Beberapa tahun silam saya masih menemukan seorang imam mushola yang notabene agamanya sangat baik, ternyata pernah menjadi korban pemaksaan identitas oleh PKI kala itu, hingga berujung anak-anaknya tidak bisa menjadi pegawai pemerintah lantaran dianggap keturunan komunis.Â
Kejadian tragis yang menyisakan sejarah kelam, seorang anak yang tidak tahu menahu apa itu PKI ternyata harus mendapatkan diskriminasi lantaran persoalan yang tidak pernah ia pahami.
Terlepas dari itu semua, mengapa kejadian kelam itu mesti dihilangkan dari memori kita? Apakah salah jika sebuah kejahatan itu diingat kembali agar tidak ada lagi pengulangan sejarah, lantaran kejamnya kejahatan mereka? Bukan bermaksud mengorek luka lama, tapi sebagai media pengingat bahwa segala bentuk kejahatan atas nama ideologi lain selain Pancasila adalah kejahatan. Sama berlakunya kejahatan terorisme yang mengatasnamakan Islam yang juga mesti ditumpas dari negeri ini.
Pemutaran Film G 30 S PKI sebagai penguatan pemahaman akan sejarah bangsa
Tidak dapat ditampik dan dipungkiri bahwa aneka persoalan di negeri ini sepantasnya diabadikan, dijadikan bahan renungan dan pelajaran bahwa fenomena kejahatan itu sangat menyakiti hati penghuni negeri ini. Kejahatan atas nama ideologi semestinya tak boleh berulang kembali. Indonesia dibangun atas dasar Pancasila, dan selamanya akan tetap teguh memegang prinsi ini. Jika ada pihak-pihak yang hendak mengganti Pancasila dengan ideologi lain, tentu saja menjadi awal munculnya tragedi memilukan dan kebiadaban baru yang semestinya dihanguskan.
Gerakan 30 September PKI adalah peristiwa kelam negeri ini, semoga saja dengan melihat kembali sejarah kelam itu menjadi pelajaran bagi anak-anak muda agar tidak terpengaruh pada ideologi asing yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang menyatu dalam hati rakyat di negeri ini.
Akan tetapi yang mesti menjadi renungan kita, apakah kita masih memegang teguh ideologi Pancasila dalam hati sanubari kita? Atau kita justru melupakannya? Entahlah.
Salam
Metro Lampung, 4-10-2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H