Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Empat Orang Inilah Idola Saya, Siapa Mereka?

22 Oktober 2020   20:58 Diperbarui: 31 Oktober 2020   21:35 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak terasa dua belas tahun blog kroyokan Kompasiana merajai dunia netizen. Para netizen tersebut secara sukarela bergabung dalam komunitas menulis yang cukup besar ini, yang ternyata bisa menghimpun banyak tulisan penuh warna dari berbagai penulis. Dan ternyata para penulisnya pun berasal dari berbagai suku, agama, pekerjaan dan daerah tentunya. 

Dengan keanekaragaman penulisnya, maka tipe dan gaya penulisan pun berbeda-beda sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Bagaimana dengan saya?  Saya bisa dibilang kompasianer kawakan jika dilihat dari masa pendaftaran menjadi member atau anggota genk di blog bersama ini. Yakni 2011 yang lalu saya memberanikan diri bergabung dengan para penulis yang hadir dari banyak latar belakang ini. 

Awalnya sempat down, minder atau rendah diri, dan merasa bukanlah siapa-siapa jika disandingkan dengan para penulis yang  bisa dikatakan beken-beken. Meskipun dalam perjalanan waktu, ternyata banyak kompasianer yang rela undur diri dan berpindah rumah menulis demi mengikuti kata hati. Semua kembali pada masing-masing personal, apa sebenarnya yang menjadi alasan mengapa mereka bisa ke lain hati. Semoga saja karena niat ingin mencari kehidupan baru jika di keluarga lamanya sudah cukup membuat jenuh.

Dengan rentang sembilan tahun tentu harapannya sosok ndeso ini bisa menjadi salah satu kontributor atau penulis yang bisa menghiasi dunia internet dengan tulisan yang bermutu, bernas dan inspiratif. Sayangnya saya merasa selalu  ada yang kurang. Embohlah, mungkin sebatas inilah kemampuan saya sampai kini. Meskipun tidak salah untuk terus mengasah diri dalam tulis menulis sampai usia tak lagi mampu menulis. Bahkan sampai sekarang, saya tetap merasa sebagai penulis junior yang harus terus belajar menjadi sama dengan penulis lainnya (bukan senior).

Kembali ke  judul pada tulisan ini, sebenarnya saya merasakan sungkan atau malu jika harus mengatakan dengan sejujurnya siapa sederet Kompasianer yang bisa mengambil kekaguman saya pada mereka berempat ini. Meskipun dari relung hati yang paling dalam, semua penulis di blog bersama ini adalah inspirator dan sosok-sosok yang menjadi panutan serta idola saya. Tanpa saya sebutkan satu persatu kalian adalah sosok inspiratif.

Para penulis yang sejatinya saya kenali dari pertama kali membaca tulisan-tulisan mereka, dan sederet aktivitas yang nampak di media sosial, nyatanya sampai saat ini memberikan nilai plus bagi penilaian saya pribadi, bahwa mereka layak untuk diberikan empat jempol.

Lalu, siapa sih sebenarnya empat idola saya tersebut? Cekidot!

1. Tjiptadinata Effendi

Sosok pertama yang sampai sekarang menjadi idola saya adalah Bapak Tjiptadinata Effendi. Pria kelahiran Padang, Indonesia ini adalah seorang kompasianer yang sampai sekarang tetap menjadi idola saya. Kiprah perjuangan sampai beliau berhasil menjadi sosok yang sukses menjadikan saya selalu ingin belajar kiat-kiat bagaimana menggapai kesuksesan itu. Yang membuat saya salut, meskipun beliau adalah tokoh yang merupakan kalangan atas -menurut saya, ternyata masih mau bertegur sapa dengan orang kecil seperti saya ini. 

Sungguh saya merasa mendapatkan kehormatan karena bisa berteman di dunia maya bersama sosok yang inspiratif, kebapakan dan layak menjadi contoh atau teladan bagi siapa saja.

Meskipun beliau sudah lama tinggal di Australia, ternyata dalam setiap tulisannya beliau tidak pernah melupakan negerinya Indonesia sebagai tanah air di mana beliau dilahirkan.

Dan saya tidak mau melebih-lebihkan siapa sebenarnya Bapak yang saat ini bermukim di Australia ini. Karen dari tulisan-tulisan perjalanan hidup saja saya sudah banyak menemukan kelebihan yang beliau miliki.

Foto Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina (Kompasiana.com)
Foto Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina (Kompasiana.com)

2. Roselina Tjiptadinata Effendi

Sosok kedua yang menjadi idola saya adalah Ibu Roselina. Beliau adalah belahan jiwa dari Bapak Tjiptadinata Effendi. Wanita dengan kelembutan dan tulisan yang sangat menginspirasi siapa saja telah membuat saya kagum akan kesetiaan dan pancaran kebahagiaan ketika mendampingi sang suami tercinta.

Sungguh Pak Tjiptadinata Effendi sangat berutung memiliki belahan jiwa yang baik seperti beliau. Wanita yang sangat berdedikasi menjadikan kehidupannya bermanfaat bagi semua orang. 

Selain penulis di Kompasiana, Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina adalah seorang penulis buku yang bukunya juga sudah menghiasi rak buku saya.

Dan yang membuat saya salut adalah beliau selalu saja menulis di blog bersama ini meskipun usia bisa dibilang tidak lagi muda. Bahkan saya yang lebih muda saja merasa kalah dengan semangat beliau dalam melahirkan tulisan yang penuh inspiratif tersebut. 

Kepada Ibu Roselina, terima kasih sudah menginspirasi dan selalu hadir dalam tulisan-tulisan saya. Karena komentar-komentar ibulah saya selalu bersemangat untuk menabur kebaikan dengan tulisan di rumah bersama Kompasiana ini.

3. Gaganawati Stegmann

Sosok ketiga yang bisa mengambil hati saya untuk mengagumi adalah Mbak Gaganawati Stegmann. Wanita dengan panggilan Mbak Gana ini adalah wanita kelahiran Indonesia yang kini tinggal di Jerman. Negeri di daratan Eropa yang jauh dari negeri kita. Meskipun beliau adalah sosok yang sudah lama bermukim di Jerman, ternyata beliau masih selalu pulang ke Indonesia dan menjadikan dirinya ujung tombak dalam memperkenalkan budayanya di negerinya yang baru.

Selain sebagai Kompasianer, beliau juga seorang penulis yang bukunya  banyak beredar dan menginspirasi banyak orang.

Perkenalan saya awalnya karena beliau begitu mudah emmberikan like dan komentar di setiap tulisan kompasianer, termasuk tulisan-tulisan sederhana saya. 

Gaganawati Stegmann (Twitter.com)
Gaganawati Stegmann (Twitter.com)

4. Bambang Setyawan

Sosok keempat yang juga selalu menjadi sorotan saya adalah pak Bambang Setyawan. Panggilan di media sosial adalah Pak Bambang. Seorang Kompasianer yang aktif dalam kegiatan sosial di daerahnya ini selalu memberikan contoh teladan bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Doc. Bambang Setyawan
Doc. Bambang Setyawan

Pak Bambang memang orangnya sederhana, tapi tutur katanya dan sikapnya menunjukkan bahwa beliau adalah sosok yang berwibawa dan sangat menghormati orang-orang di sekitarnya, sama seperti ketiga kompasianer idola saya di atas. 

Meskipun keempat sosok itu adalah idola saya, hakekatnya semua kompasianer adalah guru, teman, idola serta kawan sejati saya, yang semoga saja bisa menjadikan kehidupannya sebagai contoh untuk bisa saya teladani.

Dari mereka berempat saya selalu belajar menjadi seorang ayah, guru, dan bagaimana menjadi orang tua yang sesungguhnya yang harus selalu menjadi contoh terbaik bagi keluarganya. Selain itu bagaimana kita bisa menjadi bagian integral  masyarakat dunia yang harus mengemban amanah sebagai makhluk sosial yang bermanfaat bagi manusia yang lain. 

Mohon maaf jika tulisan ini kurang berkenan bagi pembaca sekalian.

Matur nuwon

Metro, 22-10-2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun