Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa Karena Ibuku Warga Kelas-III, Kau Abaikan Keselamatannya?

19 Februari 2016   21:42 Diperbarui: 21 Februari 2016   07:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika itu saya dikonfirmasi bahwa Ibu sudah berada di RS swasta dengan diantar oleh salah satu tetangga. Meski saya sempat kecewa kenapa almarhumah di bawah ke RS itu, tapi ya sudahlah saya bersyukur karena masih ada yang mau menolong meski tak sesuai dgn yang diharapkan. Dan sayapun memutuskan untuk segera melihat kondisi beliau, ternyata sang ibu sudah diberikan layanan di ruang selasar dengan tiga orang pasien dalam satu ruangan. Ruangannya terlihat sumpek dan sesak. 

Selama menemani ibu, di hari kedua saya sempat bertanya pada Bapak, pak apa sudah dites darah, penyakit apa gerangan Ibu, kata Bapak sudah, tapi penyakitnya apa belum jelas tapi katanya serangan struk. Untuk memastikan apakah benar-benar ibu sudah dites darah, saya pun menanyakan pada pihak perawat. Perawat pun menjawab katanya sudah dicek darah dan dia menunjukkan coretan kecil di kertas observasi. Tapi yang saya heran, ia tidak menjelaskan penyakit apa gerangan, melainkan setelah saya beritahukan gejala panas yang kadang naik turun.

Saya menduga ada serangan DBD. Tapi sekali lagi, mungkin karena keluarga saya orang awam, dan kebetulan memakai kartu JKN yang dari program pemerintah itu, ibuku pun dirawat di sana. 

Ada yang sempat tidak terima adalah, untuk pasien lain di kelas yg berbeda perawat terlihat keluar masuk mengontrol pasien, tapi untuk ruang kelas 3 ini kog sepertinya agak dicuekin. Bahkan sampek selang impus terlepas dan saya melaporkan pada perawat justru perawatnya bilang "maaf pak bisa dipasang besok pagi nunggu dokter datang". Mak jleg, saya jadi heran, kenapa pasien yang jelas-jelas dibiayai oa leh uang negara dan uang rakyat pula mengapa dianggap remeh begini? Apakah memang begini aturan rumah sakit terkait pasien GRATIS ini? Dalam hati saya terus saja bertanya-tanya.

Tapi saya menyadari mungkin karena ibuku hanya menggunakan kartu JKN (dulu Jamkesmas) yang jika dibiarkan boleh jadi pasien akan dibiarkan mati sia-sia.

Hingga tiga hari pasca dirawat di ruang selasar, ibu sudah bisa berbicara, tapi setelah itu beliau tidak sadar dengan awal keluhan sakit kepala karena almarhum memegang kepala berulang-ulang dan memberontak ingin pulang.

Saya sampaikan kondisi itu, perawat pun tidak memberikan jawaban apa2, dan ketika dokter datang, pihak keluarga pun sama sekali tidak diberitahu bagaimana kondisi terkini. Dokter ini hanya datang, ngomong ngalor ngidul lalu keluar gak lebih dari semenit. Sebuah pelayanan yang tidak manusiawi bagi seorang pasien.

Hingga akhirnya di hari ke empat, ibuku dipindah ke ruang penyakit dalam lagi-lagi sama sekali kurang mendapatkan pelayanan yang baik. Perawat ketika ditanya pun tampak acuh tak acuh, dan dokter yang datang hanya menempelkan stetoskop kemudian pergi tanpa memberikan pernyataan sedikitpun. Dalam hati saya, benar-benar ibuku ini manusia hina di hadapan mereka. Mentang-mentang memakai JKN lantas pelayanan tidak manusiawi.

Berbeda sekali dengan pasien umum, atau yg punya koneksi, mereka bisa memilih layanan dan fasiltas pun lebih baik.

Setelah sepekan dirawat, ibuku justru semakin parah, ia sama sekali tidak bisa berkomunikasi dan matanya pun sudah pernah bergerak. Saya panik apa yang terjadi. Dan tak lama ternyata ketika tahu kondisinya sudah parah, ibuku dirujuk ke rumah sakit pemerintah. Sesampainya di RS tersebut, saya menanyakan apakah ada ruangan untuk ibu saya, pihak rumah sakit mengatakan untuk ruang kelas-I dan II sudah penuh dan kelas-III juga belum ada, menunggu sore hari mungkin ada pasien yang keluar. Kira-kira itulah jawabannya.

Ibu saya sudah terbaring lemah di UGD seperti manusia yang tak berguna. Pihak dokter memeriksa sampel darah dari mulai pukul 14.00 WIB sd. 16.00 WIB pun blm juga kelar. Padahal saya tahu ibu saya butuh perawatan intensif. Saya sempat marah dan protes apakah karena memakai kartu Gratis itu ibuku lama penanganannya? Mereka menjawab tidak membedakan pasien meskipun setelah saya protes, setelah itu barulah disodori kertas untuk ditanda tangani sebagai pihak yang bertanggung jawab. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun