Saya tertarik dengan artikel yang berjudul Adakah baju perempuan yang sanggup menutupi pikiran kotor laki-laki. Dan saya sepakat bahwa lelaki yang berpikiran kotor akan bersinggungan pada hal-hal yang kotor pula. Maka  dari itu bagaimana caranya menjaga agar dijauhkan dari pandangan lelaki dengan pikiran kotor tersebut, maka berusaha untuk berpenampilan yang menjauhi sebab orang untuk berpikiran kotor pada diri kita.
Paling tidak itu adalah pendapat saya yang saya tuangkan dalam artikel lama saya yang berjudul Maaf Mbak, Rok Mini Anda Mengundang Nafsu. Tulisan ini saya bagikan ke teman-teman kompasianer sebagai rasa gundah saya melihat fenomena wanita yang suka berpakaian tertutup tapi telanjang yang berada di sekitar penulis.Â
Sebagai pria normal, saya berusaha untuk menjauhi pandangan terhadap lawan jenis yang terlihat "seksi" meskipun pada kenyataannya sulit dilakukan, lantaran di sebuah alat transportasi umum memang setiap orang bebas berpakaian. Kecuali di wilayah Nangroe Aceh Darussalam dimana pakaian wanita begitu sangat diperhatikan sebagai bentuk pelaksanaan syariat Islam. Â Banyak wanita yang harus mendapatkan hukuman karena tidak memakai pakaian syar'i atau karena tidak mau menutup auratnya.
Terlepas dari paparan dari tulisan yang boleh jadi melihat fenomena saat ini di mana ada seorang ustadz (HW)yang menjadi tersangka kasus pencabulan beberapa santrinya, yang pelakunya sempat diancam hukuman kebiri, meskipun hukuman inipun tidak bisa dilakukan dengan alasan tertentu.Â
Kasus ini menjadi alasan seseorang berargumen, "eh ternyata meskipun santrinya berpakaian tertutuppun pelakunya masih mau melakukan aktivitas bejatnya? Dan beberapa kasus lain yang melibatkan seorang tokoh agama (selain muslim) yang notabene seharusnya tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama dan negara ini.
Lalu, apakah saya setuju dengan pendapat Abu Janda yang sempat viral di medsos, yang katanya tidak masalah orang berpakaian telanjang, jika pikiran prianya bersih maka tidak akan terjadi apa-apa, yang seolah-olah berkata "untuk apa berpakaian tertutup jika prianya berpikiran kotor dan mesum? Tentu saya tidak setuju pendapat ini.Â
Kenapa antara pikiran kotor, mesum dan pakaian tertutup sangat tidak bisa dikaitkan? Sebab banyak pula kasus perkosaan yang terjadi pada wanita yang berpakaian seksi namun tidak diungkap di media. Sedangkan kasus pelecehan yang terjadi pada wanita-wanita berpakaian tertutup begitu banyak dipertontonkan ke khalayak umum.
Walaupun demikian, kenapa Tuhan memerintahkan umatnya (khususnya wanita) untuk menutup aurat? Karena Tuhan menempatkan wanita ke tempat yang mulia dan ingin menjaga kesucian wanita dengan pakaian yang menutup auratnya. Dengan kata lain, dengan wanita memakai pakaian tertutup, hakekatnya ingin mengangkat derajat wanita.
Selain karena ingin menjaga kesucian dan derajat wanita, saya ingin mengulas mengapa perbuatan tidak senonoh pada wanita kerap terjadi meskipun si wanitanya menggunakan pakaian tertutup.
Pertama, secara kodrati lelaki memiliki nafsu terhadap lawan jenisnya. Meskipun akhir-akhir ini dunia nampak aneh karena banyak lelaki yang menyukai sesama jenisnya. Dengan nafsu itu, tidak seharusnya menyalurkan pada hal-hal yang dilarang, akan tetapi disalurkan pada hal yang dihalalkan.Â
Misalnya jika usia sudah dewasa dan siap secara jasmani, rohani dan materi, maka sang pria seharusnya melangsungkan pernikahan. Bahkan seorang pria yang sudah matang dari segi agamanya, memang seharusnya segera menikah karena itu wujud kesempurnaan sebagai hamba Allah yang seperti fitrahnya melanjutkan keturunan.
Jika mereka tidak mampu belum siap menikah, maka sebaiknya menjaga pandangannya dan berpuasa. Karena dengan menjaga pandangannya akan dijauhkan dari hal-hal yang menariknya untuk berbuat maksiat.
Kedua, wanita memang seperti aurat berjalan, karena di manapun berada, seorang wanita akan selalu memancing perhatian pria. Sekali lagi fitrah wanita selalu mengundang syahwat para pria. Namun demikian, karena setiap wanita mengundang perhatian dan syahwat laki-laki, maka seperti apa yang diperintahkan Allah SWT, para wanita diharuskan memakai pakaian tertutup.Â
Bahkan ada beberapa pendapat seorang wanita haram keluar rumah tanpa ditemani muhrimnya (suami atau saudara wanitanya), karena ini bisa membahayakan.Â
Meskipun saat ini hukum ini mendapatkan perlawanan yang seolah-oleh mengekang kebebasan wanita. Padahal dengan mereka ditemani suami atau orang-orang yang muhrim baginya, maka pelecehan lebih bisa dihindari.
Ketiga, kasus pelecehan wanita oleh ustadznya ternyata tidak diketahui oleh istrinya. Nah, satu masalah timbul di sini, kenapa seorang ustadz yang jelas-jelas laki-laki dan memiliki istri sampai-sampai istrinya tidak tahu bagaimana ia menyampaikan ilmunya. Dan lebih parah lagi, sebagai lembaga pendidikan islam, seharusnya santri wanita diasuh oleh ustadzah atau guru wanita.Â
Hal ini lazim dilakukan di pondok-pondok pesantren di Indonesia. Dan jika terpaksa dididik oleh  seorang ustadz, maka seharusnya ada pihak lain (usdazah) yang turut mendampingi agar perbuatan yang tidak baik bisa dihindari. Bahkan ustadz yang mengajar santri perempuan tetap dibatasi oleh kain dengan posisi santri wanita dan pria tetap dipisah.
Keempat, Jika menganggap pria adalah penyebab semua kejahatan pada pria, seharusnya berkaca dulu atau paling tidak mengamati di sekitar kita, betapa banyak wanita yang sengaja mengumbar aurat pada para lelaki. Para wanita ini sengaja memamerkan lekuk tubuhnya demi sensasi, fasion atau karena trend. Dan lebih mengherankan lagi mereka bergoyang-goyang dengan erotisnya demi mendapatkan like, pujian dan uang. Seperti yang lazim kita lihat di kanal-kanal media sosial.
Satu sisi pria diharapkan oleh wanita agar tidak "mata keranjang" dan tidak berpikiran mesum, tapi di sisi lain banyak wanita yang sengaja menarik perhatian dengan aksi-aksi erotis yang mengundang syahwat. Dan seharusnya kita juga adil, bahwasanya dengan satu wanita yang berpakaian setengah telanjang, hakekatnya juga mempermalukan wanita lain yang berprinsip syar'i atau berpakaian tertutup.
Begitu pula ketika kita menghujat prilaku-prilaku pria yang kotor tadi, tapi banyak pula wanita yang memang merasa pedenya memamerkan auratnya demi untuk memperoleh ketenaran dan tumpukan uang.
Pendapat Anda dan Abu Janda bahwa pakaian muslim tidak berpengaruh terhadap pikiran mesum laki-laki memang bisa dibenarkan, meskipun Allah sendiri memerintahkan para wanita berpakaian tertutup (menutup aurat) agar para wanita tidak diganggu oleh kejahilan laki-laki. Tapi dengan menggiring pendapat bahwa tidak perlu berpakain yang sopan atau syar'i tentu ini adalah sebuah kesalahan fatal dan jelas-jelas menentang  perintah Allah SWT.
Laki-laki dengan pikiran kotor hakekatnya tetap berpikiran kotor jika secara personal tidak mengubah karakter pikirannya. Dan wanita akan berpotensi menjadi korban pelecehan seksual jika tidak menjaga kehormatannya di hadapan pria.Â
Mohon maaf jika tulisan kurang sopan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H