagi jika ikan asin ini dihidangkan dengan nasi liwet hangat dan ditemani sambal terasi dengan lalapan rebus, ternyata lebih mantap. 

Bahkan ada yang karena saking loyalnya dengan ikan asin, mereka memilih ikan jenis ini dibandingkan dengan daging yang berasal dari ayam ras atau ayam broiler. 

Alasannya karena ayam-ayam jenis ini pertumbuhannya dipercepat dengan menggunakan obat-obatan atau hormon. Yang menurut kesehatan pun dianggap berbahaya jika dalam mengonsumsinya berlebih-lebihan. Walaupun ikan asin pun sebenarnya memiliki kadar garam yang tinggi dan berakibat tertimbunnya kandungan garam dalam tubuh yang bisa mengakibatkan penyakit hipertensi.

Terlepas dari efek negatif dari makanan-makanan ini tentu harus memperhatikan cara pengolahan dan penyajiannya. Selain itu seharusnya tetap memperhatikan kebutuhan kalori, lemak dan garam dalam tubuh agar tetap seimbang.

Orang-orang yang menganggap ikan asin ini sebagai makanan istimewa ternyata memang berasal dari suku Jawa atau keturunan Jawa yang memang selalu menyediakan ikan asin sebagai lauk tambahan. Meskipun tidak menutup kemungkinan tetap menyediakan tempe goreng atau daging dalam kebutuhan gizi mereka.

Bagaimana harga ikan asin di Kota Metro?

Di Kota Metro, lebih khusus pasarnya, merupakan pasar tradisional seperti pasar-pasar kebanyakan. Di mana keberadaan beberapa jenis makanan terpajang secara terbuka dan para konsumen bebas untuk menawarnya. Dengan desain bangunan pertokoan yang relatif masih baru, tentu memudahkan para konsumen untuk berbelanja di sini.

Begitu pula ikan asin, ternyata di pasar ini pun tak sulit untuk menemukannya. Dari rumah kami bisa ditempuh kurang lebih selama 25 menit dengan sepeda motor. 

Nah, tiga hari yang lalu kami sengaja berburu makanan asin ini di Pasar Kopindo Kota Metro. Komplek pasar yang di deretan lorong menyediakan aneka jenis ikan yang diawetkan ini. Kebetulan kami ke pasar pada pukul setengah empat sore. Jadi sebagian toko sudah mulai tutup.

Satu persatu kami memilih aneka ikan asin ini. Dari yang harga puluhan ribu per kilonya, ada juga yang harga ratusan ribu.

Setelah mengamati aneka ikan asin tersebut, kami membelilah ikan asin yang sudah direbus dan rasa asinnya tidak terlalu dominan. 

Perkiraan awal harganya hanyalah 25 ribuan per kilo gram, eh ternyata ketika kami menanyakan harga, harga tembus 50 ribu per kilo gram. Heran sudah pasti dan kaget sudah tentu.

Kekagetan kami tidak hanya sampai di situ, ketika kami menanyakan harga cumi-cumi asin, ternyata harganya 120 ribu per kilo gramnya. 

Akhirnya keinginan untuk membeli beberapa kilo pun kami batalkan dan dengan sangat terpaksa membawa pulang 1 kg ikan asin jenis peda atau dikenal dengan ikan asin dencis serta setengah kilo cumi asin.

Dalam hati turut bertanya-tanya kenapa ikan yang menurut orang remeh temeh ini ternyata harganya bisa semahal ini.

Saya menduganya ikan-ikan asin ini mengikuti tren harga-harga yang saat ini melambung tinggi, termasuk harga ikan di tempat pelelangan ikan juga mungkin sudah mahal. 

Jadi pembuat ikan asin menyesuaikan harga. Belum lagi permintaan harga di tingkat pengecer juga tinggi, akibatnya para pedagang dengan mudah memainkan harga agar keuntungan lebih tinggi.

Bagaimana dengan ikan laut yang segar, tentu harganya cukup sudah mahal dan tergantung jenis ikannya. Yang pasti berdasarkan informasi yang kami peroleh menunjukkan bahwa ikan-ikan dengan olahan asinan ini tentu bukanlah makanan yang rendah derajatnya atau turun kelasnya. Hal ini disebabkan harga yang ditawarkan para penjual ternyata cukup mahal dan ternyata konsumsi masyarakat juga masih relatif tinggi.

Apabila masyarakat menganggap bahwa ikan asin adalah jenis makanan kelas bawah, tentu ini juga tidak semuanya benar, lantaran ada beberapa masyarakat dengan ekonomi yang bagus juga masih mengidolakan bahan makanan olahan ini. Apalagi jika dikaitkan dengan kandungan gizinya, tentu ikan asin termasuk makanan berkelas. 

Dengan kata lain, jika membeli produk hanya melihat bentuknya tanpa memahami manfaat serta kandungan gizinya, tentu hal ini dirasa kurang tepat. Sebab banyak hal yang tidak selalu melihat bentuknya, jika ternyata kandungan manfaatnya juga besar. Walaupun memang tidak dapat dipungkiri bahwa cara pengolahan dan penyajiannya sangat mempengaruhi selera konsumennya.

Salam

Metro, 16/5/2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun