Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Memang (Bukan) Sampah

20 April 2016   20:50 Diperbarui: 23 April 2016   17:28 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu itu aku tengah terduduk sendiri dalam kebingunganku karena aku remaja yang baru saja lulus sekolah. Alumnus SMA yang ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Aku mendapatkan beasiswa lantaran nilaiku terbaik di kelas, bahkan di sekolahku aku termasuk juara umum. Namun sialnya, karena aku hanyalah anak kampung yang tak memiliki sanak saudara, maka aku berusaha mencari teman dan saudara baru di tanah perantauan ini. Jogyakarta yang aku idam-idamkan yang akan menjadikanku salah satu lulusan terbaik di perguruan ini.

"Eh, siapa, ya? Tanyaku agak bingung dan kaget lantaran aku sama sekali tidak mengenal sosok yang ada di depanku. Raut wajahnya yang adem dan ganteng serta ramah membuat aku ingin segera mengenalnya.

"Apa kita pernah ketemu, Bang? Kulanjutkan tanyaku, kiranya semakin hilang penasaranku ternyata justru membuatku semakin bingung dengan apa yang aku katakan. Aku panik dan salah tingkah. Bagaimana tidak, melihat pandangannya seakan-akan melihatku begitu aneh. Boleh jadi karena pakaianku yang benar-benar ndeso atau kampungan, maka ia agak-agak tak nyaman dengan penampilanku itu.

Tapi dengan persaan ragu, kucoba mempercayakan diriku untuk bisa bergaul dengannya. Ku coba menyesuaikan diri dengan anak-anak kota. Bergaul dengan mahasiswa dan mahasiswi baru yang baru saja aku kenal. Walaupun boleh jadi perkenalanku ini justru akan berakhir ketika mereka benar-benar mengenal siapa aku.

"Ah, bukan sudah kenal, tapi aku melihat kamu sendirian, aku jadi kepingin mengajakmu berkenalan. Boleh gak?

"Boleh, Bang." Aku menundukkan wajahku karena malu. 

"Siapa namamu, Mas? Dia memanggilu Mas karena melihat penampilanku benar-benar kampungan dan ndeso. Jadi penggilan mas itu mungkin lebih familier dengan ku. Mahasiswa baru yang terlihat lugu.

"Oh, nama saya Bima, Bang." Kucoba menjawab pertanyaannya meski rada-rada gugup.

"Nama, saya Reki." Darimana kamu? Kayaknya bukan dari sini." Dari luar Jawa ya?

"Kog tahu, Bang?

"Ia, aku ngeliat penampilanmu yang agak kusut. Jadi aku tebak saja kamu dari daerah pedalaman."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun