Embun masih membalut ranting-rantingÂ
di pagi nan cerah, kicau burung begitu nyaring
Sirami semesta, agar tak lekas kering
bangunkan aku bersama jam beker berdering
mentari taburi cahaya nan hangat
setelah semalam gerimis melanda ulayat
satukan dua insan semakin rekat
meskipun langit terasa pekat
13, kalender hari ini
di kota indah telah dihiasi
masih tentang puja dan puji
pada sosok penebar birahi atau ambisi
senjata-senjata pemusnah massal masih menghiasi
di malam '13, suasana mencekam bagi anak-anak
kilatan-kilatan cahaya masih menyeruak
dipucuk selongsong senjata para serdadu
yang berlari, mengejar nafsu nan tamak
korban-korban berjatuhan, mereka tertembak
Di sini masih bisa bercakap-cakap pada alam
bisa tertawa pada gemericik air sungai nan jernih
bisa bertegur sapa pada dedaunan yang jatuh ke bumi
jalin asmara laksana hamba di mabuk asmara
Tapi di sana tak seperti di sini
kau jadikan semua tak lagi sepi
selonsong peluru, proyektil menaburi
raungan meriam, tank-tank kobarkan bencana lagi
burung terbang tak lagi menarik tuk bernyanyi
sejumput nada dendamÂ
lukai hati, cabik-cabik rasa kemanusiaan
**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H