Suatu ketika Mas Vladimir Putin menyampaikan pidatonya di sebuah pertemuan resmi negara-negara dunia, yang kurang lebih isinya : "Untuk teman saya Mas Xi Jinping, Anda enggak perlulah melakukan kontak senjata untuk menguasai Taiwan. Karena saya tahu kalau dari segi ekonomi Mas Xi lebih keren dan kuat, bahkan melebihi kekuatan Paman Sam. Nah, untuk saat ini enggak perlu ada invasi dan kontak senjata. Cukuplah perkuat bidang ekonominya saja."
Mas Xi  Jinping pun menanggapi dingin, karena apa yang disampaikan oleh Mas Vladimir Putin tidak sejalan dengan apa yang tengah diupayakan oleh China dalam menganeksasi Taiwan sebagai bagian dari negaranya. Padahal Mas Putin sendiri juga lagi mengincar negara tetangga yang sudah merdeka yang menurut beliau adalah wilayah Rusia berdasarkan fakta sejarah masa lalu.Â
Dan Mas Xi pun berusaha mengiyakan apa yang dilontarkan sahabat dekatnya itu yang sengaja tidak secara langsung melakukan serangan ke wilayah Taiwan. Tentu saja karena mendengar pidato yang sungguh amat bijaksana dari Mas Vladimir Putin.Â
Tapi apa yang terjadi? Setelah Mas Xi berusaha merebut hati rakyat Taiwan dan ingin menjadi kesatuan wilayah dengan China, ternyata usahanya membujuk sang Presiden Taiwan Tsai Ing-wen tidak membuahkan hasil. Lantas apa yang terjadi, pemimpin wanita ini pun mengultimatum Mas Xi untuk tidak memaksakan kehendaknya mengatur-atur Taiwan yang notabene sudah merdeka sejak lama.
Lagi-lagi Mas Xi hanya bisa mengancam dan keliling-keliling pulau yang tujuannya untuk menekan Presiden Taiwan. Sayangnya dengan semangat berkobar, Mbak Tsai tetap bersikukuh ingin merdeka dan tak mau menjadi bagian dari China.
Efek tekanan Mas Xi semakin meluas, karena Taiwan merasa terusik dan terancam, akhirnya sekutunya Paman Sam (Biden) pun merasa perlu membela temannya ini. Dan apa yang terjadi, awalnya masalahnya terjadi antara China dan Taiwan yang berebut status kebangsaan mereka, kini menyulut masalah sampai ke masalah Laut China Selatan yang juga menyeret Indonesia dan negara-negara Asean ke dalam pusara konflik.
Anehnya, beberapa saat kemudian setelah konflik di China seperti terlupakan. Eh, ternyata Mas Putin justru menginvasi Ukraina dengan alasan ingin mengambil wilayah dan atau dengan alasan klise bahwa Mas Putin tidak ingin wilayah eks Uni Soviet itu jatuh ke tangan AS dan sekutunya Nato. Karena Mas Putin meyakini jika Ukraina ikut ke dalam Nato, akibatnya keamanan negara di kawasan Rusia akan terancam.Â
Kenapa?Â
Di saat Ukraina sudah menjadi anggota Nato, maka secara mudah AS dan Nato menempatkan senjata-senjata dan radar pemantau yang bisa saja mengancam keamanan Rusia.
Lalu, yang lucunya di mana?