Dari pernyataan Kementerian sudah jelas dan tak perlu menjadi silang pendapat, lantaran jika diperpanjang justru niat awal ingin berbagi informasi, justru menjadi ajang saling menghujat. Pak Romli justru seperti “emoh” mengakui bahwa sebenarnya beliau sudah mengerti bahwa guru-guru yang tidak hadir ke istana lantaran sudah sepuh, tapi karena faktor X yang disebabkan persoalan kekalahan pasca Pilpres, ternyata membuat emosi Pak Romli semakin terlihat.
Dengan semangat menggebu-gebu berusaha menjatuhkan wibawa Presiden, tapi secara kurang jantan beliau tidak mau mengakui bahwa apa yang dijelaskan oleh admin tersebut sudah cukup jelas.
Akibat ketidaterimaan dari Pak Romli Ali Aan tersebut, hampir semua komentator menganggap pak Romli sakit hati, lantaran kekecewaan beliau pasca Pilpres 2014 lalu.
Kenapa kita terbiasa melecehkan Presiden di media sosial?
Pembaca budiman tentu saja sudah tahu, bahwa komentar-komentar dan status di media sosial semestinya dijaga dan disaring dahulu sebelum di enter hingga menjadi status dan komentar yang menghebohkan.
Bahkan dari komentar miring yang saya baca di beberapa komentar teman facebook, terlihat sekali bahwa kondisi emosi mereka kurang begitu sehat lantaran menunjukkan kebencian kepada pemimpinnya hingga berlarut-larut. Bahkan saking bencinya, karena gelap mata, ketika ada orang asing yang ikut menambahi komentar panas, mereka pun menjadi gelap mata. Tak sadar rakyat ini telah diadudomba oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Cukup sudah kebencian kepada Presiden, karena beliau ada pilihan rakyat. Seandainya tidak suka dengan aktivitas apapun yang dilakukan oleh presiden, datanglah ke istana, sampaikan keluhan dan aduan yang tentu saja akan diterima sebagai masukan yang berharga.
Apalagi kita memahami, bahwa siapun yang menjadi pemimpin, mau tidak mau adalah pemimpin rakyat yang harus dihormati. Sama pentingnya kehormatan diri kita di hadapan orang lain.
Yang menjadi catatan di sini adalah, hakekatnya menjadi orang baik akan selalu banyak yang tidak suka, apalagi menjadi orang jahat. Apalagi di dunia ini penuh dengan orang-orang pendengki yang setiap hari mengumbar kebencian kepada pihak-pihak yang tidak disukai.
Saya kecewa kenapa nama Ali yang mirip nama saya kog pendengki.
Salam