Dua hari yang lalu putra kedua kog tiba-tiba meminta dibelikan buku komik. "Pak, aku minta dibeliin buku komik ya! Nanti." Dalam batinku kog ndengaren (tidak biasanya) meminta dibelikan buku. Padahal setiap hari adalah hari untuk meminta jatah memakai gawai untuk bermain gim. Permainan yang menuntutnya fokus adegan laga. Jadi ada was-was juga kalau setiap hari berhadapan dengan gawai.Â
Entah berkaitan masalah kejiwaan yang menurut rumor bisa berpengaruh pada kejiwaan seseorang atau pengaruh lain yang berkaitan dengan fisiknya karena faktor radiasi yang terus menerus memapar pada fisik.
Meskipun ada rasa takut akan beberapa bahaya penggunaan gawai tersebut, alhamdulillah dengan mengenal gim, paling tidak dia sudah bisa mencari pengetahuan lain dari browsing di internet.Â
Seperti ketika mendapatkan tugas sekolah dan dia kesulitan mencari informasinya dari buku, maka kami latih untuk mencoba mencari referensi dari internet, sembari kami berikan masukan apakah informasi itu keliru atau tidak.Â
Zaman modern yang semua serba  teknologi, sepertinya akan sulit sekali melarang anak-anak memanfaatkan teknologi ini. Yang bisa dilakukan adalah memberikan informasi yang benar bagaimana memanfaatkannya secara bijak, dan tentu saja memberikan batasan dan pengawasan agar tidak terlalu berlebih-lebihan dan tidak salah dalam memanfaatkannya.
Namun, ketika pintanya kali ini adalah buku, saya dan istri tidak bisa menolak dan berusaha untuk segera membelikannya. Padahal sehari sebelumnya juga sang anak meminta dibeikan kamus dan LKS.Â
Dalam batin saya, semoga keinginannya akan buku memicu dirinya untuk banyak membaca dan bermain-main dengan imajinasi. Nah kebetulan buku yang diminta adalah komik, maka tak seberapa lama saya pun mengiyakan permintaannya dan menuju ke salah satu toko buku di kota kami.
Kebetulan buku yang diminta ada dengan alternatif judul lain, endingnya buku tentang detektif conan, doraemon dan naruto pun saya beli untuk bisa dibawa pulang.
Saya kira pengalaman dan pengetahuan akan banyak ditemui oleh anak-anak usia sekolah. Lebih khusus dari sebuah buku yang dibaca. Nah, dengan membaca buku, ternyata juga merangsang keinginannya untuk melakukan sesuatu, membuat produk yang boleh jadi bagi orang tua tempo dulu, membaca buku adalah sesuatu yang membosankan. Alasannya boleh jadi "lebih baik bekerja di sawah atau nyari rumput daripada membaca buku".Â
Dan saat ini kebutuhan akan pengetahuan yang  sangat diperlukan bagi anak terlalu mudah untuk diperoleh. Beruntung saat ini buku-buku sudah banyak beredar di kalangan masyarakat, sehingga begitu mudahnya setiap orang mengakses informasi.
Begitu pula pada sang anak, ternyata keinginannya untuk memiliki buku seiring dengan rasa penasarannya untuk mempelajari komik. Tak sengaja dia berkata "Pak aku ingin membuat komik lah... nanti kalau sudah jadi bapak lihat ya!" Kedua kalinya hati ini begitu bangganya dan serasa seperti air surga yang mengalir dalam dadaku.
Boleh jadi ini adalah jawaban atas rasa gundahku dan tentu saja ibunya pada sang buah hati, ketika melihatnya terlalu fokus pada gawainya. Sampai-sampai tidak ada waktu lagi untuk sekedar ngobrol dengan ayahnya ketika sudah berhadapan dengan permainannya. Bahkan kadangkala terlihat emosi ketika permainannya terhenti lantaran server putus atau gangguan sinyal.
Membelikan buku sungguh merupakan kebahagiaan tersendiri. Bahkan jika harus membelikan ratusan buku pun akan dipenuhi daripada harus meminta gawai yang baru. Lagi-lagi karena gawai hanyalah media komunikasi dan informasi yang dibutuhkan bagi pengetahuan dan pengalaman akan teknologi informasi. Namun dengan membelikan buku, akan memberikan pengalaman baru yang juga lebih aman akan penyalahgunaan gawai bagi anak-anak.
Bolehlah kita beranggapan bahwa dengan gawai sang anak akan bebas bermain dan tidak mengganggu orang tua, namun di balik itu ada kejahatan dan teror yang mengancam jiwa dan raganya.
Betapa ngeri dan mengkhawatirkannya ketika penggunaan gawai tidak lagi terkontrol, seperti tawuran remaja karena kebetulan grup yang mereka ikuti adalah grup gangster abg, atau sekelompok pelajar yang ingin menunjukkan jati diri dengan aksi kekerasan, atau baru-baru ini beberapa anak muda yang ditangkap karena terlibat aktif dalam grup pelanggaran etika dan mesum bagi kalangan anak-anak.Â
Mereka menjerat anak-anak di bawah umur dalam sebuah komunitas jejaring sosial yang justru melibatkan mereka pada hal-hal yang bersifat terlarang. Dan tentu saja dampak yang lebih berat adalah, penggunaan gawai tanpa terkendali seperti menyimpan bom waktu yang bisa mencelakakan anak-anak remaja.
Bertolak belakang jika memfasilitasi mereka dengan sejumlah buku yang bermanfaat, maka diharapkan dampak positif akan pengetahuan, pengalaman dan pengaruh positif lebih banyak terjadi pada anak.Â
Memberikan kesempatan pada mereka untuk menyalurkan hobi (seperti menggambar komik) untuk mengasah kreatifitas dan imajinasi mereka pada karya kreatif. Dan tentu saja menyibukkan mereka dengan buku pun bisa mengurangi risiko kerusakan mata dan radiasi yang bisa merusak kehidupan mereka serta informasi yang negatif yang bisa membahayakan kehidupan anak-anak.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H