Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Memang (Bukan) Sampah

20 April 2016   20:50 Diperbarui: 23 April 2016   17:28 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ia, memang dari luar Jawa, tapi bukan berarti daerahku pedalaman. Penampilanku begini karena aku dari orang tak mampu. Aku disini saja karena beasiswa. Untung ayahku mengizinkan aku kuliah di sini. perguruan tinggi yang aku idam-idamkan.

Sekilas perkenalan itu ternyata membuat aku dan Reki menjadi teman akrab. Tapi aku tak menyangka, ternyata Reki adalah pengedar narkoba. Ia berusaha ramah dengan siapapun yang dianggapnya lugu, supaya mau menjadi korbannya. 

Pertama perkenalan Reki nampak ramah sekali, hingga tiba-tiba ia memperkenalkanku dengan sebuah obat, aku tak tahu obat apa yang ia tawarkan padaku. Padahal dia tahu aku tidak sedang sakit. Tapi menurutnya obat itu manis seperti permen. Bisa memberikan sensasi yang tinggi dalam pikiranku. 

Dia selalu saja merayuku, karena keluguanku kucobalah satu obat darinya. Dan ternyata pikiranku seperti melayang-layang, aku tak tahu dimana saat itu, tubuhku terkapar tak berdaya meskipun saat itu aku tengah sehat. Aku heran sekali, kenapa tubuhku tiba-tiba tergeletak di lantai. Pikiranku masih tampak kacau hingga beberapa saat. Sedangkan Reki memandangiku dengan tatapan aneh. Seakan-akan itu adalah jawaban atas suksesnya dia memperdayaiku. 

Satu narkoba sudah merenggut kebahagiaanku. Dia tertawa bangga, aku yang bodoh ini bisa diperdaya dan menjadi pelanggan tetapnya. Aku tak berdaya menolaknya karena tubuhku sudah terpapar racun itu.

***

Setelah kejadian itu, tiba-tiba aku tidak bisa lagi mengikuti kuliah. pikiranku kacau dan aku selalu merasa gelisah. tubuhku menggigil dan denyut nadiku seakan-akan memekik. Tubuhku tak mampu lagi menahan rasa inginku menikmati obat yang diberikan kawanku. Aku marah, aku gelisah, kepalaku pusing. Kubanting semua yang ada di depanku. Tubuhku bergetar semakin kuat dan terhempas di lantai hingga tak sadarkan diri. Aku terkulai lemah dengan gumpalan busa mengalir dari mulutku. Aku sakau, aku tak bisa lagi menahan rasa sakit itu. 

Dalam ketidak sadaranku, seorang teman lamaku yang ternyata tak kuketahui melihat apa yang aku alami. Dia mengawasi gerak gerikku selama ini. Dan dia tahu bahwa aku absen dari kuliah. Sudah seminggu dia melihatku tidak ada di tempat dudukku lagi. 

Dia pikir mungkin aku tengah sakit. Tapi rasa penasarannya membuat dirinya memaksa diri untuk mencari kontrakanku. Beruntung ada teman kelasku yang memberitahukan dimana aku mengontrak. Dan tepat, setelah bertanya sana sini dia mendapati kontrakanku ini tertutup seperti tidak berpenghuni. Dia ingtip dari balik jendela, dan betapa kagetnya dia melihatku tak berdaya di lantai.

Dia dobrak pintu, dan buru-buru membawaku ke rumah sakit.

Beruntung aku lekas tertolong, meskipun hanya beberapa saat setelah dari rumah sakit aku kembali sakau dan tak mampu lagi menahan rasa sakit yang menusuk-nusuk tubuhku ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun