Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar dari Tadjie Seorang Difable, Ingin Tetap Sekolah Meski dalam Kekurangan

17 September 2015   11:18 Diperbarui: 30 Juli 2016   10:32 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya, tidak akan memaksakan diri menurut selera guru, tapi bagaimana memaksimalkan potensinya agar ia bisa berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. Paling tidak bisa mandiri tanpa mengandalkan bantuan orang lain.

Kondisi anak-anak (normal) pada umumnya

Ironis sekali ketika saya bandingkan dengan anak-anak normal lainnya. Tak perlu menilai orang lain, karena acapkali anak kita sendiri kurang menghargai kesempatan dan potensi yang dimiliki. Begitu mudah mereka melakukan mobilitas diri lantaran fisik yang sempurna. Mereka bisa berjalan karena kaki yang utuh, memegang dan bekerja dengan tangan juga bekerja sempurna.

Mereka memiliki mata yang bisa melihat indahnya dunia, melihat benda pembelajaran yang bisa mengisi setiap cawan pengetahuan yang masih kosong. Dan tentu saja semua bagian tubuh itu yang begitu mudahnya digunakan dan dimanfaatkan untuk aktivitas sehari-hari. Tak hanya dalam bermain, dalam belajar pun mereka tak mempunyai kesulitan.

Kiranya tak cukup dengan kata-kata jika menganggambar betapa nikmatnya memiliki tubuh yang sempurna. Bahkan disinyalir dalam dalam FirmanNya "dan jika engkau ingin menghitung nikmat Tuhan, maka engkau tidak dapat menghitungnya".

Betapa beruntungnya seseorang yang memiliki kesemburnaan. Berbeda sekali dengan Tadjie yang penuh dengan kekurangan. Tangan yang sulit digerakkan, mata yang kurang bisa fokus, dan kaki yang tak bisa pula diajak berjalan. Hemmmm, sembari mengelus dada, saya hanya bisa bersyukur, ternyata Tuhan memberikan keluargaku kenikmatan yang banyak. Nikmat kesehatan yang nilainya tiada terhingga, yang nilainya tak dapat diukur dengan banyaknya materi.

Baca juga...

http://www.kompasiana.com/maliamiruddin/serunya-karnaval-hut-ri-ke-70-siswa-slbn-metro-lampung_55d59992a2afbd961ab539b3

 

Motivasi Belajar Anak-anak (Normal) saat ini

Saya sedih bila membandingkan semangat Tadjie dalam belajar dibandingkan dengan anak sendiri yang kadang bermalas-malasan. Tak pelak, karena kemalasan ini melupakan kewajibannya dalam menuntut ilmu. Padalah tubuh yang lengkap semestinya bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat. Tak hanya anak sendiri, karena di luar sana, begitu banyak yang memiliki motivasi belajar yang rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun