[caption caption="Penurunan BBM per 1 April 2016 memang membawa berkah bagi pengguna kendaraan bermotor. Meskipun penurunan tersebut tidak berbanding lurus dgn penurunan ongkos angkot dan harga2 kebutuhan pokok. Sehingga dgn penurunan tersebut belum berdampak signifikan terhadap ekonomi masyarakat. Terlepas dari itu, kenapa kami lebih menggunakan pertamax daripada premium, karena kualitas BBM jenis peramax lebih baik. (gambar : otomania.com)"][/caption]Senang ya, melihat daftar harga di SPBU dan di beberapa media massa yang menyatakan pemerintah menurunkan harga BBM. BBM yang sempat membuat kegaduhan ternyata semakin lama menunjukkan penurunannya. Per 1 April harga yang semula 6.950 menjadi 6.450, lima ratus rupiah bisa dinikmati para penggunanya untuk digunakan pada hal lain selain BBM.Â
Bila dihitung untuk sekali transaksi minimal sepuluh liter untuk ukuran motor saya, maka sudah menghemat lima ribu rupiah. Lima ribu rupiah amat bermanfaat bagi orang tua yang terbiasa memberikan uang jajan sang anak, seperti saya. Tapi apakah penurunan itu mengundang simpati penduduk di negeri ini? Ternyata jawabannya "belum".
Dengan penurunan segitu ternyata dianggap belum memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat bawah. Alasannya ongkos naik angkot, bis, taksi dan semua moda transportasi masih saja bertahan dan enggan turun. Dampaknya harga-harga barang pokok yang sudah "kadung" naik itu juga "emoh" turun, lantaran para pedagang merasa rugi jika harus menurunkan seketika itu juga. Alasannya mereka membeli barang-barang dagangan ketika harga tinggi, dan ketika harga sekarang turun maka menurut mereka akan membuat kerugian saja.
Belum lagi alasan-alasan lain yang benar-benar muncul dari arus bawah, selama ini merekalah yang paling merasakan dampak negatif kenaikan BBM. Penurunan BBM ternyata belum bersinergi dengan penurunan harga barang kebutuhan lain. Makanya, meskipun dengan penurunan harga BBM itu, bagi masyarakat kecil tentulah belum dirasakan manfaatnya.
Meskipun kenaikan harga BBM itu sedikit banyak telah menjawab pertanyaan warga terkait layanan umum yang belum merata. Pasalnya setelah dicabutnya subsidi BBM dengan diikuti kenaikan harganya, ternyata banyak fasilitas umum yang dibangun. Namun demikian, fasilitas tetaplah fasilitas, sedangkan masyarakat bahwa tetap mengharapkan rupiah yang mereka cari selama sehari, bisa dibelanjakan dengan perolehan barang yang sesuai. Jangan hanya besar nilai mata uangnya, ketika berjumpa dengan kebutuhan pokok, ternyata belum benar-benar dinikmati para konsumennya.
Terlepas dari penurunan harga BBM, khususnya premium dan solar yang ternyata bagi masyarakat bawah belum sepenuhnya dirasakan manfaatnya, ternyata hikmah dari harga BBM yang sempat naik secara signifikan itu adalah ketika kami berusaha membeli pertamax sebagai alternatif pengganti BBM jenis premium. Dengan kata lain, daripada membeli premium yang mahal, mending sekalian beli Pertamax atau pertalite, dengan selisih harga lebih mahal ternyata ada kepuasan tersendiri.
Pengalaman menggunakan Premium
Beberapa bulan yang lalu, ketika kami masih memanfaatkan premium sebagai bahan bakar untuk motor Honda kami, ternyata membuat kegalauan tersendiri. Bagaimana tidak, ketika kami memanfaatkan premium ternyata sepeda motor sama sekali tidak stabil. Motor yang biasanya lancar jaya ketika dibawa berkendara jarak jauh maupun dekat, ternyata beberapa bulan ke belakang justru menunjukkan ketidak stabilan. Padahal selama ini, premium adalah bahan bakar yang cukup bagus untuk motor saya, meskipun kondisi mesin sudah diservis, oli juga baru diganti, ternyata kinerja mesin tidak menunjukkan kestabilan.
Yang heran lagi, motor seringkali ngadat ketika harus melewati jalan yang lumayan macet. Makanya kami pun merasa khawatir jika dengan menggunakan premium justru membahayakan keselamatan kami. Entah pengalaman bagi pengendara lain, apakah merasakan kondisi yang sama atau tidak.
Itu pengalaman awal ketika menggunakan premium. Pengalaman selanjutnya adalah ketika tangki sepeda motor kami bocor, teranyata aroma yang tercium seperti aroma minyak tanah. Kami berpikir, bahwa memang aroma premium sama dengan minyak tanah, tapi setelah diselidiki ternyata berbeda jauh.
Muncullah prasangka bahwa premium yang kami beli selama ini adalah premium yang boleh jadi tidak layak pakai. Entahlah mungkin ini hanya satu kasus yang menimpa kami. Apa mungkin premium itu sudah bercampur dengan minyak tanah sehingga aroma yang dihasilkan juga sama? Kami tidak berani menduga-duga terlalu jauh, lantaran keterbasan pengetahuan kami terhadap kondisi premium yang saat ini dijual bebas.Â
Meskipun premium yang kami beli berasal dari sebuah POM Bensin (SPBU) milik pertamina, yang tentu saja tidak akan berani merusak kualitas premium dengan mencampurnya dengan minyak tanah misalnya. Mudah-mudahan saja hal tersebut tidak terjadi. Saya berusaha khusnuzon bahwa memang karena premium masih jauh kualitasnya dibandingkan pertamax. Jadi stabilitas mesin jg tidak sama. Menurut ahlinya sih katanya kualitas premium memang beda jauh dari pertamax, hal itu dibuktikan dengan proses pembakaran mesin yang minim gas buang. Penggunaan pertamax pembakaran lebih efisien sedangkan premium sebaliknya.
Pengalaman menggunakan Pertamax
Boleh jadi kami terlambat menggunakan pertamax, lantaran selama ini terlalu percaya bahwa premium sudah cocok bagi mesin sepeda motor. Makanya hingga bertahun-tahun kami selalu saja menggunakan premium meskipun kualitas mesin semakin menurun. Pembakaran tidak stabil yang berdampak pada pergerakan mesin yang tidak nyaman. Motor yang semestinya cepat hidup ketika distarter, semakin lama kog semakin sulit saja. Sepertinya memang kinerja mesin semakin buruk.
Tapi, sungguh berbeda ketika menggunakan pertamax, mesin ketika distarter langsung menyala, suara mesin lebih halus, dan oli semakin awet tak segera minta diganti, suara mesin tidak seberapa berisik. Entahlah, mungkinkah ini salah satu efek menggunakan pertamax. Meskipun harga saat ini 7.650 / liter per 1 April 2016, sedangkan premium 6.450 rupiah.Â
Dengan selisih 1.200 rupiah kami merasa lebih untung ketika menggunakan pertamax. Saya jadi teringat pesan teman saya yang juga menggunakan jenis motor yang sama, bahwa dengan pertamax kendaraan lebih awet, bahan bakar lebih irit dan kinerja mesin lebih stabil. Point-point tersebut ternyata yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan pertamax bagi para penggendara sepeda motor, sama dengan teman saya tadi.
Baru sekarang saya menyadari arti bahan bakar yang baik, dan sebenarnya premium seharusnya memiliki kualitas yang baik, lantaran selama ini pula premium menjadi bahan bakar yang dipercaya. Tapi akan berbanding terbalik, jika ternyata kondisi premium semakin menurun. Sedangkan pertamax, menjadi salah satu alternatif agar mesin kendaraan lebih awet. nyaman dikendaraan dan tentu saja karena lebih irit.
Itu pengalaman ala kami, mungkin beda persepsi dengan pengguna lainnya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H