Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

"Menikahkan" Anies dan Puan, Menuju Negeri yang Adem dan Berjaya

19 April 2022   17:31 Diperbarui: 21 April 2022   04:53 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan sosok yang digadang-gadang sebagai calon Presiden pada Pilpres 2024 mendatang (Kompas.com)

Mungkin di antara kita saat ini tengah sibuk dalam arus isu presiden 3 periode, di mana saat ini begitu ramainya masyarakat- khususnya para mahasiswa, politisi dan pengamat politik -yang turut membahas ide radikal tersebut. 

Nampaklah karena isu 3 periode ini dihembuskan, pandangan masyarakat pun terbelah, antara mendukung dan tidak. Bahkan beberapa argumentasi pun dikeluarkan demi meyakinkan publik bahwa wacana tersebut dianggap fair.

Padahal amat mustahil kita menerapkan kebijakan baru yang melanggar konstitusi, di mana masa jabatan presiden hanyalah 2 kali masa kepemimpinan. 

Sebagaimana tertuang dalam Pasal 7 UUD 1945 sebagai berikut:

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.

Sama seperti aturan yang juga diterapkan ketika mantan Presiden SBY dan presiden-presiden pasca Soeharto. Dan polemik ini pun saat ini masih memanaskan situasi alam demokrasi yang mau tidak mau membanjiri media sosial kita.

Dan menyedihkannya lagi keterbelahan publik semakin lebar lantaran kelompok yang dulu berseberangan ketika Pilpres 2019 kini secara sporadis seperti dibenturkan oleh isyu dan opini yang berkembang.

Lalu apa konteks tulisan ini ketika tulisan ini menyoroti kandidat calon Presiden dan Wakil Presiden Pilpres 2024? Nah, konteks yang bisa dibahasa adalah bagaimana jika Anies dan Puan disandingkan dalam mahligai politik pada pilpres tersebut. Apakah ini salah atau mendahului kehendak partai-partai yang hendak mengusung sepasang calon pemimpin di negeri ini? 

Pasca terpilihnya Presiden Jokowi dan KH. Ma'ruf Amin tentu tidak serta membuat massa pendukungnya puas. Mengapa? Karena di antara para pendukung ini secara terang-terangan tidak menghendaki keterpilihan mereka berdua. Baik dari kubu Projo maupun dari kubu Prabowo, hingga imbasnya beberapa tahun kebelakang kondisi keterbelahan masih terasa. 

Keterbelahan ini tidak hanya  karena pasangan masing-masing yang dianggap kurang tepat menurut konstituen, tentu karena di antara mereka merasa ada tujuan politik yang boleh jadi akan gagal setelah terpilihnya beliau.

Tentu saja dengan keadaan yang terus terjadi ini sedikit banyak akan membahayakan dunia perpolitikan kita. Sepakat atau tidak di semua lini media massa, keterbelahan itu sangat-sangat terasa dan sangat mencengangkan. Bahkan menurut amatan saya, jika kondisi ini terus ada maka bukan tidak mungkin akan menimbulkan keterpecahan yang lebih luas.

Benarkah dengan menggandengkan Anies Baswedan dan Puan Maharani bisa sumber integrasi politik nasional?

Berbicara tentang politik tidak ada yang seratus persen menjamin bahwa dengan menggandengkan Anies Baswedan dan Puan Maharani akan serta merta bisa menyukseskan masalah di negeri ini, terkhusus mengurangi sentimen-sentimen dan letupan-letupan kelompok yang ada. Sebab dalam politik selalu dinamis dan tidak bisa menjadikan keterpilihan dua orang ini akan benar-benar mengubah kondisi Indonesia. Apalagi jika konflik yang ada memang sengaja diciptakan untuk merusak suasana yang ada.

Namun dengan menempatkan Anies Baswedan dan Puan Maharani tentu menjadi cikal bakal pertemuan dua faksi yang saling berseteru dalam satu kabinet atau dalam satu pemerintahan dan lebih berwarna namun solid. Dengan kata lain, dua kubu yang saat ini kontra akan dapat diredam dengan bersandingnya kedua kandidat ini.

Meskipun saat ini Megawati sendiri belum secara gamblang menentukan siapa pasangan putrinya tersebut. Namun ketika membaca kiprah Anies Baswedan dalam memimpin DKI. Jakarta dan kelangsungan trah Sukarno dalam rumah PDI Perjuangan, tentu hal ini tidak dapat diangap sebelah mata.

Puan Maharani sebagai salah satu sosok  kandidat dalam Pilres 2024 (Tempo.com)
Puan Maharani sebagai salah satu sosok  kandidat dalam Pilres 2024 (Tempo.com)

Terlepas adanya suara-suara sumbang yang menyatakan bahwa duet mereka berdua dianggap terlalu berlebih-lebihan. Seperti disinggung oleh Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro, sebagaimana diwartakan Kompas.com:

"Agak sulit mengimajinasikan Anies dan Puan berpasangan calon," Kompas.com, Selasa (29/3/2022).

Boleh jadi karena menurutnya langkah atau haluan politik yang sangat berseberangan, di mana Anies Baswedan adalah sosok religius nasionalis dan Puan Maharani sebagai sosok nasionalis revolusioner seperti sang ayah. Yang sampai detik ini nama Ir. Soekarno seperti dianggap sebagai sosok yang selalu berseberangan dengan kelompok agamis, dengan catatan sejarah pernah membubarkan dan melarang  partai politik berhaluan religius Masyumi pada 1960.

Namun, apakah sosok Puan Maharani masih bisa berdialok dengan Anies Baswedan selalu Gubernur DKI. Jakarta tersebut?

Sebagaimana keterangannya beberapa waktu lalu mengatakan bahwa : 

"Mungkin saja (duet dengan Anies), enggak ada yang tidak mungkin di politik. Semua dinamika itu bisa terjadi. Ya tinggal kita lihat lagi tahun depan lah bagaimana ceritanya, cerita-cerita politik," kata Puan. (Tempo, 27/3/2022)

Sebagai sosok yang sederhana, bersahaja dan cerdas, Anies Baswedan memiliki segudang prestasi dalam membangun ibukota, sera dilengkapi ketajaman fisi yang sustainable. Belum lagi jika membaca narasi-narasi di daerah, ternyata nama Anies Baswedan cukup santer dibicarakan. Semisal ketika ajang balapan Moto GP di Mandalika beberapa waktu lalu, ternyata nama Anies Baswedan tidak begitu asing bagi para penontonnya. Dan di media sosial saja nama beliau sangat kuat diperdengarkan di hadapan publik, dan ini tidak bisa dibantah.

Bagimana dengan Puan Maharani, sebagai putri mantan presiden serta cucu almarhum Proklamator tentu namanya akan selalu ada di hati para marhaenis atau masyarakat yang saat ini masih loyal dengan PDI Perjuangan. Dan tentu saja keberadaan Puan tidak bisa dianggap remeh. Apalagi keberadaan Ganjar Pranowo yang katanya juga santer menjadi saingan berat Puan, tentu nama Puan akan terlalu sulit untuk di kalahkan.

Namun ini hanya prediksi, dan politik begitu dinamis dan tidak dapat ditebak. Jika masyarakat arus grassroot mengendaki mereka berdua berduet menjadi pemimpin di negeri ini, kita bisa apa? Kita tunggu saja tanggal mainnya.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun