Bagi saya mendoakan seseorang dengan kebaikan akan berbuah kebahagiaan. Karena mendoakan sebenarnya tak membutuhkan biaya, energi atau pun modal yang besar. Cukup mengaminkan apa yang menjadi hajat seseorang maka itu cukup menjadi energi yang positif. Tak perlulah berlelah-lelah atau bersusah payah. Tak perlu pula harus membebani pikiran. Mendoakan seseorang dengan doa yang baik, maka insyaAllah doa itu akan kembali pada yang mendoakan.
Ibarat sebuah tekanan yang kita arahkan kepada suatu benda, maka tekanan itu akan berbalik kepada kita. Sama seperti kita melemparkan bola ke dinding, maka bola itu akan kembali kepada kita sendiri.
Hukum itu adalah nyata adanya. Dan banyak orang merasakan efek dari hukum itu. Seperti yang disampaikan Ustadz Yusuf Mansyur dalam setiap tausiyahnya bahwa dengan kita bersedekah maka pahalanya akan kembali kepada yang memberi sedekah. Sama seperti yang diajarkan Nabi Muhammad Saw, bahwa ketika kita berbuat baik, ternyata itu semua justru berbalik pada dirinya sendiri.Â
Ada hukum kausalitas, ada sebab dan akibat. Sama seperti ketika kita menanam padi maka kita akan menuai hasilnya. Tapi sebaliknya jika menanam rumput, maka rumput pun yang akan didapat. Jangankan menanam rumput, menanam padi saja seringkali rumput yang tumbuh. Apalagi menanam rumput? Tentu kita sendiri akan menuai hasilnya.
Membantu orang saja kadang masih mendapatkan cibiran, apalagi merugikan orang, maka ganjaran keburukan yang akan didapatkan.
Mendoakan yang baik "tak" seperti membalikkan telapak tangan
Menjadi orang yang ridho atau rela pada orang lain adalah sesuatu banget. Bisa dibilang gampang, dan bisa juga dibilang susah.
Bagaimana jika dibilang susah? Susah atau sulitnya ridho kepada orang lain adalah kunci siapa saja yang mau berbagi doa. Doa yang baik tentunya. Bagi orang yang tidak menyukai orang lain, maka semua itu akan menjadi berat. Misalnya sifat kita adalah pendengki dan merasa tinggi diri. Maka mendoakan orang sungguh sebuah beban berat yang harus dipikulnya. Dengan mengucapkan "semoga Bapak senantiasa sehat" saja menjadi sulit jika dalam hati kita menyimpan perangai buruk tadi.
Acapkali dan boleh jadi yang muncul adalah kata-kata "semoga bapak lekas mati." Karena dengan kematiannya kedudukannya tidak terancam. Atau kesuksesannya tidak tertandingi dan lebih parah lagi jika maksudnya ingin orang tersebut menemui kehancuran dalam kehidupannya.
Betapa sulit memang untuk menghilangkan sifat keji ini. Apalagi jika sifat-sifat menerima kenyataan hidup sudah mulai ditinggalkan. Seolah-olah kesuksesan orang lain adalah bencana dan kehancuran orang adalah kebahagiaan.
Sadis banget ya? (Senyum)