Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menilai Sisi Fisikiyah Manusia

7 Juli 2020   16:22 Diperbarui: 7 Juli 2020   16:59 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perwujudan manusia dari segi fisik begitu mudah berubah menjadi tua sedangkan kecantikan batin akan selamanya terlihat cantik. Baik mereka yang masih hidup di dunia maupun yang sudah di alam keabadian.

Betapa gantengnya pria Korea itu ya, Bun? Tanya wanita paruh baya pada temannya. Ada yang nyeletuk cewek-cewek China itu cakep-cakep ya? Eh yang lain tak kalah lantang mengatakan bahwa pria atau wanita bule lebih mempesona karena matanya yang berwarna biru. Sedangkan ada juga yang tetap bersikukuh bahwa produk dalam negeri tetap yang terbaik.

Itulah fenomena penilaian seseorang pada manusia lain yang berbentuk fisik. Mereka menilai seseorang hanya berdasarkan warna kulit, bentuk atau warna rambut, mata, bentuk tubuh atau gaya hidup yang berwujud kebendaan.

Betapa terpesonanya ketika melihat orang lain yang berkulit bersih atau putih dengan mata yang biru tadi. Padahal warna kuning langsat dengan mata hitam atau kecoklatan masih dianggap lebih baik daripada produk import itu. Karena pada hakekatnya manusia berasal dari manusia yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Maka di antara mereka nampak memiliki kemiripan.

Meskipun tidak salah pula setiap penilaian yang berbeda soal warna atau bentuk dan ukuran, karena semua tergantung sudut pandang atau "rasa" di dalamnya.

Sama seperti ketika saya menilai orang bule lebih baik daripada orang-orang Asia yang tak kalah menariknya. Meskipun akhirnya saya menikahi orang campuran Jawa-Sunda. Bagaimana orang Korea yang begitu dikagumi masyarakat Indonesia karena drama koreanya. Atau aktor-aktor China yang keren karena jagoan kungfu misalnya. Atau hebatnya orang Amerika karena sosok Arnold Schwarzenegger yang memiliki tubuh dengan otot yang kuat dan atletis yang memikiki dua kewarganegaraan AS dan Austria itu dibandingkan tubuh-tubuh orang Asia lainnya.

Bahkan jika kita melihat betapa orang-orang Arab begitu ganteng dan cantik, maka bisa jadi merekalah yang akan dikagumi. Meskipun kulit mereka tak putih seperti kulit Asia atau Eropa yang lainnya. Karena masyarakat Amerika saat ini pun mengalami akulturasi dan asimilasi budaya yang berdampak positif terhadap sudut pandang yang bersifat rasial. 

Banyak kita temukan orang Amerika yang kulitnya putih menikah dengan pria atau wanita berkulit gelap keturunan Afrika yang kebetulan sudah menetap di negeri Uncle Sam itu.

Itu semua adalah femomena kegaguman pada sebuah ciptaan, atau makhluk lebih tepatnya. Namun yang bersifat fisikiyah atau badaniyah.

Mengagumi seseorang dan keunikannya

Banyak orang yang memiliki kecenderungan yang berbeda dalam mengagumi tokoh atau idola. Ada yang hanya melihat apa yang kasat mata saja. Tanpa melihat betapa kecerdasan dan bentuk batin seseorang merupakan faktor yang penting dibandingkan hanya sebatas bentuk fisik semata. 

Karena fisik dengan aneka keistimewaannya itu akan begitu cepat berlalu ketika usia menua. Namun dibalik itu ada pula yang melihat bentuk batin dan kecerdasan tanpa menengok bagaimana bentuk dan rupa fisiknya.

Faktanya, bagi pemuja fisik, kecantikan atau kegantengan yang dibanggakan itu akan luntur ketika semakin berumur. Apalagi jika penilaian itu hanya sekejap, seperti penilaian para abege, kala mereka masih memiliki cinta monyet. 

Di mana ia keluar dan melihat sosok ganteng atau cantik, maka disitulah cinta tertambat. Di mana ada rupa yang cantik dan menawan, ternyata disitulah tumbuh benih-benih asmara. Ini kehidupan yang lazim, meskipun terkesan lucu dan norak. Maka kebanyakan orang menilai para abege ini sebagai orang yang labil. Tidak punya pendirian.

Fitrah manusia adalah rupawan

Bagaimana saya pun menilai wanita-wanita Indonesia sangatlah sempurna. Jika kita keluar rumah dan berkeliling kota di nusantara, maka akan banyak kita temui para bujang atau gadis yang begitu menarik hati. Bagaimana mereka memiliki kelebihan dan kekurangan yang bersifat "khas" yang berasal dari latar belakang yang berbeda.

Ketika saya melihat begitu cantiknya wajah-wajah gadis Jawa dan wajah-wajah gadis suku Lampung yang tak kalah cantik dan menarik. Dan ketika saya berkunjung ke Jakarta, eh ternyata gadis Betawi juga gak kalah cakep. Pergi lagi ke Palembang, ternyata wanita-wanitanya juga tak kalah mempesona. Apalagi di dunia informasi yang sangat terbuka, begitu banyak wajah yang bisa kita lihat begitu istimewa dengan karakteristik yang berbeda.

Jika melihat keistimewaan seseorang karena warna kulit, ternyata warna kulit itu hakekatnya hanya rupa sedangkan  semua manusia memiliki struktur kulit yang sama, entah putih, coklat atau hitam legam.

Semua yang bersifat kebendaan itu sangatlah mudah terkikis termakan usia. Sedangkan kecantikan atau ketampanan di dalam adalah lebih sempurna. Para ahli menyebutnya Inner beauty atau kecantikan dari dalam.

Perwujudan manusia dari segi fisik begitu mudah berubah menjadi tua sedangkan kecantikan batin akan selamanya terlihat cantik. Baik mereka yang masih hidup di dunia maupun yang sudah di alam keabadian.

Itulah fenomena sudut pandang seseorang dalam menilai keindahan secara fisikiyah.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun