Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rumah Uya, Terbongkarnya Modus Para Pembohong

4 Desember 2017   22:53 Diperbarui: 5 Desember 2017   08:40 18049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Salah satu tayangan Rumah Uya (tribuntimur.com)

Saya agak geli-geli gimana kalau menonton acara jaman now. Acara yang sebenarnya banyak membuka tabir yang tidak selayaknya diumbar di media televisi, atau di media manapun karena alasan privasi. Tapi pada suatu waktu ternyata membongkar sesuatu demi meraih kebaikan mungkin dibolehkan. 

Meskipun acara tersebut sebenarnya murni bisnis, tapi sedikit banyak membuka satu persatu para pemakai topeng. Seseorang yang begitu banyak melakukan siasat, intrik dan tipu daya demi meraih sesuatu, ternyata pada saat itu ditonton banyak orang. 

Yang begitu mengherankan, mengapa para undangan pada acara yang seakan-akan acara detektive conan, membuat pelaku atau aktor kebohongan tidak bisa lagi mengelak. Ada korban, saksi dan bukti yang dihadirkan demi menguak tabir kepalsuan. Seperti lagunya bang Haji Rhoma Irama itu.

Acara apa sih kog saya mau-maunya mengulas ini? Apakah saya salah satu  penonton atau pelapor? Bukan. Saya hanyalah salah satu dari sekian juta penonton yang begitu tertarik menyaksikan tayangan yang benar-benar membuat malu pelakunya.

Ialah acara Rumah Uya. Acara di salah satu televisi swasta yang cukup mengundang geleng-geleng kepala karena setiap hari ada saja yang menginginkan kasusnya diungkap. Kasus asmara yang kerap terjadi pada kalangan muda-mudi ini digawangi oleh seorang hipnotychian (maaf kalau salah) yaitu Uya Kuya. Acara yang ditayangkan menjelang maghrib itu tak terasa memancing rasa ingin saya menuliskan ini.

Ketika para pembohong tak berkutik

Apa yang ada dalam benak jika anda berada dalam situasi terpojok, terjepit dan tidak bisa mengelak lagi. Selayaknya jagoan atau penjahat yang terkunci dan tidak mampu bergerak lagi. Ia pasrah bongkoan dalam istilah jawanya. Atau memyerah karena aksi kejahatan dalam dunia asmara itu sudah dikuliti hingga kesumsumnya. 

Tentu wajahnya pucat pasi, selayaknya darah sudah membeku dan serasa ingin terkentut-kentut tapi tak bisa dikeluarkan karena rasa malu yang sangat.

Seperti sore tadi, ketika seorang pemuda tiba-tiba terjebak oleh seorang wanita yang seolah-olah hendak mengikuti casting. Dengan seolah-olah orang yang polos berusaha menjadi umpan agar pelaku kejahatan dalam asmara itu dapat dibekuk.

Dan ternyata siasat jitu kang Uya mampu mengungkap siapa sebenarnya pelaku kejahatan asmara tersebut. Pada akhirnya, semua orang yang awalnya terkagum-kagum atau terpesona lantaran kelihaiannya dalam merayu, pada akhirnya tumbang satu persatu. Dan sang pembohong pun kehilangam segalanya. Kehilangan kekasihnya dan tentu bisa saja kehilangan pekerjaannya lantaran yang ditipu adalah seorang anak dari boss dimana dia bekerja.

Kasus sore tadi adalah salah satu dari sekian banyak kejahatan si hidung belang dalam menaklukan wanita. Hanya bermodalkan ganteng atau cantik dan kelihaian dalam bermain kata, akhirnya kasusnya terungkap.

Dalam Rumah Uya, Ketika Pembohong berusaha menutupi kebohongan dengan kebohongan yang lain

Apa yang dilakukan presenter atau dalang dari suaminya Astrid itu ternyata mampu menggiring sosok pelaku kejahatan tanpa disadari semula. Dengan sedikit trik, ternyata tanpa sadar sebuah kasus kejahatan asmara langsung teringkap. Dalam batin saya dan penonton lain mungkin akan bersyukur karena pelaku kejahatan ini bisa dibekuk. Dibuat tidak berdaya dan akhirnya pasrah ketika pelaku jahatnya bisa terungkap.

Mengapa kebohongan selalu saja ditutup dengan kebohongan? Itu faktanya. Ketika saya misalnya memamerkan sebuah mobil mewah, dan mengakui sebagai milik pribadi. Eh, tiba-tiba bisa mbulet dan menggunakan siasat baru untuk mengelabui para penanya. Entah teman-temannya, ortunya, atau orang lain yang penasaran dengan apa yang diperbuat sendiri.

Misalnya ketika ditanya "Mobil baru ya, Mas? Kemudian dijawab " iya" meskipun kendaraan tersebut bukanlah miliknya. Maka sekali waktu ternyata banyak juga yg menanyakan keberadaan kendaraan itu, maka jurus ngeles pun digunakan. Tak cukup sekali kebohongan dilakukan, karena akan muncul kebohongan baru yg sungguh menyesatkan.

Maka ketika semua kejahatan itu mulai terungkap, maka tidak ada satupun yg akan percaya. Mereka semua lari dan tak ingin lagi mempercayai kita meskipun sekali waktu adalah kejujuran.

Jujur itu pahit tapi menenangkan jiwa

Banyak orang yang enggan berkata jujur demi sebuah rencana. Mereka berusaha membuat cerita-cerita yang mengesankan agar bisa meraih keuntungan. Bisa jabatan, pangkat, atau harta. Bahkan dalam kasus yang diungkap Uya, kejahatan asmara ternyata sungguh membuat kita menglus dada.

Dengan kebohongan seolah-olah adalah senjata yg paling ampuh dalam urusan kehidupan, eh ternyata justru menghancurkan. 

Ketika awalnya begitu dipuja-puja, pada akhirnya menjadi bulan-bulanan media. Masyarakat Indonesia yang berjumlah jutaan itu akhirnya tahu bahwa org yang selama ini dianggap bagus, ternyata hanyalah penipu. 

Padahal apa salahnya jujur, karena meskipun pahit ternyata justeru menyelamatkan dan membuat hati lapang.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun