Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Sahabat Kita Berperilaku Menyimpang, Apa yang Mesti Dilakukan?

23 Februari 2016   10:27 Diperbarui: 23 Februari 2016   12:05 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kata orang bencong itu bawaan. Bener sih. Tapi ada juga dan malah lebih banyak bencong karena pengaruh pergaulan sesama bencong. Bencong adalah penyakit mental bawaan, tapi tak sedikit yang justru pengaruh lingkungan dan korban pelecehan seksual.

Beberapa tahun lalu, tepatnya tahun 2000, aku berkenalan dengan seorang pemuda yang terlihat gagah, tubuhnya atletis, brewoknya juga lelaki banget. Rambutnya keriting bergelombang. Sebut saja namanya Fulan (bukan nama sebenarnya). Ia kulihat pertama kali tidak menunjukkan gelagat yang tidak beres, lantaran penampilan yang biasa saja. Ya seperti lelaki biasa lah. Tidak menunjukkan sedikitpun keanehan dalam prilaku. 

Suatu ketika, ia mengajakku menikmati makan malam di sebuah kedai mie ayam. Ee kebetulan kedai itu adalah tempat di mana ia bekerja selama ini. Di situpun tak ada yang aneh. Saya dalam waktu yang singkat sudah diberikan semangkuk mie ayam buatannya. 

Ketika dalam suasana menikmati mie ayam itu, tiba-tiba suaranya seperti agak ke kewanita-wanitaan. Jadi saya jadi heran, kenapa laki-laki yang tampangnya laki banget ini kog dalam berbicara lumayan aneh. Namun saya tak menaruh curiga, lantaran saya belum begitu mengetahui kondisinya lantaran belum lama kenal. Setelah saya pahami, ternyata ia belum juga menikah. Padahal usia sudah menginjak di atas 30 tahun. Entah saya juga tidak bisa menduga-duga kondisi apa yang sebenarnya telah terjadi.

Setelah menyelesaikan makan malam tersebut, kamipun kembali ke tempat saya bekerja, di sebuah rental dimana di sana ada banyak sahabat saya yang lain. Kebetulan ada tiga orang yang juga menginap. Meskipun tempatnya sempit, tak mengurangi kebersamaan kami. Kami belum memiliki pemikiran bahwa salah satu sahabat kami memiliki kelainan dalam bergaul.

Entah, lama-lama ada kekhawatiran tersendiri dalam diri saya, lantaran salah satu teman saya menceritakan kejadian malam itu, ketika tidur digerayangin alat vitalnya. Untung ia terbangun dan memarahi teman saya Si Fulan. Akibat dimarahi si Fulan pun meninggalkan aktivitas yang aneh tersebut. Entah berapa kali si korban diperlakukan demikian lantaran saya kurang bisa mengamati perilaku kesehariannya. Tapi memang semenjak perlakuan itu, pelaku dan korban terlihat sering berduaan.

Dan setelah saya amati lebih jauh, korban yang diperlakukan tidak senonoh itu saat ini terlihat memiliki orientasi seksual yang aneh, ia menyukai laki-laki tapi juga menyukai lawan jenisnya. Fenomena mengerikan akibat dampak perlakuan tidak senonoh dari sesama lelaki tapi memiliki kelainan seksual.

Semenjak saat itu, saya dan teman-teman lumayan takut jika harus bermalam bersama dengan si Fulan. Meskipun saya belum pernah "dikerjai" tapi mengundang rasa was-was, jangan-jangan dia melakukannya pada saya. Boleh jadi kalau si Fulan diajak tidur bareng-bareng, tiba-tiba ia melakukan tindakan tidak senonoh seperti SJ yang akhirnya digelandang polisi.

Meskipun saya takut, saya tetap berusaha menjadi teman yang baik dan ramah. Nah, ternyata ada di antara kami yang menceritakan bahwa si Fulan memiliki kelainan perilaku. Ia lebih suka kepada laki-laki dibandingkan wanita. Padahal menurut cerita kawan lagi, awalnya ia adalah orang yang normal. Tapi setelah sekian tahun bekerja di sebuah kedai mie ayam, prilakunya kini berubah. Ia bertingkah seperti bencong. Dan lebih anehnya lagi, ia lebih menyukai sesama jenis.

Dari situ saya tahu bahwa si Fulan memiliki kelainan orientasi seksual. 

Setelah beberapa hari saya berpisah, tiba-tiba saya mendapatkan kabar ia menikah dengan seorang wanita dari Kampung yang lumayan jauh dari rumahnya. Setelah menikah mereka menempati rumah kontrakan, sekaligus berusaha membuka usaha lain. Tapi aneh sekali, sikap si Fulan terhadap istrinya kurang begitu intim, terlihat sekali mereka kurang memiliki ikatan emosional. Setelah kutanya pada istrinya, secara jujur ia mengatakan bahwa si Fulan memiliki kelainan. Dalam hati saya sudah membayangkan bagaimana jadinya jika suami istri salah satu pihak justru memiliki kelainan seksual. Si pria kurang tertarik dengan istrinya, khususnya dalam berhubungan suami istri.

Alhamdulillah, meskipun melihat keintiman mereka terlihat kurang hangat, saya berusaha untuk tidak menelusuri lebih jauh keanehan si Fulan, dan saya melihat ia sudah membuka usaha toko kecil-kecilan di pasar kecamatan.

Tapi, herannya, tiga bulan kemudian, saya mendapatkan kabar ternyata si Fulan sudah digugat cerai oleh istrinya. Menurut kabar, istri menggugat si suami lantaran kurang terpenuhi kebutuhan biologisnya dan justru suami malah banyak bermain-main dengan para lelaki.

Setelah kabar itu saya sempat bertemu lagi dengan Si Fulan di rumah teman yang kebetulan hendak menempati kontrakan baru. Heran saya, teman-temannya ganteng-ganteng, putih dan cara komunikasi agak aneh. Saya menduga bahwa kedua temannya ini memiliki kelainan juga. Meskipun begitu saya tidak berani menanyakan kondisinya. Terlihat sekali pertemanan mereka seperti seorang kekasih. Si Fulan yang bertingkah seperti wanita itu ternyata kawan-kawannya memiliki tingkah yang sama.

Sampai sekarang saya tidak tahu lagi kabar terbaru tentang si Fulan lantaran kami sudah berpisah dan lepas kontak lantaran masing-masing sudah menikah dan bertempat tinggal yang tidak lagi berdekatan.

Tetanggaku ada yang jenis kelaminnya wanita, tapi kebiasaannya seperti laki-laki

Lain lagi dengan tetanggaku yang satu ini, saya baru mengenalnya lantaran saya sering mondar-mandir depan rumah karena pergi pulang ke ladang. Dan kala itu saya juga baru saja pindah rumah bersama orang tua. Sebut saja Imah (bukan nama sebenarnya). Dilihat dari fisik ia seorang wanita, tapi ketika melihat pakaiannya kog malah seperti laki-laki. Tingkahnya juga seperti anak laki-laki pada umumnya. Dan benar dugaan saya, ketika kutanya kepada keluarganya ia memang wanita, tapi disebut banci lantaran perempuan yang kebiasaan sehari-hari justru ala laki-laki

Setiap hari saya melihat dia menggunakan pakaian laki-laki dan mengerjakan pekerjaan laki-laki pula, seperti mencangkul, mencari rumput dan semua urusan yang berkaitan dengan laki-laki. Malah sepertinya tidak pernah bersentuhan dengan pekerjaan wanita, seperti pernyataan keluarganya.

Si Imah sama sekali tidak mau bergaul dan sepertinya disembunyikan orang tuanya lantaran malu karena anak dengan kelainan seksual ini dianggap sebagai aib.

Sampai saya menikah, ia pun belum menikah lantaran memang tidak menyukai laki-laki. Entah kabar terkini apakah ia saat ini sudah menikah atau belum lantaran sudah lama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan keluarganya.

***

Melihat fenomena bencong / banci di sekitar kita, seperti yang dialami kawan-kawan saya, tentu sedikit banyak memberikan kita gambaran dua tipe kebencongan, atau kelainan orientasi seksual. Kawan saya yang pertama adalah terlahir normal, tapi karena bekerja bersama-sama dengan orang yang berprilaku abnormal, maka iapun kini berubah memiliki kepribadian yang abnormal pula. Dan teman satunya lagi sejak lahir memang orientasi seksualnya sudah abnormal, maka secara kepribadian di usia pertumbuhan hingga dewasa menunjukkan keabnormalan. 

Dua kategori ini tentu saja sudah memperjelas kondisi sebenarnya, bahwa orang-orang yang mempunyai abnormalitas seksual tidak hanya karena bawaan sejak lahir, tapi ada juga yang karena penyakit mental yang ditularkan oleh kawan akrabnya. Boleh jadi si Fulan pernah mengalami tindakan kekerasan oleh orang-orang yang juga memiliki kelainan seksual, karena menurut para psikolog, ada ekses negatif yang terjadi pada korban pelecehan seksual (sodomi) terhadap prilaku seksualnya.

Apa yang meski kita perbuat terhadap penyimpangan seksual ini?

Sebagai bagian dari masyarakat, kita mesti mengawasi lingkungan kita, terutama keluarga sendiri dari pergaulan yang menyimpang. Memberikan bimbingan tentang status kepribadian yang benar serta memberikan arahan bagaimana memilih teman bergaul dan cara bergaul agar tidak terjerumus pada prilaku penyimpangan seksual. Yang perlu diingat, kelainan seksual bisa dari lahir dan bisa juga akibat pergaulan atau pelecehan seksual dari orang-orang yang mengidap penyimpangan seksual pula.

Menjauhkan lingkungan dan keluarga dari tontonan yang justru menunjukkan prilaku-prilaku kelainan seksual lantaran tontonan memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap pengaruh kepribadian seseorang. Sebagaimana menurut penjelasan para psikolog pula.

Berusaha menyadarkan dan mengajak ke jalan yang benar kepada siapa saja yang kadung mengidap kelainan seksual, mudah-mudahan dengan penyadaran dan bimbingan agama mereka akan berprilaku normal seperti yang diridhoi Tuhan. Yang pasti, tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan asal mau bertobat ke jalan yang benar.

Salam

Metro, Lampung, 23-2-2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun