Hingga suatu ketika beliau menggunakan sebuah pecahan kaca mobil agar dapat mengamati wajah wanita suku Aborigin tersebut untuk dijadikan objek  lukisan. Di mana kebiasaan perempuan suku Aborigin yang ahli dalam melukis dengan teknik dot painting (melukis dengan dipukul-pukul), hingga dipamerkan di Amerika  Serikat dan harga lukisannya mencapai US$ 200.000 . Betapa karya yang sangat mahal bukan?
Begitu juga ketika beliau menceritakan betapa kebudayaan Kalimantan (Dayak) di mana para wanitanya memakai kupluk (topi khusus) dan telinga yang menjuntai panjang karena diberikan perhiasan. Bahkan ada pula yang menurut beliau lucu ketika ada di antara mereka yang menganggap  tinta sebagai odol. Mungkin karena belum begitu mengerti penggunaan tinta dalam proses melukis.
Dan yang lebih mengagumkan lagi bahwa beliau pernah menjadikan sapi sebagai objek lukisan. Bukan hanya mengarang bentuk sapi, tapi benar-benar terjun di kandang demi mendapatkan kesan yang sempurna dalam proses melukis. Meskipun harus mencium bau kotorannya.
Dengan kata lain, Bunda Kartika Affandi selalu melukis di mana beliau menemukan objek lukisan (on the spot), dan bukan sekedar mengarang saja. Menjadikan semua perjalanan ke berbagai daerah sebagai tempat untuk menyalurkan hobi dan kreativitasnya dengan cara yang menyenangkan.Â
Meskipun usia sudah tidak lagi muda, apa yang perlu dicontoh dari beliau adalah semangat untuk tetap kreatif dan mengisi hari-hari tua dengan hal-hal yang bermanfaat, sebagaimana tema talk show tersebut.
Pesan bagi perempuan
Di akhir penuturannya, beliau memberikan pesan kepada wanita agar menjadi wanita yang mandiri. Jangan menjadi perempuan yang cengeng dan pesan beliau jangan pernah tergelincir ke lembah hitam. Jagalah harga diri sebagai penghargaan nilai kewanitaan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H