Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Memang (Bukan) Sampah

20 April 2016   20:50 Diperbarui: 23 April 2016   17:28 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Obat-obatan yang kukira membuat aku bahagia, ternyata kini menghancurkanku. Uang kuliah kiriman dari ayahpun ludes tak bersisa. Semua barang-barang kuliah seperit laptop dan televisi pun aku gadai demi mendapatkan obat itu. Abu terpuruk, aku bodoh dan aku gila. Kenapa aku mengenal Reki?"

"Semua sudah terjadi, Bima." Kau harus berpasrah padaNya. Kembalilah ke jalan yang benar!" 

"Anggaplah ini sebuah cobaan. Karena setiap manusia akan mengalami cobaan dan ujian yang kadang-kadang kita tidak merasa tidak mampu menanggungnya. Tapi yakinlah, setiap manusia akan mampu melaluinya asal kita pasrah."

Kata-kata sahabatku itu seakan-akan cahaya dan taburan salju bersih dan dingin di dadaku. Aku kembali terharu dan air mataku menetes tak terhentikan. Ku raih tangan temanku dan aku menangis sejadi-jadinya betapa aku menyesali semua yang telah terjadi. 

"Sudahlah, jangan engkau terlalu menyesali apa yang terjadi? Cukup berhenti saja dari kebiasaan mu itu agar hidupmu bisa diselamatkan."

Dalam rasa bersalah dan kepasrahanku itu, aku tak tahu pasti apakah jam dinding itu masih bisa membimbingku ke jalan yang benar? Aku pun tak tahu pasti, apakah orang tuaku menerimaku apa adanya. Semua sudah terjadi dan hidupku sudah hancur. Biarlah cukup aku yang merasakan, karena Tuhan maha pengampun dan penyayang. Semoga Dia memberikan kesembuhan padaku."

Tak terasa, rinai jatuh di pipiku lagi, tapi ada yang membuatku bahagia ketika sahabatku membawaku kepada seorang Kiyai di Jawa Timur. Dia membantu memulihkan diriku dari kecanduan obat-obatan itu. Dan alhamdulillah kini aku bisa menikmati kehidupan lebih baik di sana bersama para santri yang juga mantan pengguna narkoba sepertiku.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun