Alasan pertama karena gengsi, yakni mereka merasa malu jika pergi ke sekolah atau bekerja hanya memakai sepeda.
Alasan kedua karena jarak bekerja yang memang lebih dari 1 km, maka mereka memilih menggunakan sepeda motor.Â
Padahal dengan jarak yang masih sekitar 1 km sebenarnya masih bisa dijangkau dengan sepeda ontel. Tapi karena menginginkan perjalanan yang lebih cepat, mereka pun memilih mengguanakan kendaraan bermesin ini.
Selain keinginan masyarakat yang notabene karena keadaan yang memaksa, sebenarnya menggunakan sepeda jauh lebih menyehatkan dibandingkan kendaraan bermotor. Seperti kebiasaan berolahraga, menghemat bahan bakar fosil, dan tentu lebih ramah lingkungan karena berkurangnya emisi gas buang.
Namun karena lingkungan dan aturan pemerintah tidak satupun yang mengharuskan atau memberikan tekanan pada masyarakat perlunya menggunakan sepeda ontel, maka masyarakat pun akan lebih memilih kendaraan bermotor.
Dengan kata lain, sepeda ontel adalah alat transportasi yang murah dan terjangkau masyarakat menengah ke bawah. Selain harga beli yang terjangkau, karena penggunaannya lebih menyehatkan tubuh dan tentu saja kualitas udara semakin sehat.
Apa alternatif solusinya?
Pemerintah seyogianya membuat aturan tentang kewajiban menggunakan sepeda ontel bagi pekerja dengan jarak tertentu, dan juga memfasilitasi masyarakat yang tidak memiliki sepeda dengan menyediakan sepeda sewa pada wilayah-wilayah yang memang sangat perlu memanfaatkannya dalam bekerja.
Selain itu memberikan dukungan pada publik bahwa bersepeda adalah sebuah kehormatan dan bernilai gengsi yang tinggi, serta membatasi penggunaan kendaraan bermotor sebagai alternatif mengurangi pencemaran udara serta mengurangi gejolak masyarakat akibat harga bahan bakar yang terus melonjak.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H