Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Almarhumah Mita Diran. Korban Sebuah Ambisi

21 Desember 2013   10:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:40 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel yang turut membawa saya ke alam renungan simpati dan bela sungkawa yang paling dalam, terkait seorang pekerja yang sangat concern dengan pekerjaannya sebagai pekerja periklanan.

Sebuah aktifitas yang memang menghasilkan banyak uang dan tentu saja dampaknya harus menghabiskan banyak energi bagi pelakunya. Entah keluarganya, Anda dan saya sendiri juga turut merasakan kepedihan yang paling dalam terhadap musibah yang menimpa sosok yang sangat ambisius dan memiliki kinerja yang melebihi rekan-rekan seprofesi.

Aktifitas yang benar-benar menguras tenaga dan fikiran pekerjanya yang tentu saja karena dorongan profesionalisme dan tuntutan kerja dari perusahaan. Selain itu tak lepas pula karena ambisi pribadi karena lembaran-lembaran rupiah.

Lalu, apakah salah yang dilakukan Mendiang Mita Diran? Ataukah semata-mata salah perusahaan yang telah memperkerjakan karyawannya seperti mesin yang tak mengenal lelah? Atau apakah memang perusahaan tak dapat membendung ambisi dari mendiang sehingga dia harus kehilangan nyawanya terkait kerja keras yang berujung pada kematian yang sangat menyedihkan tersebut?

Sepertinya apa yang dilakukan tidak semata-mata karena mendiang, karena siapapun orangnya tidak ada yang mau bekerja dengan full time dan tak ingin beristirahat meski hanya sesaat. Toh, ada banyak waktu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Karena setahu saya semua orang mempunyai hak untuk mendapatkan waktu istirahat, mendapatkan hak kesehatan, dan segala kompensasi atas pekerjaannya yang telah menguntungkan perusahaan. Atau mungkin memang perusahaan adalah salah satu perusahaan yang hanya berorientasi profit atau berorientasi keuntungan semata tanpa memperhatikan kondisi para pekerjanya.

Jika kondisi ini benar-benar dengan alasan demikian, berarti perusahaan sudah melakukan tindakan yang aniaya, keji dan tak bermartabat. Bahkan tindakan perusahaan sejatinya sudah melanggar hak-hak pekerja untuk mendapatkan jatah kesehatan dan istirahat atas pekerjaan yang telah dilakukan. karena siapapun kita, sejatinya tak akan dapat bekerja tanpa mendapatkan kesempatan untuk merefresh diri dna tenaga kita. Itu wajar dan pantas untuk diperoleh.

Akan tetapi melihat kematian mendian Mita Diran sejatinya sebuah kesalahan fatal dan sepatutnya mendapatkan sanksi terkait kesalahan perusahaan.

Tapi kondisi ini akan berbeda jika ternyata justru mendiang yang memaksa diri atas nama "uang" dan tidak menyadari bahwa ambisi pribadinya justru akan membunuh dirinya sendiri. Sehingga apapun perusahaan tak dapat dimintai pertanggung jawaban karena sikap seorang pekerja yang telah melanggar aturan perusahaan.

Semua pekerjaan adalah ingin mendapatkan uang sebanyak-banyaknya, akan tetapi jangan pula karena pekerjaan kita membuat kita mati sia-sia. Lalu kenapa ada pula di antara kita yang harus menyalahkan minuman berenergi? jika ketentuannya aturan pemakaiannya sudah jelas, maka tak patut pula mencari kambing hitam atas kematian seseorang.

Tapi, kematian sejatinya adalah sesuatu yg tidak kita ketahui kapan datangnya. Maka kita semua harus siap menerima konsekuensi atas kehidupan fana kita di dunia.

Semoga arwah mendiang di terima disisiNya. Aamiin

Salam Kompasiana,

Metro, 21/12/2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun