Tidak sedikit yang mengedepankan egoisme pribadi karena merasa dalam kondisi berlebih. Seakan-akan apa yang ada di hadapannya tidak bisa melakukan apapun ketika vonis sudah diberikan. Ia merasa di atas angin dan orang lain hanyalah debu-debu di jalanan yang begitu mudah tersapu angin. Padahal apapun kedudukan dan kondisinya tidak ada yang bisa merasa memiliki kuasa atas orang lain. Dan pastinya tidak ada yang mau menjadi pendengar yang baik jika lawan bicaranya tidak mau mendengar pula.
Setiap orang pastilah memiliki persoalan yang terkadang hanya yang bersangkutan yang mengetahuinya. Ia memendam setiap persoalan yang hakekatnya ingin pula didengarkan keluh kesahnya. Bukan justru selalu saja divonis dan dianggap tidak memahami dirinya.
Seorang pimpinan bisa saja memaksa bawahannya untuk menurut apa katanya. Tapi para bawahan pun berhak untuk menolak paksaan dari dirinya, jika situasi sudah tidak memungkinkan.Â
Bisa saja sang pimpinan merasa dunia adalah segala-galanya, tapi dalam situasi tertentu diapun tidak memiliki kuasa jika terbentur masalah serupa. Intinya harus ada feed back dalam setiap situasi atau keadaan.Â
Menjadikan setiap momentum dan keadaan orang lain dengan pandangan yang bermartabat. Karena dengan menganggap situasi dan orang-orang di sekitarnya memiliki martabat yang sama  maka hubungan relasi yang setara menjadi terjalin dengan amat baiknya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H