Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Terima Kasih, Pada Sahabat di Ujung "Suka"

18 Agustus 2020   08:20 Diperbarui: 18 Agustus 2020   15:56 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah kurang lebih  delapan tahun atau sewindu guratan jemari ini menghiasi laman-laman media berbagi. Tidak hanya di Kompasiana, karena ada banyak media lain yang kujadikan wadah menyemai ide dan menumbuhkan kata hingga berbuah tulisan sederhana.

Tulisan yang bisa disebut tulisan "wong cilik" alias kaum awam. Coretan yang berasal dari kalangan bawah atau proletar, yang terus hadir atas keresahan dan ide-ide sederhana, yaitu "ingin bercerita". Meskipun cerita itu masih dianggap receh, biarlah penilaian orang, yang  pasti tangan ini selalu menari menghibur diri.

Delapan tahun hakekatnya waktu yang pendek jika dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki jam terbang yang lebih panjang. Bahkan jika dinilai sebagai sebuah karya, sebenarnya masih jauh dari kata imajinasi yang mumpuni. Jika dikatakan karya sastra, kata-kata yang lahir pun jauh dari diksi para maestro dan sastrawan.

Meskipun demikian, sejumput kata yang terdampar di sini, nyatanya tak begitu mudah untuk diuraikan. 

Bagi penulis awam dengan panggilan kecil Ali ini ternyata begitu sulitnya merangkai kata hingga menjadi kalimat yang utuh. Namun kini, alhamdulillah kompasiana dan media sosial lain (KBM) menjadi tempat yang mudah untuk belajar. Lagi-lagi ternyata belajar tidak boleh kalah oleh usia. Bahkan agama-pun memerintahkan agar terus belajar sampai ajal menjelang.

Kompasiana dan kompasianer

Saya tidak mau menyembunyikan pengalaman yang berkesan dalam kehidupan. Seperti sejak awal menulis di media ini, saya banyak menyerap energi menulis secara gratis. Bahkan teori-teori tentang berbagai banyak disiplin ilmu saya temukan di sini. Sampai kini semua pengetahuan itu saya dapat dengan gratis.

Padahal selama bertahun-tahun menimba ilmu di bangku sekolah, begitu banyak yang aku dapatkan tapi masih butuh asupan gizi yang lebih banyak dan padat. 

Nah, di sini saya bisa banyak belajar dari para sahabat yang sama sekali belum pernah saya kenali. Jangankan di dunia nyata, di dunia maya saja masih belum sepenuhnya paham satu persatu individu.

Namun, meskipun tak saling mengenal, nyatanya ada banyak ilmu yang dibagikan secara gratis. Terima kasih untuk semuanya.

Terima kasih untuk kuota, waktu dan "like" nya

Siapa yang paling beruntung di dunia ini? Mungkin banyak  yang akan menjawab orang kayalah yang paling beruntung. 

Ada pula yang menjawab mereka yang mendapatkan jabatan tinggi. Atau memiliki gaji yang besar. 

Padahal orang yang beruntung  di setiap karyanya adalah orang-orang yang menyukai. Nah, siapa yang tidak ingin di sukai? Saya kira semua orang menginginkannya, bukan? 

Yap, sama juga dengan sebuah karya, siapapun akan berbangga diri dan bersemangat berkarya jika muncul sosok-sosok yang mengapresiasi. Tak hanya dalam tulis menulis atau karang mengarang, karena dalam bidang lukis misalnya, pun butuh orang-orang yang memberikan support dan menghargai karyanya. Dengan konsekuensi mau membelinya atau mengeluarkan sejumlah uang.

Jika seorang pelukis dihargai lukisannya, maka penulis tentu sama, yaitu dihargai tulisannya. Bukan masalah berapa harga atau uang semata, karena banyak orang yang membayar sebuah karya hanya karena ingin mengolok-olok pembuatnya. 

Seolah-olah dia membeli dengan harga mahal, nyatanya dipajang pun tidak. Dipamerkan ke khalayak pun tidak juga di lakukan. Hanya disimpan di gudang sebagai aset. Lalu apa gunanya sebuah karya? Gak cukup kan jika hanya disimpan di tempat penyimpanan tanpa ada yang menikmati?

Nah, begitu pula dengan karya kita, maka apresiasi adalah nilai tertinggi dari sebuah pencapaian usaha. 

Seorang rakyat jelata pun akan bangga jika rasa lapar dan pilihannya dihargai oleh pemimpinnya. Begitu pula pemimpinnya yang selalu merasa dihargai oleh rakyatnya. 

Dengan penghargaan itu rakyat jelata akan terus berusaha bertahan hidup meski dalam kesakitan, dan pemimpin itu akan berusaha memimpin yang adil meskipun tak kunjung berhasil. 

Sebuah pencapaian yang tidak akan diakhiri sampai benar-benar mendapatkan penghargaan yang setinggi-tingginya. 

Sama seperti di kompasiana, seandaianya tanpa dibayarpun, sebuah penghargaan akan menempati nilai tertinggi dibandingkan uang. Karena bagi saya uang semilyar pun tidak ada artinya dibandingkan dengan sebuah penghargaan. 

Misalnya, "maaf" seorang penjual diri tetap dinilai rendah di hadapan Tuhan dibandingkan dengan seorang pemungut sampah di Bantar Gebang. Terlepas karena mereka sama-sama berjuang untuk hidup.

Uang mereka memang berselisih banyak, tapi hakekatnya harga diri lebih banyak bagi sosok yang bekerja karena penghargaan akan nilai-nilai kehidupan. Bukan sekedar mengejar materi tapi merendahkan derajat kemanusiaan.

Terima kasih untuk penghargaannya. Karena penghargaan itu menjadi ruh bagi seseorang yang terus berkarya.

Salam

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun