Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sesibuk Apapun Pekerjaanmu, Bercocoktanamlah!

6 Juli 2021   22:40 Diperbarui: 19 Juli 2021   05:33 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanam sayuran bisa memanfaatkan gelas atau botol bekas minuman, murah meriah dan menyenangkan (dokumen pribadi)

Suatu ketika di sore yang lengang, seorang pria memanggil-manggilku yang saat itu masih bercengkrama dengan laptopku di rumah. Suara samar-samar tersebut kusimak dan kucoba terka, siapa sebenarnya yang memanggil itu. Lantas saking penasarannya akhirnya aku menemuinya di depan pintu belakang.

Betapa aku terkejut ternyata yang datang adalah mantan siswaku, anak berkebutuhan khusus yang kini sudah memiliki kegiatan di rumah bersama lingkungan tetangga. Anak tersebut awalnya belum memiliki kemampuan apa-apa. Jangankan untuk menyapu lantai, untuk mandi saja yang berkaitan dengan perawatan dan pengurusan diri sendiri saja belum bisa melakukannya sendiri.

Alhamdulillah, setelah beberapa lama mengenyam pendidikan di SLB N Metro, saat ini sang anak sudah menunjukkan kemandirian. Tak hanya berkaitan dengan perawatan atau pengurusan diri sendiri yang bersifat wajib, melakukan pekerjaan yang dilakukan orang lain pun saat ini sudah lancar di kerjakan, seperti mencuci piring, mengepel lantai dan sebagainya yang berkaitan dengan merawat perabot rumah tangga.

Betapa bersyukurnya orang tua melihat kemajuan anak yang dapat dikatakan memiliki kekurangan atau keterbatasan intelegensi, psikis dan sosial emosional ini. Dan saat ini pun ia sudah dipercaya untuk membantu tetangganya yang ingin mengambil jasanya bersih-bersih lingkungan.

Bahagia rasanya melihat perkembangan anak tersebut yang kini telah menunjukkan kemandirian pribadi.

Nah, seperti yang saya sampaikan di awal tulisan ini, tiba-tiba sang anak meletakkan sekeresek besar gelas air mineral atau gelas plastik minuman yang biasanya di buang di tempat sampah jika tidak lagi dibutuhkan.

Kok tanpa ada angin atau hujan tiba-tiba sang anak ini sudah membawa gelas minuman bekas itu, dan mengatakan "ini untuk Pak Ali!" Katanya sambil menunjukkan wajah berseri. Setelah meletakkan benda-benda tersebut, ia pun berlalu karena tidak berkenan ketika aku tawarkan untuk masuk dulu.

Dalam pikiran ini pun muncul tanya, kira-kira untuk apa ya beberapa gelas dan botol plastik ini? Seketika itu belum terpikirkan untuk memanfaatkannya. lalu kuletakkan saja di pinggir pagar untuk esoknya lagi bisa kami manfaatkan sebagian benda yang lebih bermanfaat.

Tiba esok hari, saya memanggil anak-anak yang awalnya tengah bermain gadget, kami ajak bersama-sama membuatnya menjadi wadah (pot) untuk menanam sayuran. Kebetulan pula kami sudah memiliki bibit kangkung. Dan tak seberapa  lama, gelas dan botol-botol plastik tersebut sudah kami isi tanah bercampur pupuk kandang lalu kami gantung di dinding dengan media paku dan tambang.

Dan kini, beberapa tanaman itu kini sudah bisa dipetik sebagai sayuran ketika kami ingin merasakan lezatnya sayuran di kebun. Awalnya ingin ditanami juga dengan caisin, tapi karena bibit belum tersedia, maka sementara kangkunglah yang kami tanam di sana.

Sesibuk apapun, lebih enak dengan budidaya sayuran

Saat ini bertanam sayuran dalam gelas atau botol plastik minuman sudah bukan sesuatu yang asing lagi. Hampir setiap rumah yang memiliki sedikit pekarangan telah ditanami aneka tanaman sayuran, di antaranya:  cabai, tomat, sledri, daun bawang (loncang), sawi, termasuk kangkung. Bahkan ada pula sebagian mereka yang bertanaman kol atau bunga kol. Namun media tanamannya tentu yang lebih besar yaitu polybag atau pot bunga, bisa juga ember bekas.

Kesukaan mereka bertanam sayuran bukan hanya karena kepepet, namun karena hobi dan sebagai tempat berhibur ketika rasa penat melanda. Bayangkan saja jika sehari-hari berkecimpung dengan pekerjaan dan pekerjaannya kebanyakan mengandalkan komputer atau gadget serta harus duduk dalam waktu lama, tentu rasanya jenuh 'kan? Iya, untuk mengurangi kejenuhan itu dengan membuat aktivitas yang lebih bermanfaat, salah satunya bertanaman sayur-sayuran.

Meskipun kita merasa mampu membeli sayuran yang lebih mahal di supermarket, namun tidak salah untuk memanfaatkan pekarangan yang tersedia dengan menanaminya dengan tanaman-tanaman yang bermanfaat sekaligus sebagai penghijauan agar suasana di rumah semakin sejuk oleh oksigen yang dihasilkan oleh tanaman-tamanan itu. Apalagi sayuran-sayuran tersebut dipupuk dengan pupuk organik yang dibuat dari sisa-sisa makanan dari meja makan dan dapur kita, tentu lebih sehat.

Dan misalnya belum mau mengonsumsinya, sayuran-sayuran tersebut bisa dijual atau diberikan ke tetangga juga tidak ada salahnya. Malah memberikan sedekah berupa sayuran pun termasuk mendekatkan silaturrahmi dengan tetangga kita.

Kita memang sudah sibuk dengan pekerjaan, dan tentu saja sudah jenuh bergelut dengan wabah yang sepertinya tidak berakhir. Nah, solusinya adalah mau membudidayakan tanaman sayuran di sekitar rumah dengan cara sederhana. Baik dengan polybag, pot bunga, ember bekas, atau menggunakan gelas dan botol plastik minuman yang biasanya hanya menjadi sampah yang menyumbat selokan-selokan kita.

Dengan membudidayakan tanaman sayuran tersebut, apalagi melibatkan anak-anak, tentu menjadi sarana pendidikan dan hiburan (refresing), agar pikiran, hati dan fisik kita tetap fit dalam menjalani pekerjaan yang sangat menjenuhkan.

Pekarangan lebih hijau, bermanfaat, sejuk dan tentu saja kita memperoleh manfaat gizi yang ternyata tersedia di pekarangan rumah.

Salam

Metro, 6-7-2021

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun