Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tatkala Dapur Mukaku (Mereka) Mulai Padam

5 Januari 2014   12:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:08 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sedih duka lara nestapa hadir tanpa sapa
Meniti di segurat urat syaraf berpikir mereka
Menentang hidup tak mau berlaku bertaruh dalam kepulan asap
Membunuh kehidupan yang hampir luluh disuram gelapnya masa depan
Sisa semburat pilu mengiris kalbu menghancurkan segala
...............................................................
Kebijakan elpiji katanya tuk mereka nyatanya membuat luka
Goresan luka menganga tak berujung kapan tak bersua
Tatkala lembaran-lembaran mimpi mulai menapaki hidup dalam kesedarhanaan
Pertaruhkan mimpi-mimpi kecil anak-anak mereka
Datang tak diundang pergilah kau sang durjana
....................................................................
Tatkala lembaran rupiah tak lagi berharga
Gas elpijipun seperti mutiara manikam seharga permata
Membunuh dapur-dapur terang mereka dalam kalutan mereka
Bernyanyi tapi juga meneteskan air mata tanpa suara
Kalbupun terselimuti kesal, benci namun tak jua sirna
.....................................................................
Tatkala dapur tak lagi menyala
Hidup ini terasa hampa, sirna tak lagi harapan tuk bertandang
Menelikung hidup menghujam alam semesta terpejam telingsut tertutup muka
Malu hingga tiada tara lara duka, harap sinaran sinaran iba mengalir bahagia
Setitik dan segumpal mimpi buruk nyatalah tertinggal
.....................................................................
Tatkala elpiji tak lagi terbeli
Mereka menyanyi lewat bumbungan asap menyusup dalam duka
Mengusik ketenangan jiwa, bongkahan tatal-tatal para pekerja
Menggiring dahaga, lapar semakin menggurita
Gurita kejam, polah tingkah tuan tak bermata tak berhati mulia
...............................................................................
Tinggallah tabung elpiji tak berisi mengantuk mukaku yang merah padam
Terguling-guling di selaksa pengharapan, menimpah kekecutan jiwa
Kapan dikau kembali ada terbeli tuk menyambung sekedar hidup tak lama
Dari dalam bilik-bilik dapur yang masih menyala dalam kedukaan
Meliuk-liuk kecil tersembur angin badai nan hampir padam
^^^^^^^^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun