Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tragedi Mina, dan Niatku untuk Pergi Haji

1 Oktober 2015   22:30 Diperbarui: 2 Oktober 2015   20:48 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ibadah haji"][/caption]

Labbaika Allahumma Labbaik, Labbaika Laa syariika laka labbaik, Innal Hamda, Wanni'mata Laka Wal mulk laa syariikalak.

Alhamdulillah sampai malam ini Allah masih memberikan kesehatan buatku. Karena kesehatan ini aku bisa menyapa kembali sahabat-sahabat terkasih di kompasiana. Dan bersyukur pula, saya masih diberikan panjang umur dan keselamatan hingga bisa berkumpul bersama keluarga di rumah. Keluarga kecil yang aku cintai. Yang semoga saja Allah selalu memberikan kebahagiaan kepada keluarga ini.

Doa tak lupa aku panjatkan kepada Ilahi Robbi, atas para korban tragedi Mina yang jumlahnya hingga ratusan orang. Para pejuang suci, para tamu Allah yang hendak menjalankan kewajiban suci itu, hingga merenggut nyawa-nyawa mereka. Semoga para korban diberikan tempat yang layak di sisiNya. Dan saya yakin para tamu Allah itu akan mendapatkan surgaNya. Aamiin. Dan untuk para keluarga korban, semoga ujian ini semakin memperdalam rasa cintanya kepada Allah dan semakin memperkuat keimanan dan ketakwaan, sehingga semua musibah menjadikan diri semakin kuat menjalani setiap ujian dariNya. 

Tidak sedikit korban yang berjatuhan, hingga detik ini berdasarkan informasi dari sejumlah media tercatat 59 jamaah haji asal Indonesia menjadi korban, dan tak sedikit air mata yang menetes atas tragedi ini. Tapi, bukankah ketika kita hendak pergi memenuhi panggilanNya maka segalanya mesti direlakan? Tak hanya harta yang dikorbankan, karena nyawa satu-satunya pun harus diikhlaskan. Semua karena sudah menjadi niat ketika keberangkatan ke tanah suci Mekkah.

Semua berharap kembali dalam keadaan sehat wal afiat, tapi jika Tuhan menghendaki akhir kehidupan ada di tanah suci itu, maka tak dapat ditolak. Semua kembali kepada keputusannya, siapa sajakah yang harus segera menemuiNya. Bahkan beberapa calon jamaah ada yang sudah meniatkan diri mudah-mudahan wafat di tanah Suci Mekkah, lantaran mereka ingin dimakamkan di tanah di mana Nabi Muhammad SAW dilahirkan, dan bersama-sama para syuhada lainnya. Semoga para syuhada itu, benar-benar dikumpulkan bersama Nabi Muhammad SAW di alam barzakh dan di SurgaNya.

Namun demikian, meskipun kematian adalah takdir, saya pun meyakini bahwa di antara jamaah itu, hakekatnya mereka pun ingin kembali dengan selamat. Mereka ingin kembali berjumpa dengan anak-anak mereka, istri-istri, suami-suami, cucu-cucu, ayah, ibu, tetangga, dan semua orang yang begitu dekat dengan keluarga mereka.

Bahkan ketika saya melihat betapa keluarga yang ditinggalkan adalah sosok yang menjadi tulang punggung keluarga, betapa kematian jamaah haji adalah ujian yang luar biasa berat. Berat tuk dihadapi lantaran keluarga di rumah juga membutuhkan kepulangan mereka kembali dari ibadah itu.

Begitu pula ketika saya menyaksikan betapa banyak yang kehilangan sosok panutan, pemimpin lembaga tertentu, ternyata kehilangan menyisakan rasa kepedihan dan haru yang amat dalam. Tak percaya kenapa orang-orang yang begitu dicintai, dihormati dan disegani karena keteladannya begitu cepat berpulang kepada Allah.

Sungguh sebuah pelajaran berharga, tidak ada yang kekal di dunia ini. Jika Allah menghendaki kematian hambanya, nyaris dan tak kan ada satu manusiapun yang mengetahui kapankah kehidupan mereka akan berakhir. Apakah hari ini, apakah esok, lusa, bulan depan, tahun depan, atau berapa tahun lagi pun tidak ada yang tahu. Bahkan ketika kita tidur pun kita tidak akan pernah tahu apakah esok di pagi hari kita bisa membuka mata dan bercanda dan bercengkrama dengan orang-orang disekitar kita. Bahkan para jamaah haji itupun tak kan pernah menyadari, kenapa begitu mendadaknya Tuhan mengambil nyawanya.

Kematian adalah rahasia Tuhan, kullu nafsin dzaiqotul maut, setiap yang bernyawa pasti akan menemui kematian. Laa yas ta'hiruna sa'atan aw laa yastaqdimuun. Tidak dapat dimundurkan sedetikpun dan tidak pula dapat dimajukan. Semua sudah tercatat di catatan kehidupan manusia di lauhil mahfudz. Tidak ada yang bisa melawan kodrat ini, karena semua sudah ditentukan waktunya.

Sungguh rahasia Allah yang tidak bisa disangkal lagi. Sama rahasianya dengan datangnya hari kiamat kelak. jangankan kita yang hanya manusia biasa, seorang Nabi saja tidak bisa menjelaskan kapan datangnya hari berakhirnya alam semesta ini. Sebuah peristiwa yang benar-benar rahasia Allah. Seandainya ada yang meramal kapan datangnya hari kiamat, maka orang itu adalah pembohong.

Fenomena tragedi Mina, Apakah menyurutkan niatku untuk pergi haji?

Seperti yang terjadi pada saat ini, alangkah banyaknya orang yang berfikir bahwa musibah itu benar-benar akibat kelalaian kerajaan Arab Saudi, di antara mereka secara sporadis mengatakan bahwa musibah yang terjadi adalah "murni" kesalahan pemerintahan ini ketika menangani persoalan haji. Padahal sampai sejauh ini, pemerintah Arab Saudi sudah berusahaa memberikan fasilitas yang nyaman bagi semua jamaah yang hendak menunaikan ibadah ini. Tak hanya jamaah dari Indonesia, karena jamaah seluruh dunia mendapatkan fasilitas yang sama.

Tidak ada pengecualian, meskipun ada fasilitas Haji Plus dengan aneka penawaran menarik dari agency, tapi faktanya di tempat tujuan semua ritual ibadah sama persis dan tidak ada bedanya. 

Itulah kondisi jamaah haji di tanah suci Mekkah, semua umat muslim di seluruh dunia diterima, dilayani, difasilitasi dan dijaga keamanannya oleh kerajaan agar mereka bisa menjalankan ibadah ini dengan kekhusyuan. Tapi apalah dikata, karena kelemahan sifat manusia, maka tidak ada yang bisa menghalani segala macam musibah itu akan datang. Semua kejadian datang begitu cepat tanpa diprediksi sebelumnya.

Memang benar, bahwa setiap tahun terjadinya korban meninggal, tapi semua itu hakekatnya di luar kendali penyelenggara ibadah haji. Mereka sudah melakukan semua yang terbaik, tapi Tuhan berkata lain. Jika memang sudah takdir, maka tidak dapat dihindari. 

Namun demikian, memang beberapa pihak sempat menyalahkan, kenapa dalam situasi teramat penting itu, proses pembangunan fasilitas haji kog tidak dihentikan sementara waktu? Sepertinya semua dipengaruhi oleh target pencapaian kerja lantaran harus mempersiapkan kedatangan tamu Allah ini di tahun kemudian. Dengan musibah ini, pemerintah Arab Saudi bersedia membayar uang musibah dan diperuntukkan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Akibat tragedi ini, boleh jadi tak sedikit yang merasa takut, khawatir bahwa musibah ini akan terjadi lagi. Mereka takut jika nanti pergi haji justru meninggal dunia sebelum kembali ke kampung halaman. Dengan kondisi ini akhirnya memicu kehilangan kepercayaan diri calon jamaah, sehingga mengurungkan niatnya untuk pergi ke tanah suci. Sama halnya sewaktu merebaknya virus mers yang cukup menyita perhatian umat muslim dunia.

Tapi, apakah dengan musibah itu umat Islam mesti takut? Tidak. Pemerintah Arab Saudi sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan fasilitas yang memadai agar jamaah haji dapat melaksanakan ibadah ini dengan sebaik-baiknya. Bahkan kejadian beberapa tahun yang lalu yang menewaskan ratusan korban pun berusaha dihindari dengan aneka perubahan konstruksi bangunan. Tujuannya agar tidak terjadi lagi musibah yang sama. Tapi lagi, lagi-lagi musibah selalu saja datang tanpa diundang. Dan berkali-kali pula beberapa jamaah haji yang nyawanya melayang.

Inilah fenomena tamu Allah dan sederet musibah yang seperti akan selalu datang. Apakah bisa dihindari? Tentu saja bisa, asalkan fasilitas sudah memenuhi syarat dan jumlah jamaah haji bisa dibatasi. Lantaran hingga sejauh ini, keberadaan jamaah setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Maka tak ayal, kerajaan Arab Saudi pun berusaha menyiapkan aneka fasilitas yang dibutuhkan para jamaah yang membludak itu. Manajemen perhajian pun turut menjadi pemicu persoalan bagi para jamaah haji tentunya.

Jika melihat fenomena korban Mina apakah saya jadi membatalkan niat untuk berhaji? Tidak. Saya tetap berniat menunaikan rukun Islam ke lima ini. Meskipun tidak tahun ini mudah-mudahan beberapa tahun kemudian Allah SWT memberikan kemampuan padaku untuk menunaikan ibadah ini. Saya tidak akan merasa takut dengan aneka musibah itu, lantaran segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah berada dalam kewenangan dan hak Yang Maha Kuasa.

Jika kematian bisa terjadi di manapun tempat kita berpijak, kenapa harus takut berhaji? 

Salam

Metro, Lampung, 01-10-2015

Gambar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun