Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Makna "Wong Alok Mesti Melok"

27 April 2018   18:24 Diperbarui: 27 April 2018   18:29 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti halnya kalau tidak sengaja lidah terpeleset atau justru terbiasa mengumpat dan merendahkan,  suatu saat bisa saja mengalami hal yang sama.  Entah di dunia atau nanti ketika hari pembalasan. 

Saya teringat dengan ungkapan jika kita menunjuk orang lain karena kebencian,  maka empat jari yang lain akan berbalik pada dirinya sendiri. 

Mengapa orang yang alok bakal melok?

Mungkin di antara kita pun pernah melihat sebuah peristiwa yang kadang di luar logika, misalnya ketika ada seseorang yang merendahkan orang lain, eh di lain waktu ternyata yang mengolok mengalami nasib yang sama. Seorang kaya raya tiba-tiba menghina orang miskin, tiba-tiba di lain kesempatan mengalami kejadian tragis. Usahanya bangkrut dan hartanya habis tak bersisa. Nasib buruk yang dialami orang yang dulu pernah dihina, tiba-tiba berlaku pula padanya. Yang biasanya bertepuk dada, tiba-tiba jatuh tersungkur ke lembah kehancuran. 

Boleh jadi akibat perbuatan itu mendapatkan balasannya karena doa-doa yang teraniaya sungguh makbul. Atau boleh jadi karena kesombongan dan keangkuhan yang membuatnya lalai untuk berkaca diri. Tidak sengaja usaha yang dijalankan dengan bersusah payah, tiba-tiba habis tak bersisa.

Seperti makna yang tersirat tersebut, hakekatnya semua manusia tidak memiliki hak untuk melecehkan orang lain, karena dia sendiri penuh dengan keburukan. Boleh jadi saat ini menurut orang kita adalah orang yang baik, eh ternyata ada aib yang masih tertutupi oleh Tuhan.

Maka mawas diri adalah lebih baik daripada menunjuk orang lain karena kelemahannya.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun