Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kekerasan di Waktu Kecil, Belajar Memahami Kejiwaan Anak-anak

19 Oktober 2020   07:56 Diperbarui: 19 Oktober 2020   14:34 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan ternyata sampai saat ini, banyak pihak yang menganggap kekerasan terhadap anak dianggap sesuatu yang layak, dengan alasan ingin meredam konflik. Padahal realitanya, setiap  pengalaman pahit suatu saat akan melahirkan balasan atas apa yang dialaminya. Kecuali membekali anak-anak itu dengan pendidikan yang komprehensif dan pengalaman yang positif. 

Sama seperti apa yang terjadi pada beberapa anak dan penulis sendiri, ketika mendapatkan perlakuan kasar ternyata bukannya menjadi berubah justru semakin membuat ulah. 

Kebiasaan mengambil yang bukan miliknya, berbohong dan lain sebagainya ternyata semakin menjadi-jadi jika solusi yang diberikan hanya dengan pukulan, tapi tidak memberikan pengarahan dan teladan yang tepat bagaimana bersikap.

Bagaimana saya melihat seorang anak yang tiba-tiba mencak-mencak (berteriak) pada orang yang lebih tua lantaran orang tua yang selalu membentak anak dan memberikan pukulan ketika mereka salah. Bahkan acapkali tidak mendengar suara hati sang anak. 

Nah, pada saat anak keliru mendapatkan informasi dalam masa perkembangannya, mereka akan berusaha mengadaptasi dan melakukan imitasi prilaku yang sebenarnya kurang tepat itu. 

Mudah saja kita melihat bagaimana prilaku anak-anak sekolah saat ini yang cenderung melawan gurunya serta terlibat perkelahian sesama pelajar, lantaran prilaku di dalam rumah yang memang mengajarkan kekerasan pada anaknya. 

Belum lagi teman-teman bergaul yang notabene lahir dari keluarga yang kurang pendidikannya, tontonan yang tidak layak serta permainan-permainan yang justru mengeksplor kejahatan pada diri anak. 

Itu semua menjadi ekses negatif pada diri anak pada perkembangannya hingga dewasa.

Mereka yang mudah menerima pukulan, maka dihari tuanya akan mudah sekali memukul. Namun sebaliknya, ketika di usia anak-anak diajarkan budi pekerti yang baik, maka di usia dewasanya besar kemungkinan menjadi pribadi yang berbudi pekerti yang luhur juga.

Jika kita sedikit banyak mengerti kejiwaan anak-anak, maka kaum dewasa yang mengerti akan bisa memperlakukan anak-anak sesuai dengan yang seharusnya, sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki.

Ketika orang dewasa pun mesti memahami karakter anak dan menjadi teladan bagi anak-anak mereka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun