Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prihatin, Ketika Anak Didikku Membawa Alat Kontrasepsi

8 Agustus 2015   15:54 Diperbarui: 8 Agustus 2015   15:54 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan beralasan bahwa anak-anak difable (ABK) maka semua orang menganggapnya berbeda. Mereka seringkali dianggap sebagai sosok yang tak pantas dilayani dan diperhatikan seperti anak-anak pada umumnya. Tentu kondisi ini bentuk dari lemahnya kesadaran orang tua (khususnya) terhadap keberadaan anak-anak mereka. Maka tak ayal, ketika anak yang hendak bersekolah senantiasa diperiksa barang bawaannya di malam hari dan paginya ternyata apa yang dibawa luput dari perhatian.

Apa jadinya, jika anak-anak yang hakekatnya memerlukan perhatian lebih ini justru menggunakan benda terlarang pada hal-hal yang berbahaya. Sungguh kejadian yang mengerikan yang akan terjadi.

Selain alat kontrasepsi yang semestinya dijauhkan dari anak-anak, karena selama ini banyak terjadi anak yang membawa handphone justru berisi konten dewasa yang tak patut dikonsumsi anak-anak. Ada lagi anak seolah yang justru tidak membawa buku di dalam tasnya, melainkan beberapa senjata yang hendak digunakan untuk tawuran. Seperti kejadian beberapa waktu yang telah lalu di Jakarta, seorang anak tanpa sepengetahuan orang tuanya terlibat perkelahian dan tawuran hingga merenggut nyawa siswa lainnya.

Sebuah kejadian tragis semestinya tidak bisa diabaikan begitu saja.

Tak perlulah dituntut terlalu disiplin karena kedisiplinan yang terlalu juga bisa memancing reaksi emosional anak yang justru tak baik bagi kehidupan mereka. Namun demikian, ketika orang tua membiarkan anak-anaknya bersekolah tanpa pengawasan yang intensif terkait barang bawaannya, tentu hal ini dapat berdampak buruk bagi kelangsungan pendidikan mereka.

Beruntung, saya selaku guru kelasnya berusaha memberikan perhatian terkait perlengkapan siswa, karena harapannya agar anak dengan kelemahan intelegensi dan kejiwaan ini tak lepas dari kontrol dari semua pihak.

Bagaimana jadinya, jika sang anak tiba-tiba mencoba-coba menggunakan alat kontrasepsi itu bersama teman-temannya? Atau justru membawa senjata tajam yang tanpa sepengetahuan gurunya melukai teman-temannya? Atau yang lebih mengerikan lagi tak disangka-sangka justru anak-anak kita menjadi bagian pengedar narkoba, lantaran kepolosannya yang tak tahu bahwa benda-benda itu amat berbahaya. Sungguh hal yang tak pernah kita harapkan.

Semoga saja, semua orang tua, termasuk gurunya selalu melakukan pengawasan yang ekstra terhadap anak-anaknya. Sehingga harapannya dengan pengawasan yang ekstra ini, dampak negatif dari benda-benda berbahaya tak terjadi pada anak-anak sekolah.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun