Penggunaan Laptop oleh anak didik ketika di sekolah dan penggunaan LCD proyektor bagi para gurunya sepertinya sudah menjadi trend, meskipun kemajuan pendidikan sekarang menghendaki anak didik dan pendidiknya menguasai teknologi komputer dan tentu saja teknologi komunikasi. Akan tetapi, gejala saat ini menjadi plus minus terhadap pandangan masyarakat terhadap dunia pendidikan. Di satu sisi masyarakat kaya cenderung tidak merasa terbebani dengan kewajiban memiliki laptop, akan tetapi bagi keluarga yang pas-pasan sepertinya harus berfikir ulang ketika mereka menghendaki anaknya bersekolah di sekolah yang dianggap lebih baik dari sekolah pada umumnya.
Jika melihat tingkat efektifitas pembelajaran sejatinya juga tidak terlalu dipengaruhi oleh LCD Proyektor yang digunakan gurunya, lantaran ada banyak guru yang menyukai yang serba instant karena mereka mencari materi pembelajarannya diperoleh dari mendownload di media internet. Tentu saja ini merupakan bentuk kemunduran budaya guru yang harus dituntut kreatif dan tentu saja produktif.
Bahkan menurut hasil pengumuman ujian ternyata banyak siswanya yang tidak lulus ujian hal ini dikarenakan pada siswa ini semakin terlena dengan kemudahan yang diberikan oleh tekhnologi dan tentu saja dampak yang terjadi dalam pola pendidikan rata-rata mereka tidak mengenal karakteristik lingkungan secara utuh karena selalu dijejali dengan informasi yang seringkali tak layak dan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya ditambah lagi penggunaan tekhnologi yang justru keluar dari ranah mendidik untuk ukuran anak-anak.
Apalagi jika konteks materi berkaitan dengan lingkungan sekitar, alam semesta sejatinya penggunaan komputer dan LCD Proyektor akan menjadi jalan buntu. Tatkala anak-anak harus melihat lingkungan sekitarnya secara nyata malah anak-anak disuguhi dengan aneka gambar dan file yang jelas-jelas sama sekali tidak sesuai dengan konteks yang sebenarnya.
Sejatinya pendidikan dan pembelajaran di sekolah lebih ditekankan pada hal-hal yang lebih kontekstual dan tentu saja faktual mengenal dunia secara utuh seperti apa yang terjadi dalam dunia mereka. Andaikan saja mindset semua pendidik dan siswanya harus menggunakan laptop dan LCD proyektor dalam proses pembelajarannya, hakekatnya mereka sudah mengungkung siswanya pada hal-hal yang sangat sempit dan membunuh perkembangan kognisi dan kepribadian anak yang mandiri.
Akan tetapi akan sangat berbeda konteksnya jika siswa-siswanya memang tengah diajarkan tentang ilmu tekhnologi komputer dimana mereka harus langsung bersentuhan dengan media ini sebagai bagian praktik dan proses pembelajaran.
Metro, Lampung, 20/11/2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H