Bukan hanya orang lain yang boleh jadi ingin mengambil pelajaran dari sana, karena penulis sendiri berusaha merenungi dari apa yang sudah menjadi gagasannya. Apakah gagasan itu positif atau justru negative. Jika penulis menganggap gagasannya adalah negative, biasanya ada edisi revisi yang tujuannya memperjelas focus tulisan, rujukan atau bahan bacaan, teori dari para pakar, dan ada pula yang sekedar memperbaiki tanda baca yang boleh jadi salah ketik.
Mengoreksi sembari belajar lagi
Ketika penulis bukanlah penulis yang profesional dan belum menggunakan jasa editor, maka mempelajari setiap kata, kalimat dan paragraph tulisan tentu membutuhkan rujukan yang tepat. Boleh juga sembari melihat kamus beberapa kata dan kalimat yang kurang tepat bisa diperbaiki.
Jika ada tambahan sumber lagi, bisa jadi dari sosok penulis yang lebih baik yang bisa menjadi bahan untuk mengoreksi kesalahan tulisan tadi.
Secara tidak langsung penulis akan terus mengasah kemampuannya dengan mempelajari banyak hal, dan sudah pasti akan memiliki tambahan pengetahuan yang awalnya belum dikuasainya.
Belajar tidak ada kata terlambat dan berhenti, bahkan sampai ajal menjemput pun manusia harus selalu belajar. Seperti pesan agama, menuntut ilmu itu wajib dari semenjak buaian (lahir) sampai ke liang lahat (meninggal). Sungguh pesan yang sangat mengena bagi siapa saja yang ingin terus menulis.
Salam