Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Vaksinasi Covid-19, dari Antrean Panjang Sampai Degdegan karena Suntikan

8 Juli 2021   22:37 Diperbarui: 18 Juli 2021   18:42 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Suasana vaksinasi Covid-19 di Kec. Metro Pusat 24 Juni 2021 (Dokumentasi pribadi)

Siapa di antara kita yang sudah merasakan vaksinasi? Mungkin di antara kita sudah mengalaminya, khususnya vaksin Covid-19. 

Yap. Begitu pula saya yang beberapa pekan yang lalu tepatnya 24 Juni mendapatan giliran untuk merasakan sensasi ditusuk jarum suntikan vaksin tersebut.

Ada rasa degdegan, penasaran, khawatir, rasa takut dan sebagainya, yang semua itu berasal dari ketidaktahuan tentang vaksin itu sendiri. 

Memang benar tidak dapat dipungkiri bahwa vaksin covid-19 mengundang banyak tanya. Seperti apakah saya layak divaksin, apakah vaksin itu aman dan apakah saya akan mengalami gejala yang horror lantaran menerima vaksin pertama kali terkait pencegahan wabah Covid-19 kali ini.

Boleh jadi aneka rasa tersebut banyak dialami oleh masyarakat pada umumnya, lantaran ketidaktahuan informasi tentang vaksin dan informasi yang keliru serta menyesatkan (hoax) yang beredar di tengah masyarakat. Seperti beberapa efek yang ditimbulkan setelah vaksin tersebut dimasukkan ke dalam tubuh kita. 

Berita yang banyak beredar adalah bahwa vaksin itu menyebabkan kematian, vaksin itu adalah cairan yang membuat seseorang dimasuki oleh chip agar orang tersebut selalu diawasi dan bisa terbaca CCTV, dan informasi sesat yang lain adalah bahwa banyak beredar vaksin palsu.

Beberapa informasi hoax tersebut tentu saja turut membuat hati ini berdebar-debar, apakah benar berita yang beredar itu, atau sebenarnya ada korban yang mungkin faktor lain dan ternyata dalam pemberitaannya selalu dikaitkan dengan vaksin?

Penjelasan yang diberikan pemerintah, khususnya tenaga kesehatan tentu memberikan pencerahan, bahwa tidak ada efek negatif dari vaksin, jika calon penerima vaksin telah memenuhi unsur dibolehkan untuk divaksin. Seperti tidak dalam kondisi sakit, tidak sedang diabetes, sakit jantung, sesak napas, dan hipertensi yang tentu saja efeknya sangat berisiko. 

Jangankan menerima vaksin, tidak menerima vaksin saja bisa mengalami kematian, apalagi diberikan vaksin dikala fisik tidak dalam keadaan sehat, tentu sangat berbahaya.

Berbekal referensi yang diperoleh dari release berita pemerintah dan video-video edukasi tentang vaksin itu, maka saya beranikan diri untuk ikut divaksin. Walaupun sempat ada rasa takut jika gejala-gejala negatif justru mengenai tubuh. Namun alhamdulillah setelah mendapatkan vaksin pertama, tubuh ini tidak bereaksi apapun dan sampai saat ini masih dalam keadaan sehat wal afiat.

Gambar : Suasana pendaftaran calon penerima vaksinasi Covid-19 di Kec. Metro Pusat, Lampung (dokumentasi pribadi)
Gambar : Suasana pendaftaran calon penerima vaksinasi Covid-19 di Kec. Metro Pusat, Lampung (dokumentasi pribadi)

Lalu bagaimana pengalamanku ketika hendak divaksin?

Sebelumnya saya sempat agak ragu untuk mendaftarkan diri sebagai calon penerima vaksin, hingga kemudian beberapa teman mendapatkan giliran pertama di vaksin di layanan setempat.

Setelah vaksinasi diberikan, ternyata ketika saya tanya apakah ada vaksin gelombang kedua, ternyata jawabannya nihil, alias belum ada program. 

Saya pun biasa saja namun tetap bertanya-tanya apakah masih ada jadwal vaksinasi gratis. Dan jawabannya masih tetap nihil. Bahkan karena saking khawatirnya karena lonjakan Covid-19 yang sangat tajam di beberapa daerah, saya pun membuat status di facebook bahwa saya belum mendapatkan vaksinasi. Sampai-sampai ada teman yang menyarakan saya untuk bertanya ke fasilitas kesehatan.

Dan saya mulai bertanya-tanya lagi adakah tempat yang menyediakan vaksinasi gratis. Kebetulan beberapa hari kemudian sesama teman guru memberikan info bahwa ada vaksinasi gratis di adakan di kelurahan Metro Pusat. Meskipun saya di Metro Selatan, karena menurut Menkes bahwa vaksinasi tidak harus berdomisili di wilayah tertentu, maka saya pun nekat untuk mengikuti jadwal tersebut.

Persis pada 24 Juni saya mendatangi Puskesmas dan oleh petugas dianjurkan ke kantor Kecamatan Metro Pusat. Kemudian saya meluncur ke lokasi dan saya amati sudah banyak yang mengantri.

Karena memang berniat mengikuti vaksinasi tersebut, saya pun mengikuti antrian yang memanjang tersebut dengan tetap menjaga jarak, memakai masker atau tetap mematuhi protokol kesehatan. Saya lihat cukup banyak masyarakat yang ingin ikut program vaksinasi tersebut. Apalagi saat ini siapa saja harus divaksin dan menjadi pogram presiden bahwa setiap hari 1 juta vaksinasi di seluruh Indonesia.

Rasanya lelah serta penasaran bagaimana sih vaksinasi tersebut.

Dan setelah beberapa lama mengantri, akhirnya saya pun mendapatkan antrian yang juga sangat melelahkan setelah mengisi daftar hadir. 

Setelah itu tibalah saatnya saya menerima panggilan dan menuju ruangan atau aula di mana isinya deretan para tenaga medis yang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan program vaksinasi itu.

Saya dipanggil untuk diperiksa tekanan darah, ditanya riwayat kesehatan dan kemudian mendapatkan vaksinasi setelah dianggap memenuhi syarat sebagai calon penerima vaksinasi. Awalnya degdegan dan sedikit takut lantaran memang sejak kecil saya takut jarum suntik. 

Beruntungnya proses vaksinasi itu tidak berlangsung lama. Dengan sedikit rasa sakit seperti digigit semut, proses vaksinasi tersebut pun selesai dan tinggal menunggu surat keterangan sudah divaksin.

Setelah menyelesaikan proses tersebut dalam hati pun berkata, ternyata vaksinasi ini tidak seperti apa yang diberitakan media. Memang benar ada salah seorang calon yang tidak boleh atau dilarang menerima vaksinasi lantaran mereka tengah hamil bagi wanita dan menderita berbagai keluhan penyakit seperti yang saya sebutkan di atas.

Benarkah vaksinasi berbahaya?

Jawabannya tentu tidak. Saya membuktikan sendiri setelah divaksin keadaan saya baik-baik saja. Dan istri saya pun tidak mengalami sesuatu yang berarti setelah mendapatkan vaksinasi.  Saya tidak merasakan keluhan seperti yang diberitakan di media massa. 

Boleh jadi yang merasakan efek negatif dari vaksin lantaran kondisi fisik memang tidak sehat dan boleh jadi tengah mengalami sakit dan dikategorikan sebagai sebagai larangan untuk divaksin.

Dan yang pasti bahwa rumor beredarnya vaksin palsu tentu itu adalah berita hoax atau bohong. Alasannya semua vaksin dan program vaksinasi sudah memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah. 

Tidak perlu risau apalagi takut dengan alasan tertentu. Boleh jadi karena pengaruh pemberitaan dan informasi yang beredar ternyata berita-berita palsu yang justru menyesatkan masyarakat.

Apakah yang saya lakukan setelah divaksin?

Seperti anjuran pemerintah, bahwa siapa saja yang sudah divaksin diharuskan tetap mengikuti protokol kesehatan. Yakni mencuci tangan, menjaga jarak dan selalu memakai masker. 

Tidak mendekati kerumunan yang berpotensi penularan virus. Dan yang penting juga adalah kita harus selalu relax atau tenang dalam menghadapi situasi saat ini. Jaga kesehatan dengan menyantap makanan bergizi seimbang.

Satu lagi yang penting agar kita tidak mengalami tekanan batin (stress) lantaran berita kasus covid-19 yang melonjak tajam, lebih baik mengabaikan berita-berita yang membuat panik agar kita tidak terprovokasi berita-berita hoax.

Mengetahui informasi itu penting. Tapi tetap harus bisa menyaring kebenaran berita itu, agar kita tidak terpengaruh oleh informasi yang bisa mempengaruhi keadaan fisik dan psikis kita. 

Informasi yang beredar membuat kita semakin waspada dan berupaya menjaga diri agar tidak terpapar virus. Berusaha sekuat tenaga menghindari serangan virus disertai dengan doa yang cukup agar Tuhan melindungi dan menjauhi kita dari bencana yang telah merenggut banyak jiwa ini. Semoga badai wabah ini segera berlalu. Aamiin.

Salam

Metro, 08-07-2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun