Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Segarnya Es Kelapa Muda

30 April 2018   14:30 Diperbarui: 30 April 2018   14:51 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya abaikan tempat untuk mencari rupiah itu, saya memfokuskan diri memesan es kelapa muda dan pisang coklat (piscok). Beberapa butir kelapa nampak teronggok di depan kios dan siap-siap dibuat menjadi minuman yang seger. Saya pun memesan empat butir dengan campuran susu putih.

Beberapa menit kemudian penjualnya sudah menyajikan minuman segar itu, dan minuman seger sudah bisa kami nikmati. Pisang coklat yang manis pun turut menemani malam yang dingin itu hingga tak terasa pukul delapan tepat.

Sambil menikmati minuman yang sudah disediakan, saya pun basa-basi menanyakan penjualan es degan itu. Menurutnya harganya perbutir penyajian masih di harga 10 ribu. Jika pembelian kelapa muda per butir seharga 5 ribu rupiah maka keuntungan kotor bisa mencapai 5 ribu rupiah. Dalam semalam jika konsumen lagi membludak bisa puluhan butir. Seperti kami sekelurga saja sudah menghabiskan 4 butir. Belum lagi dengan makanan sampingan seperti piscok, tentu keuntungan lebih menggiurkan lagi. Coba kalau sampai beberapa keluarga yang datang, tentu hasilnya sudah kelihatan. Sayangnya es kelapa muda ini hanya malam hari, coba kalau di siang terik masih berjualan, tentu hasilnya lebih lumayan lagi.

Berjualan es kelapa muda, bisnis yang saling menguntungkan

Berbicara mengenai es kelapa muda, tentu akan berkaitan langsung dengan petani kelapa. Petani kelapa sebagai produsen kelapa muda tentu mendapatkan kentungan karena hasil panennya bisa dijual dengan harga yang lebih mahal.

Pengalaman di kampung, kalau kelapa tua maksimal harga 3 ribu rupiah per butir atau 5 ribu rupiah segandeng (dua butir) . Itupun menunggu sampai benar-benar tua agar bisa dijual pada pembeli yang biasanya ingin memanfaatkan kelapa yang sudah tua. 

Entah untuk bahan santan bagi skala rumahan atau rumah makan, atau skala pabrik pengolahan kelapa tua untuk dibuat minyak yang biasanya dikeringkan dulu untuk kemudian dijual kepada agen kopra. Selain prosesnya yang lama, menunggu kelapa tua tentu lebih memakan waktu lagi karena harus menjemur dan memanggangnya di tempat khusus.

Berbeda jika dijual masih muda, petani lebih cepat memperoleh hasil dan keuntungannya lebih menggiurkan.

Apalagi jika bulan puasa dan musim kemarau, penjualan es kelapa muda lebih meningkat tajam, bersaing dengan penjualan jajanan berbuka seperti kolak, es dawet dan sirup yang juga amat diminati di bulan penuh hikmah itu.

Harga perbutir yang biasanya 10 ribu, bisa menjadi 15 ribu rupiah. Tergantung penyajian dan tempat usahanya. Konsumen pun akan rela membeli lebih mahal jika itu di tempat yang elit. Meskipun bahannya sama karena dijual di tempat yang luck maka harganya berbeda.

Ada hubungan simbiosis mutualisme antara petani dan pedagang. Jika kerjasama ini bisa ditingkatkan lagi maka keduanya mendapatkan keuntungan yang lebih cepat karena antara stok bahan penjualan semakin lancar. Petani senang dan penjual juga senang, dan yang pasti konsumen seperti saya ikut merasakan senang karena bisa menemukan kuliner yang disukai.

Salam

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun