Beberapa pekan ini dunia persilatan eh dunia perdapuran masih heboh dengan langkanya minyak goreng, meskipun akhir-akhir ini keberadaan minyak goreng sudah mudah didapatkan dengan harga yang lumayan meroket.Â
Salah satu bahan pokok bagi ibu-ibu rumah tangga ini sedikit banyak memancing perhatian saya untuk membagikan cerita betapa kelangkaan minyak goreng sudah bukan hanya menjadi buah bibir, melainkan sesak dada (maksudnya sakit hati) lantaran berkali-kali mencari harus ngantri, dan ketika sudah ada barangnya ternyata harganya sudah setinggi awan.
Seperti ghalibnya, di mana masalah terjadi di tanah air, maka di setiap daerah tentu merasakannya. Sama seperti ketika di satu wilayah menyatakan langka minyak goreng, ternyata di lain tempat juga merasakan hal demikian.
Begitu pula apa yang terjadi dengan kondisi dapur di rumah kami, sering pula mengalami kelangkaan bahan pokok karena tanggal tua. Bukan hanya minyak makan atau minyak goreng yang langka, karena beras atau cabai pun ikut menghilang seiring semakin menipisnya persediaan uang dalam dompet sang nyonya.
Namun, saat ini bukan untuk membahas kelangkaan salah satu dari sembilan bahan pokok ini, akan tetapi menyiasati kelangkaannya dengan cara jitu agar masakan masih terasa nikmat dan lezat.
Membuat minyak goreng berbahan kelapa
Selayaknya ibu-ibu lainnya-khususnya di perdesaan- kebiasaan mereka memanfaatkan kebun belakang rumah dengan memanfaatkan hasil tanaman yang sudah ada. Seperti pohon kelapa memang masih banyak ditemui.Â
Meskipun kerusakan dan kematian parah pada pohon kelapa pernah dialami para petani disebabkan kemarau panjang yang pernah menerjang, keberadaan pohon kelapa masih bisa kita temui.Â
Pada saat kelangkaan minyak goreng berbahan sawit terjadi, maka keberadaan buah kelapa sungguh sangat membantu membuat alternatif minyak goreng.
Nah, setelah sekian lama menikmati mudahnya membeli minyak goreng yang berbahan kelapa sawit, pada akhirnya ketika kelangkaan terjadi, para ibu turut kelabakan dan dibuat gugup.Â