Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Anakku (Pernah) Terkena Phobia Sekolah

26 April 2015   07:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:40 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa bulan yang lalu, ibunya anak-anak tiba-tiba curhat dengan saya, "pak anak kita gak mau sekolah lagi". Saya tanya "lah kenapa gak mau sekolah? Kata sang istri "Ia bilang takut sekolah". Waduh. Saya semakin penasaran dengan apa yang terjadi dengan anak saya. Saya pun bertanya sama anak saya "kog bisa gak mau sekolah? Kata anak saya "bu guru ngomong goblok". Dengan polosnya anak saya menjawab pertanyaan saya. Selain dibilang goblok, ia mengatakan kalau gurunya bilang  "emangnya sekolah punya sendiri? Kog sekolah semaunya?

Mendengar penuturan sang anak, saya ngadem dulu, berusaha mendengarkan tapi mencerna apa yang terjadi. Tak langsung memvonis lantaran boleh jadi sang anak mengarang cerita agar ia tidak diminta sekolah. Saya pun merayunya agar ia kembali bersekolah dan saya antar ke sekolahnya. Padahal biasanya ibunya yang mengantarkannya. Karena sekolah anak saya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal.

Tapi, dua hari ia masuk sekolah, ternyata esoknya menangis dan tidak mau lagi sekolah. Saya pun meminta ibunya bertanya kepada gurunya yang kebetulan rumahnya tidak terlalu jauh.

Dan saya pun terperanjat, ketika guru tersebut mengiyakan apa yang diceritakan anak saya. Dalam benak saya, kog bisa guru PAUD cara mendidiknya amat kasar dan terkesan memojokkan siswanya. Ditambah lagi menghina dengan mengatakan "Goblok (Bodoh)"? Saya pun tak menerima cara-cara guru yang demikian. Dan akhirnya saya meminta istri mengkonfirmasi ke sekolah, apa benar guru mengatakan anak saya bodoh dan membentak-bentak?

Awalnya sang guru menolak, tapi setelah dipertemukan dengan guru lain yang kebetulan menyaksikan perilaku guru tersebut, akhirnya iapun mengakui dan meminta maaf dengan apa yang telah dilakukan.

Melihat prilaku dan cara guru PAUD mendidik ini, dua hari anakku tidak mau sekolah. Ia takut dan acapkali menangis jika diminta mandi dan bersiap-siap berangkat. Dua hari pula ketika kutanya kog nggak sekolah, anakku menjawab "emoh sekolah, bu guru galak".

Waduuh, gimana ini? Dalam hati saya bertanya-tanya, siapa yang salah. Anak saya atau gurunya? Apa anak saya yang berbohong dan membuat alasan macam-macam agar ia tidak diperintahkan masuk sekolah? Entah lah, pikiran saya jadi menggelayut-gelayut. Awalnya saya sempat bingung kog tiba-tiba ia mengalami ketakutan bersekolah. Padahal sebelum bersekolah saja ia selalu mengatakan ingin sekolah padahal usianya masih terlalu dini.

Melihat gelagat tak baik dan ekspresi ketakutan anak saya, kami pun sepakat memindahkan anak saya ke sekolah lain yang mungkin cara mendidik muridnya lebih baik. Alhamdulillah setelah pindah, anak saya saat ini bersemangat lagi untuk sekolah. Meskipun kejiwaan anak-anak memang masih labil, tapi ketika perlakuan guru dan pengasuh di sekolah ternyata kurang baik, tentu bisa berdampak buruk.

Seperti apa yang dialami anak saya, di sekolah yang lama perlakuan gurunya kurang baik menurut kacamata pendidikan, dan ternyata apa yang tadinya sempat saya duga telah terbukti, ternyata sang guru terlalu keras dalam mendidik muridnya. Seperti pengakuan guru yang bersangkutan.

Meskipun saya sempat gak percaya dan guru tersebut membantah pernyataan tersebut, setelah dikonfirmasi pada sesama guru PAUD tersebut, sang guru pun mengakui bahwa ia pernah berkata kasar dan membentak anak saya.  Ia meminta maaf karena telah salah. Mendengar jawaban guru tersebut, akhirnya pun istri berharap gurunya tidak berbicara kasar pada anak muridnya. Terutama anak saya. Bagaimanapun juga istri juga seornag guru PAUD yang kebetulan letaknya cukup jauh dari tempat tinggal kami, jadi mau tidak mau anak saya disekolahkan di sekolah terdekat dengan tempat tinggal.

________________

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun