Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kog Mau Jadi Ayam Kampus. Gak malu ya?

8 November 2013   15:06 Diperbarui: 17 September 2016   06:23 1334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayam kampus, kata serapan dari ayam dan kampus digabung jadi ayam kampus. Apa maksudnya ayam yang tinggal dan tiduran di dalam kampus atau apa? hehehe. 

Enak bener ya kita sering menjadikan sesuatu yang sebenarnya keji dan hina karena diplesetin jadilah bahasa yang lebih indah dan santun bahkan menjadi imut atau lucu. 

Bagaimana tidak lucu, bagi yang tidak tahu makna sebenarnya dari "ayam kampus" paling cuma manggut-manggut, dikira ayam yang lucu dan unik dan jadi idola karena warnanya yang menawan dan suaranya yang merdu. Jadi wajar saja kalau ayam itu dipelihara di dalam kampus. 

Tapi, eit jangan salah, kalau frase dari ayam kampus maknanya mahasiswa yang melacurkan diri di dalam kampus. Hii ngeri bukan? Jika Anda baru paham tentang kata ini tentu saja akan tersentak kaget bisa-bisa air di mulut langsung menyembur keluar. 

Kata ayam kampus bisa dibilang majas karena menyamarkan makna sebenarnya bisa juga sebuah amelioratif yang tujuannya memperindah maksudnya. Jadinya perubaha semantik, bentuknya bisa amelioratif atau peyoratif tapi yang jelas panggilan "ayam kampus" bisa dibilang membaguskan kontek sebenarnya. 

Kalau melihat kondisi sekarang, di mana terlalu dihargainya sesuatu yang rendah (hina) karena memperhalus maknanya seringkali justru membuat seseorang menganggap sesuatu yang diperhalus itu menjadi amat baik atau biasa saja karena proses perubahan kata yang sebenarnya. Seperti halnya pelacur menjadi pekerja sex, pencuri uang rakyat menjadi koruptor. Kenapa nggak dibilang maling ya? Gelandangan menjadi tuna wisma, dan lain sebagainya yang maksudnya untuk memperhalus pengucapannya. Jadi mengurangi kesan "serem" lantaran bersinggungan dengan masalah sosial. 

Fenomena memperhalus kata yang awalnya terbilang keji dan menjijikkan menjadi sedikit biasa saja atau bahkan amat mulia lantaran proses penggunaan kata lain yang tentu saja berefek stigma masyarakat yang membacanya. Bisa jadi yang pada mulanya memang pekerjaan itu sangat rendah di mata masyarakat karena tidak bermoral tapi karena sudah ada pengalihan kata-kata (alias) menjadi baik-baik saja.

Ayam kampus, seperti yang telah ditulis salah satu kompasianer, sejatinya sudah ada sejak lama, bukan bermaksud menjustifikasi, universitas-universitas di Indonesia menyimpan para pelacur-pelacur mahasiswa "maaf sedikit vulgar" karena alasan mencari pesangon kuliah. Tapi apa iya hanya faktor kemiskinan dan ketidak mampuan membiayai kuliahnya? Semestinya sih tidak. Alasannya, siapa saja yang sanggup kuliah di perguruan tinggi ternama pastilah mereka cerdas dan bermodal, paling tidak mereka sudah siap-siap menanggung biaya yang tidak sedikit. Dan itu sudah diperhitungkan jauh-jauh hari. 

Kalau mahasiswanya super cerdas tentu saja mereka mendapatkan beasiswa hingga selesai, tapi jika mereka pas-pasan kayaknya juga tidak dapat diterima loh di universitas negeri ternama. Karena biaya kuliahnya tidak sedikit karena uang daftar ulang bisa sampai puluhan juta rupiah bahkan bisa sampai ratusan juta. Lalu, apa sih hakekatnya yang mendorong para "ayam kampus" ini bernafsu menjadi "ayam potong beneran", lantaran mereka rela menyerahkan keperawanan kepada bos-bos dan om-om karena ingin mendapatkan uang lebih sehingga bisa memanjakan diri di hotel-hotel  mahal dan tentu saja apartemen mewah yang jadi tempat tinggalnya. Bahkan sampai-sampai mereka rela "menjual"bunganya kepada para dosennya lantaran ingin mendapatkan nilai A dan lulus dengan predikat cumlaude? 

Sepertinya persoalannya karena tidak ada lagi harga diri dan tentu saja menganggap keperawanan itu sangat murah dan dapat ditukar dengan segepok uang. 

Fenomena ini sepatutnya tidak dapat dianggap sesederhana dalam penyebutan kata "ayam kampus". Disebabkan siapa saja yang jadi "ayam kampus" rata-rata kehidupan mereka lebih perlente, mewah dan tentu saja bawaannya mobil yang tidak murah untuk ukuran mahasiswa. Sehingga amat naif mereka mengatakan bahwa ketika mereka melacurkan diri menjadi ayam kampus hanya karena butuh duit untuk kuliah. Nggak masuk akal kan? 

Keberadaan ayam-ayam kampus ini sudah bukan menjadi rahasia umum, bahkan menjadi buah bibir  kalangan media dan tentu saja kalangan mahasiswa pun paham dengan tingkah polah mereka yang justru mencoreng citra akademisi dan lembaga pendidikan yang kini tengah menggodok mereka dalam keilmuan. 

Seperti beberapa waktu lalu beredar video Bandung Lautan Asmara yang sempat heboh di dunia internet dan di media massa hakekatnya mereka adalah korban imej-imej tentang betapa sederhananya penilaian seseorang terhadap kata ayam kampus. Yang sejatinya perbuatan itu amat memalukan tapi toh sepertinya sudah kehilangan jati diri dan tentu saja harga diri. 

Kita tidak perlu munafik bahwa di antara kita tidak ada yang tidak memiliki dosa, akan tetapi mengindahkan sesuatu yang hakekatnya hina biar dianggap sederhana dan remeh hakekatnya memunculkan stigma bahwa para ayam kampus itu menempati status terhormat di kalangan mahasiswa. Sehingga kedudukan mereka selalu menjadi pembicaraan banyak orang. 

Tapi ya sudahlah, jika nasi sudah menjadi bubur mau diapakan lagi? Biarkan saja para ayam kampus itu berkeliaran asal kita jangan jadi jago-jago penikmat mereka atau kita menjadi bandot-bandot serakah yang main embat meskipun perbuatan itu sangat biadab. 

Semoga menjadi pelajaran berharga agar kita selaku orang tua senantiasa perhatian dan mawas diri bahwa akan ada riak dan ombak yang senantiasa hadir di hadapan kita dan tentu saja yang akan dihadapi oleh anak-anak dan generasi muda kita. 

Mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan. Wassalam 

Metro, Lampung,  08/11/2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun