Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setahun Pemerintahan Jokowi, Hasilnya Apa?

20 Oktober 2015   16:34 Diperbarui: 27 Oktober 2015   02:36 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Presiden Jokowi (Joko Widodo)"][/caption]

Genap setahun kepemimpinan Presiden Jokowi di bumi pertiwi Indonesia, tak sedikit onak dan duri yang menghampiri, dan tak sedikit pula-puja puji, cemoohan dan musibah silih berganti. Semua itu, sangat-sangat berarti bagi kepemimpinan seorang yang sederhana ini.

Sosok yang terlahir dari masyarakat kebanyakan ternyata sampai sejauh ini masih dianggap tidak mampu memimpin. Seolah-olah vigur yang tak diharap kehadirannya, lantaran sikapnya yang apa adanya. Khususnya dalam berpenampilan, kebanyakan orang-orang yang tak sepaham dianggap Ndeso. Padahal dengan sikap yang apa adanya, tutur sapanya yang santun serta ketegasannya, hakekatnya adalah buah didikan dari pengalaman hidup dari masyarakat kebanyakan yang kebetulan pernah mengeyam pendidikan di sebuah perguruan tinggi ternama.

Bagaimanapun juga, dimanapun dan di setiap sudut bumi, tidak ada manusia yang sempurna dan tidak ada orang yang mampu memenuhi setiap keinginan dari orang lain.

Pun terhadap diri Presiden Jokowi, meskipun beliau berusaha untuk membangun citra yang positif, ternyata sampai sejauh ini tetap saja dianggap sebagai orang yang gagal. Padahal sampai sejauh ini, barulah beliau presiden yang bercirikan pemimpin yang memiliki keteladanan yang baik, mengayomi semua golongan masyarakat, mencintai serta menerima perbedaan persepsi dan pandangan dari masyarakatnya. Entah perbedaan dalam memahami setiap pergolakan sosial, maupun ekonomi yang terjadi.

Bahkan terkait perbedaan agama pun, Presiden Jokowi tetaplah bisa didapuk sebagai sosok pemimpin yang paling adil, sama seperti kepemimpinan Gusdur kala itu yang berusaha menempatkan keyakinan agama rakyatnya sebagai kekayaan yang tak ternilai harganya. Sehingga dengan kekayaan yang tak ternilai harganya ini, beliau pun berusaha menengahi dan mencari jalan teradil dalam menangani aneka konflik agama yang terjadi di negeri ini. 

Tak hanya berkaitan dengan persoalan keagamaan dan ekonomi, karena konflik PSSI pun diselesaikan dengan cara yang cukup adil. Semua ketidaktransparanan sistem yang ada di dalam PSSI, hendak di tuntaskan dengan cara yang cukup logis. Daripada PSSI menjadi ladang korupsi dan minim prestasi, mending dibekukan saja untuk selanjutnya direvolusi secara radikal, agar sistem yang dibangun menjadi lebih baik lagi.

Terlepas dari itu semua, masih banyak hal yang sepatutnya merupakan manifestasi kepemimpinan yang lahir dari rakyat kecil, Seorang pemimpin yang semestinya benar-benar menjadikan rakyat kecil menjadi besar, dan yang sudah besar menjadi berjaya dalam sebuah sistem pemerintahan yang transparan dan adil, demi mencapai kehidupan yang lebih baik.

Namun demikian, meskipun presiden Jokowi sudah berusaha membentuk sistem yang solid dan kredibel, faktanya di antara para asistennya justru menunjukkan kinerja yang kurang memuaskan. Dampaknya, dengan keputusan yang dianggap paling bijak, beliau menggantikan semua orang yang dianggap kurang mampu membantu. Tentu dipilih sosok yang lebih profesional serta memiliki integritas dalam bidangnya. Tak pelak, berkat keberaniannya dalam memutuskan mengganti para asistennya tersebut, muncul aneka pertentangan, kontrapersepsi, dan tentu saja rasa sakit hati karena tokoh-tokoh yang digadang-gadang ternyata dianggap tak mumpuni.

Mereka bekerja terlalu lamban dan sulit menerima respons dari kebijakan presidennya. Bahkan tak hanya itu, mereka yang semestinya membantu kinerja presiden, ternyata justru seperti duri dalam daging, menunjukkan sikap inkonsistensi dengan melawan presiden. Itu terlihat dari pernyataan-pernyataan yang justru sebagai bentuk kelemahan tokoh yang sudah dipercaya di jajaran kabinet Presiden Jokowi.

Ada beberapa hal kebaikan yang justru dianggap salah oleh para penelikungnya.

  • Presiden berpakaian sederhana

Banyak yang tidak menunjukkan apresiasi terhadap sikap presiden yang sederhana itu, seperti ketika presiden berpakaian putih, ternyata dianggap terlalu kuno dan norak. Padahal, sikap ini adalah wujud kesederhanaan seorang pemimpin negeri. Pemimpin negeri semestinya bersifat sederhana demi membangun citra positif dan teladan bagi rakyatnya. Tidak hanya memamerkan penampilan yang "wah" tapi minim kinerja.

Sayang sekali sikap sederhana ini memancing reaksi negatif dari orang-orang yang tidak sepaham. Dampaknya, rakyat menjadi sulit menerima contoh yang baik ini, disebabkan oleh ulah beberapa gelintir orang yang ingin mencari perhatian serta kepentingan tersembunyi. Mereka yang memiliki dendam lama dan berusaha mencari celah untuk menjatuhkan wibawa seorang presiden.

Ketika presiden-presiden terdahulu berpenampilan mewah adalah keburukan, mempertontonkan kemewahan di atas penderitaan rakyatnya, sedangkan presiden Jokowi ingin menunjukkan bahwa presiden adalah bagian dari rakyat yang ingin merasakan betapa kepedihan rakyat adalah kepedihan pemimpinnya pula.

  • Presiden ingin menegakkan kedisiplinan para pegawai (ASN)

Awal mula rusaknya sistem pemerintahan di negeri ini salah satunya adalah disebabkan karena lemahnya kedisiplinan aparatur negara. Betapa banyak kebijakan yang seolah dibuat rumit, sulit dan mahal.

Padahal menurut Presiden, semua itu bisa diselesaikan dengan cara yang lebih efektif dan efisien dan murah. Contoh kasus dweling time di pelabuhan, yang sampai saat ini masih menjadi PR besar presiden Jokowi. Presiden berharap, dengan manajemen pelabuhan yang lebih simpel, berdampak pada distribusi logistik dan aneka barang import menjadi lebih cepat. Alhasil bisa mengurangi biaya-biaya yang semestinya bisa dipangkas.

Dan harapannya, ketika seabrek biaya bisa dipangkas, maka otomatis harga-harga produk import menjadi lebih murah. Begitu pula terkait produk eksport, dapat digenjot lantaran bea eksport semakin murah.

Begitu pula pada kebijakan kepegawaian, Presiden Jokowi ingin para aparatur negara itu menjunjung tinggi kedisiplinan, karena kedisiplinan adalah awal dari kesuksesan penyelenggaraan roda pemerintahan.

Bagaimana mungkin pemerintahan akan berjalan dengan baik, jika kedisiplinan aparatur negara masih sangat lemah. Namun demikian, karena kedisiplinan itu adalah tuntutan, maka pemerintah pun mengeluarkan kebijakan terkait tunjangan kinerja yang seyogyanya bisa memompa semangat Aparatur Sipil Negara ini agar bekerja lebih baik lagi dan tentu saja lebih profesional,  ditunjukkan dengan naiknya angka produktifitas dan kinerja yang optimal.

  • Presiden membasmi peredaran narkoba

Dengan aturan yang semakin keras, pemerintah sudah berani melakukan kebijakan yang cukup membuat bangsa ini bangga. Dengan mengadili setiap pelaku kejahatan narkotika ini merupakan bukti bahwa Presiden berkomitmen ingin melindungi rakyatnya. Terbukti, dari sekian pelaku ekstraordinary crime ini, semua pelakunya dijerat dengan hukuman sampai dengan hukuman mati. Tak ayal, dengan sikap berani ini, negara-negara yang menjadi partner bisnis pun seakan-akan tidak percaya, mengapa beliau berani melakukannya. Meskipun pertentangan terjadi di mana-mana beliau bergeming. Tetap konsisten ingin menegakkan hukum seadil-adilnya.

Prestasi ini adalah prestasi yang luar biasa. Langkah yang dianggap kecil namun hakekatnya akan berdampak besar bagi generasi muda Indonesia di masa mendatang.

  • Menata kembali teknologi pertanian

Betapa berpuluh-puluh tahun lamanya sebelum era presiden Jokowi, seakan-akan dunia pertanian di nomor duakan. Saluran irigasi yang rusak pun kurang begitu diperhatikan. Harga-harga produk pertanian masih sulit memuaskan rasa keadilan bagi para petani. Terang saja, akibat kebijakan yang adil terkait pertanian, pemerintah mampu menstabilkan harga pangan lokal sambil mengurangi produk import demi mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Dampaknya, tak hanya wilayah Jawa saja yang merasakan nikmatnya pengairan yang baik, karena saat ini mulai dibangun beberapa waduk di wilayah lain di luar pulau Jawa, seperti di Papua, Aceh dan daerah lain. Ini menunjukkan bahwa pemerintahan Jokowi benar-benar concern ingin membangun kembali pertanian kita menjadi pertanian yang unggul menuju swasembada pangan.

Mudah-mudahan target kedaulatan dan ketahanan pangan bukan hanya menjadi isapan jempol belaka, tapi benar-benar terwujud secara nyata.

  • Kebijakan Ekonomi Jilid 4

Salah satu isi kebikajakan jilid 4 Presiden Jokowi adalah ingin mengapresiasi keinginan para pekerja pabrik (buruh). Dimana dalam kebijakan itu secara kontinyu perusahaan harus menaikkan upah minimum bagi para pekerjaanya. Tentu saja, hal ini menjadi kebijakan yang cukup arif, melihat saat ini gaji para pekerja itu masih dianggap kurang layak.

Selain itu pemerintah memberikan kesempatan bagi usahawan muda yang ingin mengembangkan usaha dengan Kredit Usaha Rakyat, dimana mekanisme semakin lebih mudah. Harapannya  dengan kebijakan ini siapapun yang ingin membangun usaha menjadi terbantu. Dampaknya semakin banyak usaha kecil menengah yang akan terus tumbuh dan berkembang, di saat negeri ini perlu membangun ekonomi yang berbasis rakyat serta menggiatkan usaha-usaha untuk menggenjot produk eksport.

Beberapa deret kebijakan di era kepemimpinan presiden Jokowi ini boleh jadi dianggap sebuah pencitraan dan belum memenuhi semua keinginan rakyat di negeri ini, teruntuk pada pihak-pihak yang selama ini berseberangan dengan Presiden. Namun yang pasti, beberapa deret kebijakan yang baik ini semestinya memberikan gambaran yang jelas, bahwa selama ini pemerintahan Jokowi ingin membangun negeri ini dengan semangat revolusi mental yang tinggi. Tak hanya dalam slogan-slogan semata tapi mewujudkannya dalam tindakan nyata dalam aktualisasi kebijakan tersebut.

Tapi apalah artinya seorang Presiden Jokowi, beliau hanyalah manusia biasa yang membutuhkan dukungan dari semua elemen bangsa. Beliau tak mampu berdiri sendiri, tanpa dukungan dari kita semua rakyat Indonesia. Seperti sebuah rumah, negeri ini takkan berdiri kokoh jika tak dibangun atas pondasi yang kokoh, tiang-tiang yang kuat dan atap yang rapat dan kuat demi menjaga stabilitas kepemimpinan beliau empat tahun mendatang.

Masih banyak hal yang belum tersampaikan di sini terkait kelemahan saya, yang pasti dengan sedikit ini mudah-mudahan kita tahu bahwa negeri kita memiliki pemimpin yang merakyat, sederhana namun cerdik dalam melhat peluang bagi perbaikan negeri ini di masa datang.

Salam

 

Sumber bacaan:

http://ekbis.sindonews.com/read/1053404/33/ini-paket-kebijakan-ekonomi-jilid-iv-jokowi-1444908678

http://regional.kompas.com/read/2015/05/11/12464151/Bendungan.Pertama.di.Era.Jokowi.Resmi.Beroperasi

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/569815-jokowi-tambah-jumlah-pembangunan-waduk-jadi-49

http://bisnis.liputan6.com/read/2299957/5-gebrakan-rizal-ramli-atasi-dwelling-time-di-tanjung-priok

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun