Bayangkan jika setiap mendapati masalah kecil langsung diupdate di media sosial? Apa yang terjadi? Bukannya masalah selesai justru sebaliknya semakin runyam.
Nah, jika saja masalah tersebut cukup berdua saja diselesaikan dengan face to face, maka persoalan kecil bisa selesai dengan manis. Namun sebaliknya jika diumbar di media sosial, bukannya menemukan solusi, kebanyakan berakhir kekecewaan.Â
Terlalu banyak perhatian dari orang lain yang sejatinya kurang baik dalam hubungan tersebut.
Ketiga, media sosial seringkali bukan tempat yang tepat untuk berbicara serius.
Pernahkah Anda melihat sosok yang kecewa karena dipermainkan seseorang di media sosial? Sepertinya kita sering disuguhi informasi penipuan. Baik penipuan tentang uang maupun asmara.
Dalam hal asmara seolah-olah penghuninya bisa menjadi problem solver atas masalah kita. Nyatanya hanya gojekan atau guyonan kecil yang kadang terlihat serius.Â
Bagaimana jika sosok yang suka bermain-main ini tiba-tiba ikut nimbrung dalam persoalan kita? Tentu negatif akibatnya kan?
Tiba-tiba sosok yang tidak seberapa dikenali ikut nimbrung dalam konflik kita dengan pasangan. Seolah-olah mereka adalah dewa penolong. Eh, nyatanya justru ingin mempermainkan dan menghancurkan semuanya.Â
Meskipun ada pula  yang menjadi penyelesai konflik dengan media sosial, meskipun hanya orang-orang tertentu yang kompeten. Selebihnya adalah guyonan atau sekedar bermain-main karena telah menjadi teman.
Intinya, banyak hal yang bisa membuat segalanya hancur karena satu postingan curhatan di media sosial yang justru merusak hubungan. Maka kadang kala kita perlu berprinsip, "Untuk apa mengumbar masalah atau romantisme di media sosial jika di ranjang saja bisa. Ya kaan?"Â
Salam