Saya kira lucu jika saya ceritakan di sini bagaimana saya melakukannya. Â Karena secara hukum negara dan agama itu dilarang karena disebut ghashab. Artinya saya meminjam tanpa permisi.Â
Semoga Allah mengampuni dosa saya kala itu.
Lalu, Â mengapa saya mau melakukan itu? Ya, karena saya ingin membaca. Bahkan karena kecintaan pada buku, kertas koran yang kotor pun menjadi bahan bacaan. Â
Seandainya kejailan saya diketahui pengelola perpustakaan saya pun pasrah dan siap menerima hukuman. Bolehlah dikatakan saya gila buku, Â untung tidak sampai stress karena memikirkan buku tapi tidak mampu membelinya.Â
Memang buku bisa dibilang mahal bagi sebagian orang, lantaran tidak memahami bagaimana sosok penulis berperas keringat demi menghasilkan sebuah buku. Â
Butuh energi, waktu, Â biaya dan kesempatan yang kadang kala tidak semua orang bisa melakukannya. Bagi saya saat ini buku begitu murah hingga begitu mudahnya bisa mengoleksi buku dalam lemari pribadi. Â
Pernah suatu ketika saya berada di Kota Bandung demi melaksanakan tugas sekolah, saya menyempatkan diri untuk membeli buku. Â Saya kilar-kilir mencari buku yang berkaitan dengan anak-anak berkebutuhan khusus.Â
Hunting tersebut saya niatkan karena minimnya pengetahuan tentang materi tersebut. Jadilah saya memborong buku. Kalau tidak salah menghabiskan uang 400 ribu rupiah untuk 8 buku. Â
Uang saku dari tugas tersebut saya relakan demi mendapatkan buku yang saya inginkan. Â Senang sekali rasanya ketika bisa membelinya. Meskipun uang yang semestinya bisa buat oleh-oleh, saya pergunakan membeli buku. Pikir saya, mumpung saya masih di sini, Â sedangkan esok hari belum tentu saya bisa menemukan buku yang saya inginkan.Â
Selain itu, karena di Lampung sendiri buku yang saya inginkan memang masih jarang atau malah bisa dibilang belum ada. Masih beruntung sih, Â saat ini jual beli buku sudah bisa dilakukan dengan cara online, Â jadi para pembeli lebih mudah, tinggal searching untuk kemudian menentukan buku yang diinginkan.Â