Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hore, Verifikasi Biru!

1 Mei 2016   05:08 Diperbarui: 2 Mei 2016   05:05 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : Verifikasi biru (kompasiana.com)

"Eh tiba-tiba verifikasiku biru, Mas Bambang." Kataku pada Mas Bambang. 

Aku ingin mengejeknya, soalnya dia kalau liat prestasiku melejit langsung naik darah, stress, frustasi, dan struk. Meski struk yang dideritanya masih tarafnya ringan, paling-paling kelopak matanya kedutan terus siang dan malam hingga berbulan-bulan. Padahal kalau mata kedutan itu kata orang sepuh mau melihat seseorang yang dicintai. Atau justru sebaliknya melihat sesuatu yang mengecewakan.

Mendengar pamerku itu Mas Bambang langsung pusing tujuh keliling, badannya lumpuh, dan kini sudah tidak bisa apa-apa lagi. Tapi dia nampak terheran-heran, kenapa aku bisa mendapatkan verifikasi itu.

"Kog bisa? Hebat amat kamu, Kang? Padahal verifikasi itu hanya milik para pembesar kompasiana, loh. Lah Kang Ali kog sudah dapet, wah jangan-jangan KKN nih!?" 

Lah, sudah dikasih tahu baik-baik bukannya bersyukur temannya dapat verifikasi biru, eh malah kelihatan nggak senengnya. Sudah begitu dia malah menuduhku yang bukan-bukan. KKN yang biasanya berhubungan dengan uang negara saja bisa jadi bahan untuk menjatuhkan mentalku saat ini. Padahal tiga huruf itu kebanyakan untuk orang-orang yang levelnya sudah bagus.

Ada lagi Mbak Kunti, kalau mendengar aku kejatuhan rezeki dia langsung memburuku. Seakan-akan melihat artis telenovela yang namanya sudah melejit lantaran filmnya laku keras di pasaran. Pernah suatu ketika aku pamer sama dia kalau aku dapat emas batangan sekilo beratnya, dia langsung mencariku. Katanya dia ingin berfoto-foto dan memamerkan hasil jepretannya itu kepada sanak famili atau handai tolan dan juga kerabatnya yang berjibun. tapi yang kasihan karena dia terlalu banyak mengoleksi foto-fotoku itu, tiba-tiba dia jatuh sakit. Sakitnya lumayan aneh. Kalau lihat status-statusku dia langsung merengek-rengek ingin mendapatkan fotoku lagi. 

Nah terakhir aku bertemu dengan dia, setelah dia mengajakku berfoto-foto ternyata dia kena jantungan. Jantungnya tiba-tiba terhenti dan tubuhnya mendadak terhempas ke lantai. Tewas seketika.

Fenomena Verifikasi Biru

Selaras dengan cerita saya tadi, sangat membuat heboh dunia persilatan dan medsos. Bagaimana tidak, status verifikasi itu masih menjadi perdebatan di sana-sini, layak atau tidakkah seseorang mendapatkan label warna kesukaanku itu. Padahal secara manusiawi, apa sih hebatnya warna verifikasi kalau melihat orangnya yang pas-pasan. 

Selain melihat orangnya pas-pasan, verifikasi biru itu justru mengundang pertanyaan, setinggi apakah karakter atau akhlak yang mempunyai label itu. Apakah baik-baik saja, sedang-sedang saja atau malah parah. Karena menurutku, sosok yang memiliki verifikasi biru itu orangnya amat budiman, rendah hati, dermawan, suka menolong dan tidak sombong. Dan yang terpenting adalah tidak gampang melompong. Coba kalau suka melompong, lalat-lalat akan singgah di sana. 

Apalagi saat ini, dunia lalat juga sudah bermutasi gen dan bermertamorfosis menjadi makhluk jadi-jadian yang suka menggoda manusia untuk bermain mata. Bermain mata dengan para janda-janda menel dan gadis-gadis muda yang aktif di medsos ini. Mereka yang tidak tahan godaan, khususnya lelaki, maka akan mudah masuk ke dalam jebakan lalat jadi-jadian itu. Masih beruntung kalau selamat, karena ada yang tidak selamat dan berakhir kehancuran.

Para lalat jadi-jadian akan mudah menggerogoti mental kemanusiaan dan memberangus ide-ide nasionalisme dan Pancasilaisme yang ada pada tubuh hati para pencobanya. Makanya ketika mereka sadar, jiwa-jiwa mereka akan begitu tenang dan tidak mudah terbawa suasana atau terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pendirian mereka amat kokoh dan tidak mudah mewek, karena mewek adalah wujud seseorang itu lemah secara batiniah. Apalah jadinya, jika aktivitas mewek itu menjadi primadona.

Sudahlah.... biar saya bangun dulu dari mimpi, biar tidak kebablasan karena minggu ini mau liburan ke pinggir empang mau nyari belut dan kecebong untuk umpan.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun