Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Benarkah Merokok itu Membawa Nikmat?

29 Mei 2016   14:03 Diperbarui: 1 Juni 2016   12:49 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nikmatnya asap tembakau yang aku hisap dari sebatang rokok ternyata pernah aku rasakan kala itu, sudah berbulan-bulan yang lalu, kebiasaan buruk itu sudah aku tinggalkan demi meninggalkan yang tidak disukai Tuhan. Tidak berfikir bahwa dengan rokok menjadi miskin atau apalah-apalah. Karena dalam fikiranku ternyata merokok itu hanyalah perbuatan sia-sia. Begitu mudahnya aku membuang uang yang kucari dengan energi yang tidak sedikit hanya demi meraih kebahagiaan dan kesenangan semu. 

Asap rokok yang dicari-cari oleh perokok sepertiku, ternyata membuatku semakin tak waras. Betapa tidak masuk akalnya kala itu, ketika begitu susahnya mencari uang, membanting tulang, kaki di kepala dan kepala di kaki ternyata harus dibuang sia-sia. Uang yang kucari itu harus aku bakar dan kuhisap karena ingin mendapatkan sensasi yang menipu.

Kenikmatan semu yang ternyata tidak lebih nikmat ketika tidak merokok, dan begitu nikmatnya ketika udara yang kita hirup adalah udara yang bersih, bukannya asap yang menurut kedokteran mengandung aneka jenis racun yang berbahaya bagi tubuh penghisapnya. Tapi itulah dunia hayalan, ketika fikiran sudah dipenuhi hayalan, maka yang terjadi barang yang berbahaya pun dianggapnya pembawa kebahagiaan. Belum lagi betapa tersiksanya batin, ketika sudah enak-enak menikmati sarapan tiba-tiba mulut menjadi pahit karena harus dijejali oleh sebatang rokok. Lagi-lagi kenikmatan semu telah menggurita alam bawah sadarku kala itu. Hingga tak bisa membedakan lagi apakah itu kenikmatan atau justru kematian yang akan merenggut.

Meskipun kebiasaan buruk itu sudah kuhentikan, ternyata efek dari asap rokok itu masih tersisa, yakni batuk-batuk karena dampak paparan asap rokok di dalam paru-paru. Menyesal sekali mengapa aku bisa berkenalan dengan rokok. Aku mungkin salah satu dari deretan manusia dungu yang mau saja membakar-bakar uang demi kenikmatan semu. Merokok yang membunuh dianggap sebagai surga bagi para penikmatnya.

Benarkah merokok itu membawa kenikmatan?

Merokok adalah memang acapkali sebagai pilihan hidup para penikmat atau pecandunya, dan acapkali pula menjadi alasan yang mendesak demi menghilangkan rasa stress yang mendera pikiran karena himpitan hidup yang mendera. Dan tak sedikit pula karena alasan demi pergaulan dan biar  tidak disebut ndeso maka beramai-ramai menikmati rokok mahal, meskipun uang yang dibelanjakan adalah uangnya orang tua. 

Betapa memprihatinkan jika melihat para remaja usia sekolah sudah menghisap rokok, bukan hanya anak-anak sekolah menengah, karena anak-anak sekolah dasar saja sudah banyak yang terpapar zat adiktif ini. Semua memilih ikut-ikutan trend bersama-sama "anak gaul" meskipun akhirnya harus meregang nyawa lantaran asap rokok yang setiap hari dihisap justru lambat laun menjadi musuh yang siap-siap merenggut nyawanya. Tak sedikit contoh-contoh yang membuktikan bahwa asap rokok itu berbahaya.

Sebut saja  pak Mamat, beliau adalah seorang perantauan dari tanah Jawa, hidup di Lampung sebagai seorang petani yang cukup sukses kala itu ternyata harus berurusan dengan rokok. Rokok menjadi pilihan gaya hidup lantaran menurut beliau, hanya merokoklah rasa percaya diri dan pergaulan dengan orang-orang di sekitarnya akan sukses. Begitu banyak kawan-kawan sepergaulan yang merapat karena merasa punya kawan untuk sama-sama menikmati asap rokok. pak Mamat memilih teman yang perokok juga dan berusaha mencari kawan sebanyak-banyaknya meski yang dicari justru orang-orang yang berusaha menghabiskan masa hidupnya dengan asap rokok.

Di tahun pertama merokok sudah terlihat efek yang negatif, seperti batuk-batuk ritmenya lumayan sering, bahkan di malam hari pak Mamat sering sulit tidur lantaran asap rokok sudah memenuhi dadanya. Paru-paru sebagai sumber kehidupan karena harus mengolah udara yang bersih dan dimanfaatkan oleh tubuh, justru dipenuhi asap rokok yang menyesakkan. Asap rokok menurut sebagian paru-parunya hingga beliau sulit bernapas. Karena sesak napas, pak Maman bolak-balik berobat demi mengurasi rasa sesaknya. Beliau tidak juga sadar, tapi semakin nekat bergaul dengan asap rokok itu.

Lama kelamaan tubuhnya semakin merasaka kelemahan, tubuh semakin tak bertenaga, mata yang tiba-tiba menjadi rabun yang menurut dokter mengalami gejala katarak, tiba-tiba muncul setelah sekian tahun merokok. 

Dengan kejadian yang begitu menghawatirkan itu tak menyurutkan  niatnya untuk merokok, dan beberapa tahun kemudian pak Mamat mengidap penyakit lever yang cukup parah. Hatinya dipenuhi bercak-bercak hitam yang tampak setelah dirongent. Merokok masih saja dilakukannya. Dan tiba-tiba ditahun berikutnya pak Mamat tidak tertolong karena menurut dokter beliau terkena kanker hati yang cukup parah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun