Kemarin, kami sengaja ke Pasar Cendrawasih Kota Metro untuk membeli salah satu kebutuhan rumah tangga. Tidak jauh dari rumah kalau ditempuh dengan sepeda motor, kira-kira lima belas menit sudah sampai. Itupun karena harus berhenti di lampu merah dan ramainya jalan raya. Kalau tanpa hambatan tentu lebih cepat.
Karena tidak terlalu sering ke pasar, apalagi semenjak ada covid-19, kami memang jarang ke pasar, jika di warung terdekat masih ada barang yang kami butuhkan. Namun, Â karena benda ini tidak tersedia di warung tetangga, maka kami mesti mencarinya di kota.
Selama mencari kebutuhan, tiba-tiba mata ini tertarik dengan seonggok mangga yang diatasnya tergantung secarik keras bertuliskan 5.000. Dalam benak kami terpikirkan bahwa mangga itu sengaja diobral. Mungkin alasannya memang sudah produk lama atau lebih dari 3 hari yang dari segi kualitas sudah 80%.Â
Jenis mangganya pun bercampur, ada mana manalagi dan harum manis. Sudah pasti 'kan aromanya semerbak harum yang memancing orang yang menyukai buah ini untuk segera membelinya. Sudah murah manis lagi.Â
Buah mangga tersebut memang sudah tidak segar lagi. Kalau untuk yang menyukai yang segar-segar (fresh) tentu mangga ini bukanlah pilihan. Tapi bagi ibu-ibu yang doyan buah-buahan murah, maka buah-buahan ini bisa jadi alternatif untuk menghemat uang belanja.
Harga mangga yang masih fresh, di pasaran sampai 23 ribu. Bahkan kalau di marketplace bisa mencapai 28 ribu Belum lagi jenis harum manis memang sangat diminati konsumen sekaligus mahal. Harga mangga plus ongkos kirim tentu jadinya lebih dari 30 ribu.Â
Jika dilihat dari kondisinya, bentuknya masih utuh, namun jika dipegang memang sebagian sudah mulai lunak dan kulitnya mulai menghitam. Untuk jenis buah ini konsumen bisa memilih buah yang paling bagus.Â
Namun demikian, karena kami melihat buah tersebut masih bagus dan dalamnya masih layak konsumsi, maka sekaligus kami membeli empat kilo gram. Meskipun bagi masyarakat berkantung tebal bisa jadi malu, tapi bagi kami gak masalah lantaran tidak membahayakan kesehatan.
Nah, bagi masyarakat yang begitu selektif terhadap mangga yang sudah jatuh harga tentu memilih produk yang tidak fresh tentu tidak terjadi. Alasannya memang bagi mereka ada pertimbangan sendiri terkait pilihan. Sedangkan bagi masyarakat bawah, untuk buah-buahan tidak jadi masalah asal sehat dan memang masih layak konsumsi.
Membeli Harga Murah, Yang Penting Sehat
Kami melihat suatu makanan-non bahan pengawet, jika jenisnya buah-buah dengan kualitas atau mutu yang sudah menurun dengan harga yang sekelas 5 ribuan tadi masih bisa kami tolerir. Kenapa? Karena buah memang begitu mudah melayu jika tidak disimpan di dalam fresher atau tidak segera laku terjual. Bahkan banyak jenis buah yang jika dua hari tidak terjual kondisinya memang sudah tidak menarik lagi. Seperti mangga, pisang, dan yang lainnya. Karena memang secara alami jika buah-buahan tersebut diletakkan di tempat terbuka dan suhunya relatif panas maka buah-buahan tersebut terlihat pucat dan tidak menarik lagi.
Padahal, buah-buahan yang terlihat tidak menarik lagi karena terlalu lama tidak laku, bisa jadi memang tidak diberikan obat pengawet buah. Anda tentu masih ingat, ada beberapa buah apel yang sempat membuat polemik karena ketika diteliti mengandung pengawet. Secara sengaja pihak-pihak produsen, distributor dan pedagang eceran mencelupkan buah-buahan tersebut ke dalam cairan pengawet agar buah tersebut terlihat segar. Padahal jika ditinjau dari segi kesehatan, tentu buah tersebut bisa memberikan efek tidak baik bagi tubuh.Â
Banyak penelitian ilmiah yang menjelaskan bahwa produk makanan yang diberikan bahan pengawet-misalnya formalin, justru berbahaya bagi tubuh konsumennya, seperti kanker dan penyakit berbahaya lainnya.
Tidak malu membeli buah-buahan murah, asal sehat
Jika melihat kondisi buah yang kami beli yang sekitar 80-90% kondisinya, tentu membeli buah tersebut tidak menjadi persoalan. Bahkan jika dibandingkan dengan buah yang nampak selalu fresh padahal buah-buahan tersebut sudah telalu lama, maka kita perlu curiga. Jangan-jangan buah-buahan tersebut diberi formalin. Kecuali jika kita membeli dari petani atau pedagang kecil yang sekali berdagang sehari pula langsung habis, atau penjualnya meletakkan di ruangan dingin atau di dalam lemari pendingin, maka amat jarang mereka menggunakan bahan pengawet.
Bagi kami, buah-buah yang masih layak konsumsi tersebut tidak serta merta membuat mental kami jatuh, minder atau rendah diri. Lantaran yang membelinya pun banyak. Apalagi jika melihat konsumen rata-rata emak-emak, tentu mereka membeli karena ingin menghemat uang belanja atau anggap saja memang berkocek tipis.
Namun, yang perlu digaris bawahi adalah, buah jenis apapun konsumen harus selalu berhati-hati. Apalagi buah tersebut mencurigakan dengan kondisi yang tetap kencang dan mulus meskipun berhari-hari dipajang di pinggir jalan. Sedangkan kita sedikit yakin buah-buahan tersebut aamn lantaran memang kondisinya alami seperti buah pada umumnya yang tidak segar lagi.Â
Asalkan buah itu masih bagus dagingnya, maka tidak perlu ragu untuk membelinya lantaran masih layak dikonsumsi.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H