Kesan yang begitu arif dan bijak ketika berbicara tentang kelestarian alam.Â
Meskipun demikian, banyak pula petani yang dahulunya petani singkong, kini beralih menjadi petani karet. Â Tidak sedikit yang masih mempertahankan tradisi bertanam singkong karena saat ini harganya pulih seperti sedia kala. Harga yang lumayan untuk peningkatan ekonomi petani.
Bertanam kayu sebagai lumbung air dan simpanan kayu
Setiap usaha tentu mempunyai tujuan. Seperti misalnya dengan menanam aneka kayu keras tersebut selain sebagai wahana untuk menyimpan cadangan air, juga sebagai aset jika sewaktu-waktu mereka membutuhkan kayu untuk membangun rumah mereka.
Tak sedikit keuntungan yang diperoleh, karena harga kayu saat ini lumayan mahal, keberadaannya sangat membantu. Selain itu jika musim kemarau sumur-sumur begitu mudah mengering, kini kondisinya sudah berubah. Meskipun efek dari kekeringan masih terasa, tapi keberadaan air tanah masih terjaga. Dan sungai-sungai yang awalnya begitu mudah kering, kini debit airnya masih bisa dipertahankan.
Adapula sumur-sumur yang awalnya mudah sekali menyusut jika musim panas tiba, kini pengaruhnya agak berkurang. Pohon-pohon kayu tersebut cukup efektif menyimpan cadangan air. Dan yang pasti kebutuham kayu untuk rumah-rumah mereka agak terbantu tanpa harus merusak hutan lindung yang semestinya terjaga.
Itulah pesona yang bisa saya tangkap dari kebiasaan pak Sur dan masyarakat dalam menjaga lingkungan. Dengan menjaga tanaman keras dan menanami pohon karet alam serta stekan, maka kampung yang pernah mengalami gersang dan panas saat ini sudah tidak terjadi lagi. Teduh dan udara yang bersih dan sejuk menjadi pemandangan yang mengesankan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H