4. Budaya malu yang sudah hilang
Betapa setiap hari mata kita selalu disuguhi tontonan pelecehan seksual, Â tontonan yang mengumbar aurat, Â pejabat yang berlomba-lomba pemperkaya diri dengan korupsi dan lebih miris lagi pelakunya masih sempat tertawa meskipun disorot media dan ditonton jutaan rakyat Indonesia. Dan anehnya lagi antara pejabat dengan pejabat lain seperti saling melindungi.
Entah, Â fakta apalagi yang mesti menjadi bukti bahwa kehancuran negara seperti di depan mata.Â
Khawatir akan kehancuran negara bukan pesimisme dalam bersikap
Bolehlah ada yang mengatakan bahwa pernyataan Mr. Â Prabowo adalah omong kosong, Â fake, Â bultsit atau apapun yang menolak pernyataan itu, lantaran boleh jadi karena pandangan politik. Â Tapi, merenungkan apa yang dikatakan untuk dijadikan ibrah bukanlah sesuatu yang keliru.Â
Paling tidak, jangan melihat siapa yang berbicara jika bukan satu pandangan, Â tapi dengarkan apa yang dikatakan jika itu mengandung unsur kebaikan.Â
Dalam bahasa arab dikenal dengan "undzur ma qola wala tandzur man qola. " Simaklah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang mengatakan. Bahkan dalam agama disinggung "meskipun yang mengatakan anak kecil sekalipun".
Diantara kekhawatiran harus ada optimisme bersama
Indonesia memang berpotensi untuk bubar, Â tapi semua bisa dicegah dengan optimisme yang tinggi dan bersikap, Â bertindak tanduk dan laku serta tutur harus mencerminkan sikap optimisme.Â
Menjalin kembali toleransi yang sempat terkoyak dengan merajut kembali semangat kebangsaan serta memupuk motivasi kemajuan bersama.Â
Menjaga kepedulian untuk tidak membiarkan rusaknya generasi muda dari serangan narkoba. Â Dan tentu saja urat malu yang boleh jadi sudah putus mari disambung kembali agar korupsi tidak menjadi tradisi.Â